"Pak!" Jawab Abimanyu cepat dan tegas, pandangan matanya yang sedingin es menegaskan hal tersebut.
"Maaf bu Utari, saya dipanggil dengan nama lengkap di kantor," tambah Abimanyu sambil kembali mengalihkan pandangan dari wajah yang ada didepannya ke data di map tebal yang ada didepannya.
Utari menggigit bibirnya, lidahnya kelu.
Tidak menyangka jika kepala audit untuk penyelidikan kasusnya adalah Abimanyu Sumantri.Pria itu terlihat lebih tampan dari yang ia ingat, Abimanyu terlihat lebih berkharisma dengan kacamata yang bertengger dihidung mancungnya.
Rahangnya masih terlihat tegas, dan terlihat maskulin dengan bekas cukuran bakal cambang yang terlihat mulai tumbuh.Utari menunduk, merona malu karena tidak biasanya ia memperhatikan detil wajah seorang pria dan pria ini adalah pria yang ia tinggalkan 8 tahun yang lalu karena ia memutuskan untuk mengejar kariernya saat diterima menjadi ASN.
Jangan tanya bagaimana marahnya ayah dan ibunya karena hal tersebut, namun akhirnya mereka memaafkannya setelah ia berjuang minta maaf tanpa henti selama 2 tahun pertama setelah kabur dari pernikahannya kepada ayah dan ibunya.
Restu dari ayah dan ibunya kian bulat saat kariernya melesat.
Saat ini Utari justru menjadi tulang punggung keluarga dengan menanggung biaya kuliah adiknya .Pria yang ada dihadapannya ini sangat dingin, senyumnya melengkung sinis.
Entah senyum itu yang terpasang untuk semua orang atau hanya untuk dirinya."Coba kita lihat permasalahan yang ada dalam berkas anda bu Utari."
Utari menelan ludah dengan susah payah kemudian menjawab lirih.
"Saya.....Saya yang bertanggung jawab."Abimanyu tersenyum miring
"Sudah berapa lama?""Apa?" Utari kaget dengan pertanyaan Abimanyu, karena maksud dia bertanggung jawab adalah atas kejadian yang terjadi antara mereka dulu dan saat Abimanyu mengajukan pertanyaan itu berarti merujuk pada tuduhan yang tertuju padanya. Utari memang bersalah meninggalkan pernikahannya namun ia berintegritras, dia tidak pernah menerima suap.
Bibir pria itu tertarik miring, sinis dan dari dinginnya pandangan mata itu, Utari tahu ia berada dalam masalah besar.
"Saya tidak bersalah pak, saya bisa menjelaskannya."
Dengan senyum palsu yang bahkan tidak sampai matanya Abimanyu menjawab dengan datar.
"Tidak bersalah? Tapi anda adalah bagian dari sistem bu, tidak apa apa jika suap dibagi bersama?""Tidak seperti itu pak Abimanyu, saya punya integritas."
Abimanyu memandangnya dengan tatapan dingin.
"Saya tahu tentang integritas anda bu Utari, karena saya sudah pernah merasakannya delapan tahun yang lalu."Mulut Utari yang membuka ingin menyanggah perkataan Abimanyu tertutup kembali, dia tidak dalam posisi apapun untuk menjawab.
Kenapa Abimanyu membawa masalah pribadi mereka disini?
Utari mulai merasakan perasaan menggigil disepanjang tulang punggungnya, perasaan yang hanya muncul saat ia merasa ketakutan.
Abimanyu mulai melihat titik ketakutan itu dimata lawan bicaranya, Utari bahkan menelan ludah dengan susah payah, mulai muncul titik keringat diatas alis wanita itu, pandangan matanya sayu, tidak secerah tadi dan sambil menunduk dengan bibir gemetar akhirnya wanita itu berkata lirih," Saya bersumpah pak, saya tidak bersalah, saya bisa menjelaskan."
"Anda tidak perlu menjelaskan apapun kepada saya bu Utari," kata Abimanyu sambil megumpulkan berkas dari mejanya kemudian melirik ke arah jam dinding , berdiri dari kursinya kemudian berjalan pelan ke arah tamunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abimanyu, I'm Yours
RomansaUtari akan menikah dengan Abimanyu, meski disatukan karena perjodohan yang diatur namun mereka merasakan debar yang sama, memiliki visi dan misi yang sama, hingga akhirnya Utari memilih lari pada hari pernikahannya karena ibu Abimanyu tidak ingin me...