Bagian 9

5.1K 373 9
                                    


Abimanyu heran dengan sikap Mami yang tiba tiba menanyakan Utari.

Setiap habis dinas luarkota Abimanyu pasti menyempatkan untuk birrulwalidain ketempat ayah ibunya sambil membawa oleh oleh.
Dan sore itu Abimanyu sudah siap dengan sepiring nasi hangat dan mulai menyuap sesendok sayur Brongkos .

"Tumben Mami masak brongkos," kata Abimanyu sambil menyuap nasi.

"Calon mantu Mami yang masak," jawab mami sambil lalu.

Uhuuk, Abimanyu tersedak kacang tolo. Calon mantunya Mami? Calon mantu yang mana? Lhah, anaknya mami yang belum menikah hanya tinggal  dirinya.
Mami mulai lagi dengan usaha perjodohan dan mak comblang untuk dirinya seakan akan kegagalan perjodohan kemarin tidak menyisakan luka lagi.

Muka Abimanyu merah padam karena tersedak, mengangkat kedua tangan keatas, setelah merasa lega Abimanyu meraih gelas berisi air putih.

Dulu saat Mami semangat Abimanyu selalu mengikuti apapun mau Mami, karena Mami selalu menginginkan yang terbaik untuk dirinya, namun kali ini Abimanyu akan pasif saja,  terbukti setelah tanpa respon biasanya Mami akan menyerah dengan sendirinya.

Mami tersenyum dari balik tanaman anggrek, menunggu Abimanyu membalas ucapannya.
Hanya hening, terdengar suara denting sendok yang beradu dengan piring, Mami akhirnya meninggalkan anggreknya dan mulai duduk disamping Abimanyu.

"Bim, masalahmu dengan Utari sudah selesai khan?"

Abimanyu tidak menjawab, hanya sekilas memandang mami, mengangguk pelan kemudian melanjutkan menghabiskan makanannya.

"Kalau sudah tidak ada ganjalan lagi, sebaiknya kamu melanjutkan hidupmu nak, Mami pengin kamu sudah mentas biar tugas Mami selesai, karena kalau orang jawa itu tugas mami sebagai orang tua masih kurang satu yaitu ngomah omahke kamu."

"Jodohnya belum ada yang sreg Mi," jawab Abimanyu sambil meraih tisu dan mengelap cemong diujung mulutnya.

"Mungkin standarmu yang terlalu tinggi."

Abimanyu memandang ibunya dengan raut bertanya.
Apakah memang standarku yang terlalu tinggi? Atau aku yang terlalu sibuk membandingkan semua wanita dengan utari? Bisik hati Abimanyu mulai memprotes semua tindakan kasih sayang ibunya yang ingin menandai hidupnya dengan membuatnya menikah.

Utari tahu pria itu menghindari dirinya, namun sekarang setelah ibu Abimanyu membuka pintu persahabatan dengannya ia memiliki banyak kesempatan untuk tahu lebih banyak tentang pria itu.
Hubungan mereka dulu bahkan tidak seakrab ini.

Abimanyu seorang pria yang mapan secara ekonomi, dia mampu membahagiakan seorang istri dengan fasilitas yang ia miliki, memiliki senyum untuk memikat wanita, memiliki pesona untuk merebut hati seorang wanita dan apabila Abimanyu menggabungkan semua yang ia miliki akan menjadi sebuah nada berpadu menciptakan melodi untuk membuat seorang wanita takkan punya malu untuk mengejarnya.

Dengan kualifikasi bujangan Madepcer, masa depan cerah dan fisik yang good looking seharusnya Abimanyu sangat mudah mendapatkan seorang istri, namun kenapa sampai sekarang pria itu masih melajang?

Utari tersipu teringat pendar pesona itu melambungkan angan angannya, Apakah Abimanyu masih ada hati dengannya? Karena itu Abimanyu memberikan pembelaan untuk kasusnya. Mungkinkah ia wanita yang ditunggu pria itu?

Angan angan Utari terputus saat tangannya ditarik, menoleh dan mendapati disana sepasang mata jernih dan polos milik seorang gadis cilik memakai gamis rapi.

"Ammah temannya bunda?" Tanya gadis kecil itu dengan tatapan ingin tahu.

Utari bingung menjawabnya karena memang bukan teman kak Acha, dan tidak mungkin menjawab teman om Abimanyu karena memang bukan Abimanyu yang mengundangnya kesini, dia bahkan tidak tahu dimana pria itu saat ini.

"Masuk Utari, ...Terimakasih sudah mau datang," sapa Mami ramah sambil mempersilahkan Utari masuk

"Oooh, ammah temennya Yangti," gadis kecil itu tersenyum sambil berlari ceria masuk kedalam.

Utari ikut tersenyum sebelum kemudian mencium tangan mantan calon ibu mertuanya.
Dia datang atas undangan Maminya Abimanyu di acara syukuran  ulang tahun cucu kembarnya, anak kakaknya Abimanyu.
Acara syukuran nya diadakan di kebun taman bunga sebelah rumah Mami.

Memandang sekeliling dan mendapatkan kebun bunga yang luas hingga pada ujung jalan setapak matanya menatap sosok tegap menjulang tengah menggendong anak, sosok yang familiar dan tindakan itu seakan menegaskan keluwesan pria itu dalam menangani anak anak.

Seakan punya mata  di punggungnya, Abimanyu merasa ada yang memandanginya, berbalik perlahan dan menatap mata indah itu dari tempatnya berdiri.
Mata yang membayanginya selama delapan tahun terakhir, mata yang ingin ia lupakan namun tetap mengikutinya.
Ayyas mulai menggeliat tak nyaman dalam gendongamnya dan dengan perlahan diturunkannya anak itu  kemudian dengan kaki gemuknya yang lucu, bayi itu mulai betjalan menuju ke arah ayahnya.

Abimanyu merengut, kenapa perempuan itu bisa disini dan rengutan itu tambah lebar ketika ibunya meminta tolong agar  Abimanyu mengantarkan gadis itu saat pulang dengan alasan gadis itu naik taxi online pas datang.
Aroma perjodohan itu terasa kental di udara dan entah mengapa kali ini ia ingin menghindar karena tampaknya Utari lebih antusias menjalani perjodohan yang tidak kentara ini.
Kak Adhitama dan kak Acha hanya mengedip lucu ke arahnya .

Utari diam, tidak tahu harus memulai percakapan dari mana karena Abimanyu tampak merengut dan ogah ogahan saat diminta mengantarkannya pulang.

Utari memang masih memiliki segudang PR dengan pria itu, namun jika analisa kak Ranti benar, Abimanyu hanya membutuhkan dorongan dan Utari akan mendorong pria itu pada titik terdekat yang bisa ia capai dan diam bukanlah salah satu yang akan ia lakukan.

Meski pria itu hanya menjawab alakadarnya dan ogah ogahan saat dirinya mencoba membuka percakapan dalam perjalanan, Utari tetap tersenyum semanis mungkin  dan berterimakasih dengan sopan saat turun dari mobil. Utari tetap menampilkan wajah ceria meski Abimanyu bahkan tidak mau turun dari mobil.
Pria yang menyebalkan, bisik hati Utari
Meski menyebalkan, engkau harus tetap tersenyum, buat pria itu nyaman dan  hatinya akan terbuka  sekali lagi, bisik lain hatinya menyemangati.

Abimanyu menyumpah nyumpah melihat gadis itu tersenyum tulus saat berpamitan , ia berharap tidak akan bertemu lagi dengan Utari, meski berusaha menolak namun Abimanyu tidak pernah bisa menolak keinginan ibunya.

Dan perjodohan itu kian hari kian tampak.  Utari sangat rajin menemani ibunya di akhir pekan entah hanya sekedar ngobrol, menyiangi mawar bahkan meminta pendapat ibunya tentang resep masakan baru yang ia praktekkan dan biasanya Abimanyu selalu mendapat bagian mencicipi masakan itu.
   
"Bagaimana Bim, enak?"Tanya Mami.

"Biasa mi,"jawab Abim sambil lalu.

"Ooh, mungkin kamu makan biji salaknya harus sambil lihat kokinya Bim !" Kata Mami sambil mengerling ke arah Utari yang merona serba salah.

Abimanyu cuek, biarkan saja gadis itu berteman dengan ibunya selama Mami tidak menyuruh nya untuk menikahi gadis itu, posisinya aman. Abimanyu yakin kali ini ibunya tidak berani memaksanya untuk yang satu ini.

Ahad kemarin dulu gadis itu ikut dalam acara sepeda santai yang digelar oleh kantornya, menunggu hingga akhir acara  dan dengan tidak tahu malu nebeng  untuk pulang naik mobilnya.

Ahad kemarin secara  tidak sengaja mereka berjumpa  di parkiran masjid, Abimanyu sudah memasang tampang jangan ganggu aku dan berharap gadis itu tidak minta diantar pulang, namun entah mengapa saat melihat gadis itu dijemput oleh Bimo terselip sedikit kesal dalam hati Abimanyu.

Sejutek apapun wajah Abimanyu gadis itu tidak menyerah, apalagi dengan dukungan dari papi dan maminya membuat Utari berada diatas angin.

Note :
Birrulwalidain : berbakti pada orang tua
Ngomah omahke : menikahkan
Ammah : Tante

Abimanyu, I'm Yours Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang