Enam

184 10 3
                                    

Afizhah Almeera

Assalamu'alaikum. Kak Fatur, aku mau ngasih proposal aku yang kemarin.

Fatur yang baru mematikan mesin mobilnya dan mendapati pesan dari Fiza, hanya tersenyum-senyum sambil membalas pesan darinya. Jadi, ia membuat sebuah group WhatsApp yang berisikan dirinya, Fiza, Fatar sebagai walinya, dan Tia kakak sepupu Fiza sebagai wali perempuan itu.

Group tersebut baru dibuat kemarin malam, dan masih belum ada yang dibahas, hanya sekedar perkenalan singkat. Dan hanya seperti itu saja, Fathur sudah ketar-ketir menahan kegugupannya.

"Tur!"

Fatur mengedarkan pandangannya saat merasa ada seseorang yang memanggilnya. Dan seorang yang berjalan ke arahnya dengan senyuman yang lebar ini lah dalang di balik kenapa dia terkesan terburu-buru mengajak Fiza ta'aruf. Farid, mahasiswa jurusan Matematika yang satu tahun lebih tua darinya.

"Assalamualaikum," sapa Farid. Ia mengajak Fatur untuk bersalaman  dengan gayanya seperti biasa yang disambut Fatur dengan santai.

"Wa'alaikumussalam, mau kelas?" Tanya Fatur.

"Iya tapi keburu mau kebelet pipis, nggak tahan dari tadi udah nahan" jawab Farid sambil melontarkan cengengesan.

"Yaudah buruan sana," ucap Fatur sambil ketawa melihat tingkah Farid.

"Gue duluan ya!"

"Iya hati-hati."

Satu hari setelah kejadian Fatur meminta saran kepada Fatar, ia bertemu dengan Farid di Cafenya. Sebelumnya Fatur dan Farid saling mengenal karena mereka berada dalam satu kajian yang sama. Tetapi itu tidak setiap saat karena Fatur terkadang berpindah-pindah sesuai ajakan Alvian, abinya.

"Seinget gue, dulu gak seramai ini tempatnya," ucap Farid saat itu. Ia memulai pembicaraan setelah Fatur bergabung di mejanya.

"Alhamdulillah, emang kalo rezeki gak kemana," jawab Fatur terkekeh. "Tumben lo kesini, biasanya gak mau kesini karena cafe gue banyak pembelinya" ledek Fatur sambil terkekeh.

Farid terbahak, "Iya terserah lo aja yang penting lo bahagia dah."

"Emang, ngomong-ngomong lo kesini tiap hari ya?" Tanya Farid.

"Kagak tiap hari juga, saat tertentu doang," jawab Fatur.

Farid menganggukkan kepalamya mengerti. "Yaudah bentar gue ke toilet dulu," pamitnya.

Fatur mengangguk mempersilahkan, kemudian memainkan ponselnya sembari menunggu Farid sambil sesekali meminum kopi. Namun, satu menit kemudian, ponsel Farid yang diletakkan di atas meja bergetar. Fatur sama sekali tidak berniat untuk mengintip, tetapi ponsel Adit langsung menyala dan menampilkan chatroom.

Karena merasa penasaran, Fatur sedikit mencondong tubuhnya melihat ponsel Adit.

Rais Pratama

Gue udah undang Fiza sesuai permintaan lo.

Muhammad Farid

Asik, thanks bro..

Rais Pratama

Masih aja lo suka, buruan lah resmiin ntar keduluan orang lain.

Fatur benar-benar tidak bisa menghilangkan rasa penasarannya, napasnya tiba-tiba memburu karena terkejut. Ini Fiza yang dimaksud apa sama dengan Fiza yang ia kenal?

Dengan tidak memikirkan konsekuensinya, Fatur menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Setelah memastikan belum ada tanda-tanda Farid kembali, ia menggerakkan tangannya menggeser chatroom tersebut supaya bisa membaca pesan sebelumnya.

My Husband is My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang