Hurt to Love || Bagian 2

5K 151 4
                                    

Vio dan Melani memilih makan siang di cafe yang terletak persis di depan kantor mereka. Baru saja mereka berdua duduk kemudian Fara tiba-tiba menyusul mereka.

"Mba Vio jahat banget sih, masa aku di tinggal" sungut Fara setelah duduk di samping Vio dan Melani.

"Ya lagian kamu lambreta, keburu laper" jawab Vio bercanda.

"Lagian kamu Far udah kaya buntutnya Vio aja kemana-mana ikutan" kata Melani lebih kalem sesuai dengan penampilannya yang lebih feminin daripada Vio dan Fara.

"Yaelah mba Vio mba Mel tadi aku tuh ngantri lift lama bingits" ucap Fara sambil mengerucutkan bibirnya yang membuat Vio dan Melani terkekeh. Fra memang lebih muda 3 tahun dari Vio dan Melani jadi harap maklum kalau tingkahnya kadang manja dengan Vio yang sudah dianggap sebagai kakaknya sendiri, begitupun sebaliknya.

Seorang pelayan menghampiri mereka bertiga, kemudian mencatat semua pesanan lalu pamit pergi.

"Eh Vi kamu kenapa sih tadi sama pak Nino?" Tanya Melani yang memang sedari tadi penasaran.

"Oh itu, aku kena skorsing presensi gara-gara salah masuk lift." Jawab Vio santai. Fara yang mendengar cerita Vio kini malah tertawa.

Melani tersenyum dan geleng-geleng melihat Fara sedangkan Vio menatap tajam Fara yang kini berusaha menahan tawanya.

"Untung aja mba Vio gak di jadiin istri keduanya pak Nino" Fara kembali tertawa.

"Sembarangan kamu ngomong, ya gak lah" Kata Vio yang sedikit kesal karena Fara terus tertawa.

Nino Bastian Hadinata adalah seorang CEO perusahaan akomodasi yang cukup besar. Usianya masih terbilang muda baru 32 tahun, tapi fisikly dia masih terlihat seperti usia 27 tahunan. Tampan, tinggi, gagah, asli Indonesia, dan badannya yang cukup atletis yang membuat para karyawan wanitanya lupa menutup mulut dan berkedip. Namun sayang sejak kematian istrinya dia berubah menjadi pria yang dingin dan hampir tidak pernah tersenyum. Orangnya sangat tegas dan disiplin makanya tak jarang para karyawannya terkena hukuman contohnya Vio. Nino ini mempunyai satu putri yang cantik bernama Olivia Kiara Hadinata, usianya sekitar 5 tahun.

"Ya gapapa sih mba, kalau pak Nino minta aku yang jadi istrinya sih aku mau mau aja" kata Fara ganjen, dia memang memuja atasannya itu katanya seperti dewa yunani yang tampannya overdosis.

"Ya udah sana kamu daftar Far" kata Melani menggoda.

"Gimana mau daftar mba orang deketan aja takutnya setengah mati tampangnya jutek galak gitu"

"Udah tau gitu masih aja ngarep" cibir Vio yang langsung membuat Fara bungkam. Kemudian tak lama pesanan mereka pun datang dan mereka langsung menyantapnya dengan di selingi obrolan-obrolan ringan.

***

Pulang dari Cafe Vio memutuskan untuk ikut ke ruangan Melani. Vio dan Melani merupakan sahabat sejak mereka duduk di bangku SMA. Kuliah di satu kampus yang sama dan bekerjapun di perusahaan yang sama bahkan jabatan mereka pun sama.

Asal gak suka sama cowok yang sama juga. Batin Vio.

"Eh Mel, Joe kapan pulang? Udah lama kayanya tuh anak gak balik sini" kata Vio setelah duduk dan menyandarkan punggungnya di sandaran sofa.

"Katanya sih bulan depan" jawab Melani halus. Vio hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Rasanya LDR tuh gimana sih Mel? Emang enak gitu jarang ketemu? Gak bisa bayangin kalau aku lama nggak ketemu Ifan" tanya Vio dengan senyum kuda khas nya.

Melani terkekeh. "Gimana ya, kalau kangen itu pasti lah Vi gak mungkin kalau gak kangen tapi mau gimana lagi kerjaan dia kan jauh di sana" jawab Melani murung.

"Cup cup cup...jangan sedih, biar LDR kan disini ada aku sama Ifan yang selalu bisa menghibur kamu" Vio mengusap-usap bahu Melani sedikit menyesal atas pertanyaannya tadi.

