Meskipun aku tinggal di apartemen sendirian, tapi tetap saja ibuku selalu mengawasi gerak-gerikku seperti layaknya anak SD. Ibuku selalu datang setiap hari ke apartemenku tanpa di duga-duga, tidak peduli apakah aku ada atau pun tidak ada di apartemen. Tidak peduli apakah waktu itu pagi, siang, sore, malam, bahkan tengah malam.
Ibuku selalu ke kamarku untuk memeriksa apakah ada sehelai rambut wanita yang ada di atas kasurku. Ibuku juga selalu memeriksa semua barang-barangku untuk memastikan apakah ada barang-barang wanita yang tertinggal di apartemenku.
Bahkan ibuku selalu menyuruh petugas keamanan di apartemen untuk selalu menelpon ibuku apabila aku pulang ke apartemen bersama dengan seorang wanita. Bahkan ibuku selalu meminta pihak keamanan untuk memeriksa rekaman CCTV yang ada di apartemen. Apartemen yang aku tinggali adalah milik keluarga besar ayahku.
Sedangkan di kantor, gerak-gerikku selalu di awasi oleh ayahku dan asisten pribadi ayahku. Mungkin aku adalah satu-satunya pria yang bersih dari skandal yang sering di lakukan oleh para eksekutif muda di dalam ruang kerjanya bersama sekretaris pribadinya atau beberapa pegawai wanita seperti yang di lakukan oleh teman-temanku sesama pengusaha muda.
Hal tersebut tidak lain dan tidak bukan karena ayahku memilihkan sekretaris pribadi dan semua pegawai yang ada di kantor dengan pegawai pria bukan pegawai wanita. Aku pun berpacaran dengan Sania selama 1 tahun secara backstreet. Aku dan Sania pun hanya 1 Minggu sekali bertemu itu pun di tempat umum seperti mall, cafe dan restoran.
Ya, memang kedengarannya aneh seorang pria lajang dan dewasa berpacaran seperti anak SMP secara backstreet. Aku memang selalu di larang berpacaran dan selalu di peringati oleh kedua orang tuaku sejak aku kelas 1 SMP bahwa aku sudah di jodohkan dengan Lani.
Akhirnya pun aku, Lani dan kedua orang tuaku sampai di Jakarta dan langsung pulang ke rumah orang tuaku. Beberapa jam kemudian aku dan Lani pulang ke apartemenku tentu saja di kawal oleh ayah dan ibuku.
Saat kami berempat baru sampai di apartemen, tepatnya di depan penjaga keamanan apartemen, ibuku dengan bangga memperkenalkan Lani sebagai istriku pada semua pegawai keamanan yang ada di apartemen tersebut. Ibuku juga menyuruh mereka semua mengingat wajah Lani dan membiarkan Lani keluar masuk ke dalam apartemenku.
Ibu dan ayahku mengobrol panjang lebar tentang diriku pada Lani. Mulai dari kebiasaan-kebiasaanku, mulai dari hal-hal yang aku sukai, hal-hal yang tidak aku sukai, makanan dan minuman favoritku, makanan dan minuman yang tidak aku sukai dan banyak lagi.
Aku hanya diam mendengar semua pembicaraan mereka bertiga dengan sangat kesal tapi aku hanya tersenyum dan tetap menjadi pendengar setia. Akhirnya ayah dan ibuku pun pulang ke rumah.
Malam itu mungkin kebanyakkan pasangan pengantin selalu menanti-nantikan dengan perasaan deg-degan tentang indahnya malam pertama apalagi hanya berdua tanpa adanya gangguan dari orang lain tapi tidak denganku. Di malam pertama aku malahan menghilang pergi ke kost-kostan Sania, pacar pertamaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Mimpi Satya (1-24 End).
RomanceDor... Tiba-tiba Lani menembakkan pistol ke kepalanya sendiri. Lani pun terjatuh ke lantai dengan berlinangan air mata dan darah segar yang mengalir dari kepalanya sambil menatap wajahku sampai kedua matanya benar-benar tertutup.