Hiruk pikuk mewarnai suasana sore di kedai bakery dan cake yang menjadi tempat pilihan Abimanyu menunggu untuk bertemu dengan gadis pilihan ayahnya.
Abimanyu sudah lebih dari tiga kali menolak keinginan ayahnya untuk segera menikah, dan untuk calon yang terakhir ini Abimanyu terpaksa mengiyakan karena sang ibu memberikan kelonggaran tidak akan ada paksaan jika Abimanyu merasa tidak cocok.
Pihak keluarga gadis yang dijodohkan dengannya juga memberikan kelonggaran untuk saling mengenal terlebih dahulu dan mereka berdua boleh memutuskan apapun jika dalam proses pengenalan itu tidak ada kecocokan.Memang sedikit berbeda jika di bandingkan proses taaruf konvensional, namun bukan itu yang membuat Abimanyu Sumantri ada disini sore ini.
Ibunya menginginkan cucu dari Abimanyu sebagai satu satunya anak lelaki karena dua adik Abimanyu perempuan.
Dan Utari Indriani merupakan putri dari sahabat Ayahnya semasa SMA yang mereka pilih untuk menjadi istri putra mereka.
Jika melihat dari foto yang dikirimkan Utari masih muda, baru saja menyelesaikan kuliah S1 dan saat ini tengah mencari beasiswa agar dapat melanjutkan kuliah S2, semoga wajah yang dikirim lewat wapri kemarin tanpa effect kamera yang saat ini tengah merajalela.Abimanyu melihat dengan tidak sabar ke arah jam tangannya, gadis itu terlambat 10 menit dari perjanjian yang mereka sepakati, mungkin Utari sama dengan dirinya, sama sama tidak tertarik dengan perjodohan ini.
Abimanyu bahkan belum meminum coklat yang ia pesan dan saat ini sudah mulai mendingin, namun saat akan memanggil waitress untuk menambah pesanannya, sekilas Abimanyu menatap kelebat jilbab warna kuning gading yang berjalan ke arahnya, apakah itu Utari?
Abimanyu menyipitkan mata, saat gadis itu tersenyum dan benar benar berjalan menuju mejanya, membandingkan wajah asli itu dengan foto yang ada dilayar gawainya.
Utari memiliki lesung pipit yang mengesankan saat tersenyum, memiliki mata bulat yang luarbiasa indah dengan wajah oval bersih yang memukau, Utari tampak lebih cantik dari foto yang ibunya berikan padanya. Karena dalam foto itu Utari cemberut dan terlihat tidak nyaman.Saat berjalan menuju meja no 9 sesuai dengan pesan di WA yang dikirimkan Abimanyu, Utari melihat seorang pemuda yang cukup tampan, bukan ketampanan halus sebenarnya, karena garis rahang Abimanyu terlalu tegas.
Pria ini yg dipilih ayahnya untuk meniadi calon suaminya meski sang ayah memberikan kelonggaran waktu untuk mengenalnya terlebih dahulu.
Dan dengan kawalan adik lelaki yang mengantarkannya kemudian duduk agak menjauh dari meja itu, meski tetap memiliki jarak pandang yang cukup untuk melindunginya Utari mantap menemui lelaki itu.
Lagipula ia berada di tempat umum, tidak ada yang perlu ditakutkan karena ia dan Abimanyu tidak berkhalwat.Sambil menangkupkan tangan didada Utari tersenyum kepada pria yang ada dihadapannya,"Maaf terlambat, ada hal mendadak yang tidak sengaja terjadi, saya Utari."
Abimanyu berdiri dan urung mengangsurkan tangannya saat melihat tangan Utari yang menangkup didada. "Tidak apa apa, aku baru saja mau memesan pastry, kau ingin sekalian pesan ?" Tanya Abimanyu dengan wajah datar, menyembunyikan debaran aneh didadanya saat melihat lesung pipit yang tercetak dipipi Utari saat gadis itu tersenyum.
Bahkan saat pesanan mereka sudah terhidang sempurna, keheningan dan kecanggungan masih meliputi mereka berdua.
Abimanyu canggung untuk memulai percakapan dan Utari sepertinya tidak nyaman dengan pertemuan ini, namun jika tidak ada satupun dari mereka yang memulainya, pertemuan ini bahkan tidak akan menghasilkan apapun kecuali hanya perkenalan nama mereka berdua."Tanyakan apa yang ingin kamu tanyakan, aku siap untuk wawancara," kata Utari dengan canggung saat akhirnya memberanikan diri membuka percakapan.
Abimanyu menjadi tidak enak hati, sambil tersenyum malu akhirnya ia menjawab," Bukan, bukan, ini bukan wawancara, aku datang untuk menemuimu sama seperti kamu datang untuk menemuiku. Kamu juga bisa bertanya sebanyak apapun yang kamu mau tahu tentang diriku."
Utari tersenyum dan lesung pipit itu kembali membuat desir aneh di dada Abimanyu.
"Aku baru pertama kali melakukan ini."
"Aku juga baru pertama kali."
"Tidak adil rasanya menyerahkan seumur hidup kita dengan mengandalkan wawancara selama satu jam," kata Utari kecut."Tidak akan ada paksaan Utari, urusan ini antara kau dan aku, OK ?" ujar Abimanyu sambil tersenyum datar.
"OK, kata Ayah kau bekerja di Departemen Keuangan?"
"Ya, baru 2 tahun terakhir, Bagaimana denganmu ? Aku dengar kau sudah lulus dan tengah mencari beasiswa untuk S2."
"Emh....Ya, tapi sebenarnya aku ingin bekerja."
"Akan bagus kalau kau ingin bekerja, titelmu akan sangat disayangkan jika tidak digunakan."
"Kau akan membolehkanku bekerja jika kita menikah?"
"Tentu saja," jawab Abimanyu sambil tersenyum.
Utari tersenyum dan merasa lega dalam hati. Dia mulai tenang, pertemuan ini semakin lama semakin menyenangkan.
"Dan apa yg kau inginkan dari seorang istri ?"
"Aku ingin ada yang menemani saat sholat Tahajud, membuatkan kopi dipagi hari, menjaga dan mendidik anak anakku kelak, namun jika itu terlalu tinggi, aku hanya ingin seorang Istri yang akan menemaniku hidup dengan menyenangkan," jawab Abimanyu sambil mengaduk coklatnya, dia bahkan tidak yakin apakah dia menginginkan istri sebelum bertemu dengan gadis berlesung pipit yang senyumnya sangat ceria ini.
Utari tersenyum lebar, ternyata Abimanyu orang yang menyenangkan, dia sangat bisa berkompromi, padahal kompromi tidak pernah ada dalam keluarganya, semua harus ikut pendapat Ayah Meskipun pendapat ayah memang selalu baik namun ternyata dapat menyampaikan apa yang kau inginkan itu sangat menyenangkan.
Utari bahkan tidak berani berkata pada Ayahnya bahwa ia ingin bekerja, namun dengan pria yang baru dikenalnya selama 30 menit ini , Utari mau menyampaikan apa yang ada dikepalanya. Mungkin perjodohan ini tidak semenyedihkan seperti bayangan awalnya, calon suaminya lumayan juga.
Menit berikutnya mereka lalui dengan lancar, sudah tidak canggung lagi dan mereka seperti dua kawan lama yang baru saja bertemu.
Abimanyu sangat menyenangkan, bisik hati Utari."Jadi apa yang kita lakukan berikutnya ? " Tanya Utari dengan antusias.
Abimanyu mengangsurkan tangan dengan jari telunjuk dan jari tengah terjulur,"Pilih salah satu."
Utari menunjuk jari telunjuk Abimanyu dengan matanya.
"OK, aku akan meminta no hp mu dan nanti kita akan membicarakan tentang kisah kita ini."
"Ahaa, jadi kau menyukaiku Abimanyu?"
" Hehehe, semua orang akan menyukai gadis secantik dirimu." dan Utari pun tersipu.
Saat akan berpisah dengan basa basi Utari menanyakan apa pertanyaan dari jari yang satunya dan sambil tertawa pria mengatakan dia akan menanyakan waktu dan tempat untuk pertemuan berikutnya.
Utari tersenyum,"Jadi dua jari tadi isi pertanyaannya 11/12?"
"Hehehe, garing ya?"
"Tidak,...apakah akan selalu menyenangkan begini?"
"Apanya?"
"Berbincang denganmu..."
"Kita berdua bisa membuatnya."Mereka berpisah saat diparkiran karena Utari tidak bersedia diantar, dan dari belakang mereka tampak seorang cowok lebih muda yang dikenalkan sebagai adik satu satunya Utari.
Abimanyu tersenyum, meskipun proses taaruf nya tidak konvensional namun ia suka dengan konsep tidak boleh berduaan dengan menyertakan mahram yang diterapkan dalam keluarga Utari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abimanyu, I'm Yours
RomanceUtari akan menikah dengan Abimanyu, meski disatukan karena perjodohan yang diatur namun mereka merasakan debar yang sama, memiliki visi dan misi yang sama, hingga akhirnya Utari memilih lari pada hari pernikahannya karena ibu Abimanyu tidak ingin me...