Andai kamu tau Vi, mungkin kamu nggak akan menenangkan aku seperti sekarang, Maafin aku Vi. Batin Melani dengan menatap mata sahabatnya itu dan tersenyum tulus.

***

VIO

Aku baru saja selesai mandi ketika bel apartemen ku berbunyi. Dengan kaos putih dan celana pendek putih aku berjalan ke arah pintu.

"Hai" Sapa pria yang wajahnya di tutupi sebuket bunga mawar merah ketika aku membukakan pintu.

"Ngapain kesini?" Tanya ku pada Ifan masih di depan pintu belum mempersilahkannya masuk.

"Maaf sayang tadi pagi ponsel ku ketinggalan..." ucapnya dengan penuh penyesalan. Aku berdecak dan berjalan masuk, terdengar Ifan menutup pintu dan kini dia sudah memeluk ku dari belakang.

"I'm sorry honey..." Katanya terdengar begitu tulus di samping telinga kanan ku.

Aku melepaskan pelukannya dan duduk di sofa menyalakan tv. Dia meletakkan buket bunga mawar tadi di pangkuanku dan duduk di samping ku.

"Kalau ponsel ketinggalan kan bisa langsung kesini jemput aku, kamu kan udah janji sih" kataku kesal dengan meletakkan bunga mawar tadi di meja.

"Aku lupa yang, tadi pagi tuh aku ada meeting"

"Aku kan juga ada meeting!" Aku mengalihkan pandanganku dari tv menatap wajah kekasihku ini dengan sebal.

"Aku minta maaf ya, please" Ifan memohon menggenggam kedua tanganku. "Aku janji nggak akan ngulangin lagi"

"Nggak usah kebanyakan janji kalau belum tentu bisa nepatin" kataku yang kini mulai melembut. Semarah apapun aku tetap luluh jika di tatap kedua mata hitam yang indah itu.

"Jadi aku di maafin?" Tanyanya dengan seulas senyuman di wajahnya. Aku menggangguk dan membalas senyumannya.

Kemudian Ifan menarikku dalam pelukannya, aku selalu merindukannya setiap saat karena Ifan selalu bisa membuatku merasa nyaman dan tenang. Aku sangat mencintai pria ini yang menurut ku paling tampan setelah ayah ku.

***

Setelah acara maaf-maafan tadi Ifan mengajak ku untuk makan malam di sebuah restoran jepang dan memilih tempat di lantai 2 di area balkon sehingga bisa sambil menikmati suasana malam yang penuh dengan bintang-bintang.

"Sayang.." kata Ifan setelah dia menyelesaikan makan malamnya.

"Hmm?" Gumam ku karena mulutku masih mengunyah makanan.

"Besok malem ada acara?" Aku berpikir sejenak kemudian menggelengkan kepala dan menyuapkan makanan terakhir ke mulut ku.

Sejenak Ifan memandang ku dan tersenyum, kemudian memajukan tubuhnya dan mengulurkan tangan kanannya. Mengusap lembut sudut bibir ku dengan ibu jarinya.

"Kamu tuh kebiasaan kalau makan clemotan bikin gemes" mendengar ucapan Ifan membuat wajah ku memanas, padahal aku sudah berulang kali mendengarnya.

"Kalau nggak ada acara ikut aku ya, ke pesta penggalangan amal di hotel Guardian" Pintanya lembut dan masih menatap ku dengan tatapan sayangnya.

"Jam berapa?" Kataku singkat kemudian aku meminum lemon tea ku.

"Besok aku jemput jam 7 malem ya"

"Okee siap boss" kata ku sambil mengangkat tangan ku hormat.

Beginilah Ifan yang aku kenal sejak duduk di bangku kuliah dulu, selalu memberikan perhatiannya pada ku dan selalu bertutur lembut dengan ku walau kadang aku yang malah terkesan cuek padanya. Ifan yang selalu mengalah ketika aku sedang marah padanya, Ifan yang dengan sabar menghadapi ku jika muncul sifat manja dan ke kanak-kanakkan ku. Pokoknya komplit bisa sebagai kekasih, sahabat, kakak, temen curhat, de el el.

***

Haaaaiii gimana ceritanya? Kalian suka? Ayo dong di tunggu nih responnya vote n coment...!!! Kritik dan saran author terima dengan senang hati kok...hehe

kiss muah muah readers :*

Hurt to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang