Hurt to Love || Bagian 14

6.7K 274 55
                                    

Vio

"Apa bener kabar yang ibu denger nduk, ibu pasti salah denger kan?" Tanya ibu dengan suara isakan tangisnya.

Akhirnya kabar itu telah sampai ke telinga keluarga ku, apa yang harus ku jawab. Jawaban apa yang bisa aku berikan agar tangisan ibu mereda.

"Nduk, kamu denger ibu kan?"

"Iya bu Vio denger kok, nanti Vio ceritain semua sama ibu sekarang Vio lagi banyak kerjaan. Ibu udah ya jangan nangis gitu Vio jadi khawatir"

"Ya sudah ibu tutup dulu telponnya, pokoknya nanti kamu jangan lupa cerita sama ibu yo"

"Iya bu iya.."

Kemudian sambungan telepon terputus. Aku menarik nafas panjang, mengisi dada ku yang sesak dengan oksigen sebanyak banyaknya. Pak Nino masih setia menunggu ku menjawab pertanyaannya tadi yang belum sempat aku jawab karena ada telepon dari ibu.

"Dari ibu kamu? Ibu kamu kenapa?" Tanya pak Nino yang duduk di kursi depan meja ku.

"Nggak papa cuma ada masalah sedikit, biasalah ibu dan anak...hehe" jawabku sekenanya.

"Ck...nggak usah boong, pasti masalah bajingan itu kan?" Cela pak Nino dengan sinis dan tajam seolah pisau yang menusuk tepat di hati ku yang sedang terluka. Oke ini lebay.

"Emm...maaf pak tapi bajingan itu mantan kekasih saya, kalau bapak menyebutnya bajingan brati pak Nino secara nggak langsung juga mencela saya sebagai mantan kekasih bajingan dong" Kata ku tidak kalah ketus.

Ifan memang bajingan tapi rasanya kok nggak rela kalau orang lain yang menyebutnya bajingan. Apa ini efek galon ya alias gagal move on.

"Maaf tapi aku nggak maksud buat nyela kamu, tapi memang pada kenyataannya dia bajingan kan?"

Aku memejamkan mataku menahan amarah yang sudah meletup letup karena pak Nino menyebut Ifan bajingan (lagi). Tarik nafas buang perlahan tarik lagi buang lagi perlahan.

"Terserah bapak deh" jawab ku cuek dan menyandarkan punggungku di kursi.

"Oke kalau gitu kita nggak usah bahas ba- maksud ku dia lagi tapi kita kembali ke topik awal tujuan ku datang kemari"

Aku menautkan kedua alis ku tidak mengerti apa yang pak Nino maksud. Aku memutar bola mata ku berpikir, astaga mungkin karena banyak masalah akhir-akhir ini aku jadi sedikit pikun.

"Oh maksud bapak Joe?"

Pak Nino mengangguk, dan ketika dia mengangguk seperti itu aku seperti melihat Olive yang juga mengangguk. Ah bagaimana kabar gadis kecil itu, lama sekali aku tidak bertemu dengannya.

"Dia-" dan perkataan ku terpotong karena pintu ruangan ku terbuka.

"Aunty cantiiiiik" panjang umur baru saja aku merindukannya sekarang dia sudah ada disini.

"Sayaaang" aku merentangkan kedua tanganku, dia berlari menghambur kedalam pelukan ku. Aku mencium kedua pipinya yang tampak lebih chuby dari terakhir kali kami bertemu. Seperti biasanya aku mendudukkannya dipangkuan ku.

"Hei princess lama kita nggak ketemu, aunty kangen banget sama kamu" kata ku gemas sambil mencubit pelan kedua pipinya.

"Olive juga kangen sama aunty makanya Olive dateng kesini" balasnya dengan suara khas anak kecil. "Daddy kok ada disini?" Tanyanya pada pak Nino.

"Daddy tadi ada urusan sama aunty Vio, princess kesini sama siapa?" Ucap pak Nino dengan nada suara lebih berwibawa dan menenangkan jauh berbeda dengan nada suara yang ia ucapkan beberapa menit lalu sebelum Olive datang. Benar-benar menyebalkan, pria bunglon.

Hurt to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang