Tujuh

160 8 1
                                    

Keesokan harinya, Fiza sedang duduk-duduk di taman dekat kampus sambil mengerjakan tugasnya di laptop. Kertas tugas Fiza jatuh berterbangan terbawa angin, dengan buru-buru Fiza memungut kertas yang berjatuhan itu.

Saat Fiza mengambil kertas terakhir ia melihat sepasang kaki yang berdiri di depannya. 'Kaki siapa ini?' batin Fiza dalam hati.

Setelah Fiza bangkit, ia terkejut melihat sosok Fatur yang sedang berdiri di hadapannya dengan wajah tersenyum sambil membawa dua botol minuman.

"Boleh minta waktunya sedikit? Ada hal yang perlu aku sampaikan ke kamu"

Dengan gugup Fiza hanya menganggukkan kepalanya sambil menunduk.

"Hmm gini," Ucap Fatur gugup sambil memainkan tutup botol minum yang ia pegang.

"Hmm?" Fiza menunggu kelanjutan pembicaraan dari Fatur.

Fatur menarik nafas yang sangat dalam dan coba untuk memberanikan diri untuk menyampaikan isi hatinya kepada Fiza.

"Bismillah, jadi gini setelah mendapat jawaban dari sholat istikharah ku. Aku sekarang benar-benar yakin kalau kamu adalah jodohku."

Fiza yang sedang tertunduk diam, saat Fatur berbicara seperti itu sontak mata Fiza melotot dan jantungnya seperti ingin terbang jauh dari tempatnya. Ia sangat terkejut mendengar Fatur berbicara itu kepadanya.

Fiza belum yakin apa yang dibicarakan oleh Fatur.
Dengan gugup Fiza langsung menanyakan sekali lagi apa yang barusan dikatakan Fatur kepadanya.

"Mm..a..a..apa yang barusan kak Fatur katakan barusan?" Dengan rasa tidak percaya Fiza menanyakan hal itu kepada Fatur.

Fatur membalikkan badannya menghadap Fiza, hal itu membuat dada Fiza semakin berdegup dengan kencang, ia merasa kebelet dan ingin kabur dari tempat ini.

"Fiza, aku berniat ingin melamarmu. Semoga niat yang ingin aku laksanakan ini di ridhoi dan di lancarkan sama Allah SWT."

"Besok malam aku akan datang kerumahmu. Assalamualaikum" Dengan wajah yang berbinar Fatur mengatakan itu kepada Fiza dan langsung pergi dari tempat itu.

Dengan suara yang kecil Fiza menjawab salam dari Fatur "Wa..wa'alaikumussalam".

Fiza masih tidak percaya apa yang barusan terjadi, apakah ini hanya mimpi? Fiza mencubit pipinya dan "Aww.. ini ternyata tidak mimpi". Fiza sontak langsung membereskan tugas dan laptopnya ingin segera pulang dan memberitahukan kepada umi dan Abi nya.

Di perjalanan pulang ia masih terbayang-bayang dengan kata-kata Fatur tadi. Ia masih tidak percaya bahwa semua ini akan terjadi, penantian dan cinta dalam diam yang ia rasakan lama sejak dulu. Kini terbalaskan dengan indah, Fiza sangat-sangat bersyukur kepada Allah karena doa-doa yang ia panjatkan kini terkabulkan.

Di rumah

Setelah sampai rumah, Fiza langsung ke kamarnya dan membersihkan diri. Lalu, ia langsung menemui umi dan abi nya diruang tv.

"Hm.. umi, abi ada hal penting yang ingin Fiza sampaikan." Fiza memberanikan diri menceritakan semuanya kepada orang tuanya.

Umi Fiza yang sedang memakan biskuit tiba-tiba menoleh kepada Fiza, "Ada apa sayang?"

Abi yang sedang fokus menonton tv langsung sadar kehadirannya Fiza. "Apa yang mau kamu sampaikan nak?" Tanya Abi sembari memperbaiki arah duduk nya.

"Jadi gini, umi, abi, apakah Fiza sudah cocok untuk menjadi seorang istri?" Tanya Fiza serius.

Umi yang mendengar pertanyaan dari anaknya itu hanya senyum dan mengelus kepala Fiza dengan lembut.

"Fiza, siap atau tidak nya seorang perempuan itu apakah ia sudah mempunyai bekal ilmu dalam berumah tangga nanti, terus bagaiman dalam kemampuannya untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang istri yang sholehah. Nah kira-kira yang Abi jelasin tadi sudah dimengerti sama Fiza?". Abi menjelaskan dengan baik kepada Fiza.

Fiza menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti, "Insya Allah Fiza sudah siap dan Fiza sudah mengerti dengan ilmu-ilmu itu abi."

"Nak, menjadi seorang istri itu tidaklah mudah yang difikirkan. Mulai dari mengurus suami, melayani suami dengan baik, apalagi nanti kalau sudah memiliki anak. Karena, madrasah pertama seorang anak itu ibunya. Jadi sebagai istri yang sholehah kita harus mengetahui dan menguasai pengetahuan-pengetahuan Islam untuk mendidik mujahid-mujahidah kamu nanti." Jelas umi kepada Fiza.

"Iya umi Fiza paham".


-AFIZHAH-


Alhamdulillah...  Update lagi teman-teman..
Udah sekian lama ngga nulis heheh

Jangan lupa vote and comment nya ya sahabat Fillah ❤️




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Husband is My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang