Bagian 3

5.2K 347 9
                                    


Abimanyu panik...
Bahkan panik tidak bisa menggambarkan perasaannya kali ini.

Utari kabur dari rumah.

Calon ayah dan ibu mertua nya yang tengah mencari anaknya dan telpon mereka kerumah Abimanyu yang membuat Ayah dan ibunya terkena serangan jantung.

Hari ini menjadi hari yang paling menyedihkan untuk Abimanyu.

Beberapa kali Abimanyu berusaha menelpon Utari, terdengar nada sambung namun tidak pernah sekalipun diangkat.

Apa yang terjadi pada Utari?

Siang ini yang harusnya menjadi hari yang paling membahagiakan untuknya dan berubah menjadi hari yang paling menyedihkan.

Setelah melewati masa kritis semalam, siang ini saat kondisi jantung Ayah sudah mulai stabil, kak Adhitama mengambil keputusan untuk memindahkan Ayah dan ibunya ke Rumah sakit Mount Elizabeth Singapura.

Kakaknya adalah orang yang paling marah padanya dengan kondisi yang terjadi pada ayah mereka, meski akhirnya mereda ketika kakak iparnya campur tangan.

Abimanyu hanya termenung dan diam seribu bahasa saat kakaknya menyalahkannya, namun dalam hati terdalam kakaknya itu tahu bahwa ini semua diluar kehendak Abimanyu, kakaknya hanya kalut dengan kondisi ayahnya.

Kakak iparnya yang sangat luarbiasa, karena mampu menghandle situasi, mulai dari membesarkan hati suaminya, menenangkan adik adiknya dan menentramkannya bahkan hanya dengan kata kata yang lemah lembut.

"Semua sudah terjadi dan kemarahan tidak akan menyelesaikan apapun, dan tentu saja apa yang kita lakukan pun hanya sebatas ikhtiar."

Kak Acha memberikan harapan bahwa sebaik apapun yang kita lakukan, kita harus percaya dengan Qodho dan qodar.

Abimanyu bersyukur memiliki saudara laki laki walaupun hanya saudara seayah, dan baru saja bertemu namun kakaknya menyediakan bahu untuk membantunya memikul beban.

Kak Adhitama menemani pak Sumantri dan istrinya ke Singapura, menanggung semua biaya pengobatan dan beruntungnya sebagai seorang pengusaha kakaknya tidak terikat ijin kantor.

Sementara tugas  Abimanyu adalah menyelesaikan masalah yang ada di rumah, dan jangan pernah bayangkan rasa malu yang harus Abimanyu tanggung karena batal menikah.

Seorang pria ASN di Departemen yang sering mendapat sebutan Madepcer ...Masa depan cerah cemerlang ditinggal kabur calon istrinya pada malam midodareni.
Sungguh sebuah ironi dalam kehidupan seorang Abimanyu Sumantri.

Membuat laporan berita orang hilang kekantor polisi hanya dapat dilakukan setelah 1x24 jam, dan Abimanyu tidak bisa melakukannya.

Biarlah keluarga Utari yang melakukan itu, karena saat ini emosi dan energi Abimanyu terkuras untuk menyelesaikan masalah yang ada dirumahnya sendiri.

Mengembalikan muka dan kehormatan keluarganya adalah hal terberat yang harus ia lakukan, cuti menikah yang telah ia ajukan diisi dengan membereskan urusan perusahaan ayahnya, bolak balik dari rumah ke rumah sakit dan memiliki kakak yang makmur sedikit banyak membantu.

Abimanyu menerima permintaan maaf dari keluarga Utari atas apa yang terjadi, sama seperti dirinya mereka mereka juga korban dari tindakan yang dilakukan seorang Utari.
Sampai sekarang pun Abimanyu tidak tahu apa yang salah dengan hubungan mereka sehingga Utari tega mempermalukan ia dan keluarganya seperti sekarang ini.

Abimanyu menggelengkan kepalanya, memijit pundaknya yang pegal dengan tangan kanannya.
Hari ini jadwalnya sangat padat, ditambah menghadiri dua acara sertijab yang membuat waktu kian cepat berputar.

Pengalihan energi sakit hati akibat pernikahannya yang gagal membawanya pada posisi saat ini. Kariernya melejit dan sejak peristiwa yang menyedihkan delapan tahun yang lalu itu, ayah dan ibu nya tidak pernah lagi mengajukan calon istri untuk dirinya.

Empat orang cucu tambahan dari kakaknya dan empat cucu dari kedua adik perempuannya seperti nya sudah cukup membuat sibuk kedua orang tuanya, meski ibunya pernah sekali menyinggung ingin punya cucu dari dirinya namun saat Abimanyu memandang ibunya, orang yang telah melahirkannya yang kemudian menarik nafas panjang sambil tersenyum.

Menurut ibunya delapan tahun sudah cukup untuk menyembuhkan luka hatinya dan seharusnya Abimanyu memulai dengan membuka gadis baru.

"Apakah diantara anak buah atau kolegamu tidak ada yang cantik dan menarik hati?" Kata Ibu beberapa hari yang lalu.

Ah, ibunya tidak tahu kalau beberapa perempuan yang berusaha mendekati nya itu mengkeret setiap kali sinyal tertarik yang mereka tunjukkan kepada Abimanyu berbalik dan dibalas dengan sikap dingin antipati.

Abimanyu tersenyum mengingat itu, bukan tidak ada gadis yang tertarik padanya, namun dia yang tidak menginginkan perhatian dari gadis gadis itu.

Abimanyu mulai dikenal sebagai gunung es, bahkan ada beberapa desas desus yang menduga dia bukanlah pencinta wanita.

Abimanyu bergeming, selama berita miring itu tidak terjadi didepan matanya ia tidak perlu memberikan klarifikasi, terserah orang mau bilang apa karena menurut Abimanyu melihat Ayah dan Ibunya sehat juga kembali ceria paska serangan jantung itu sudah menjadi berkah tersendiri untuknya.

Dengan kondisinya yang mulai mapan dengan posisi jabatan dan bisnis rekanan yang ia pelajari dari kakaknya saat ini, membuat Abimanyu memiliki sebuah rumah yang cukup nyaman, beberapa properti yang ia sulap menjadi guesthouse dan sepeda motor sport impian yang ia dambakan sejak dulu.
Untuk mobil, ia mendapat jatah dari kantor lengkap dengan sopir yang terkadang juga didampingi oleh pengawal saat ia tengah menyelesaikan sebuah kasus.

Karier Abimanyu melesat karena ketelitiannya sehingga ia sering diminta untuk mengaudit beberapa kasus penggelapan yang terjadi dibeberapa lembaga pemerintah, sifatnya masih intern meski terkadang untuk kasus yang lebih besar tetap akan dilimpahkan ke Lembaga yang lebih berwenang, Komisi Penanggulangan Korupsi.

Pekerjaan yang memiliki resiko cukup tinggi dan Abimanyu tidak punya waktu untuk memulai cerita romansa.

Seperti siang ini bahkan setelah hampir ashar masih ada 3 map tebal yang harus ia teliti.
Ia hanya akan membaca sambil lalu karena jam pulang yang tinggal sesaat hingga memo kecil yang tertempel dimeja tulisan asisten pribadinya menarik perhatian.

Daftar janji temu Rabu pukul 16.30 WIB
Ibu Utari Indriani ingin berkonsultasi terkait dugaan pembelian mark up harga tanah seluas 5865m2 ....bla...bla ..bla

Haah?

Abimanyu membaca pesan itu bahkan sampai tiga kali, nama yang sama dengan nama yang ingin ia hilangkan sejak sewindu yang lalu.

Masih ada waktu limabelas menit lagi, dan Abimanyu sudah akan memanggil Asisten pribadinya saat teringat jika lepas dhuhur tadi Asprinya ijin pulang karena sakit.

Abimanyu menghela nafas panjang mulai membuka berkas tebal yang ada di mejanya dan berharap itu hanya nama yang sama, karena saat melihat nama itu luka hatinya kembali menganga dan berdarah.

Abimanyu tidak kuasa menahan rasa mual yang tiba tiba naik dari perutnya dan bergegas ke kamar mandi sambil berlari.

Memuntahkan hampir seluruh makan siangnya dan memandang wajahnya yang tiba tiba pucat dari kaca wastafel, Abimanyu menarik nafas panjang sebelum akhirnya melangkah masuk kembali ke ruangannya.

Ruangannya terbuka dan nampak kepala mungil memakai jilbab berwarna biru elektra yang kemudian berdiri dari kursi dan menoleh.

Wajah itu sama terkejutnya dengan dirinya namun Abimanyu memasang topeng wajah dingin dan datar seperti yang selama ini terjadi ketika ada kasus seperti ini.

Abimanyu duduk dengan tenang dikursinya dan mulai membuka map tebal teratas.

"Ibu Utari Indriani."

Wajah itu lebih cantik dari terakhir kali mereka ketemu, bahkan saat ekspresi kaget dan terkejut tercetak jelas dalam wajah itu.

" Abim..."

Abimanyu, I'm Yours Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang