Vio
"Bagaimana keadaan teman saya dok?" Tanyaku khawatir setelah dokter Nadia memeriksa keadaan Melanie.
Dokter Nadia menghela nafas pelan ada semburat kekhawatiran diwajahnya. "Cukup mengkhawatirkan, kandungannya sangat lemah dan sepertinya ibu Melanie juga dalam kondisi stress berlebihan"
Dada Vio terasa sesak, benarkan apa yang dikhawatirkannya tadi siang dikantor. "Tapi janinnya nggak papa kan dok?"
"Janinnya baru menginjak usia 3 minggu, dimana usianya masih sangat muda dan riskan. Seharusnya ibu Melanie bisa menjaga emosi dan pikirannya demi keselamatan janinnya" terang dokter Nadia yang membuat Vio terenyuh "ngomong-ngomong dimana suami ibu Melanie?"
Degh
Vio bergeming menatap nanar dokter Nadia, matanya memanas dan pandangannya semakin buram akibat air mata yang membendung.
"Apakah ibu Melanie..." tanya dokter Nadia hati-hati, seolah tahu jawabannya dari reaksi Vio.
Vio mengangguk air matanya mengalir perlahan dan langsung mengusapnya. "Lalu apa yang harus dilakukan dok?"
"Saran saya sebaiknya ibu Melanie dirawat inap untuk beberapa hari sampai kandungannya kembali stabil"
"Baik dok saya setuju, mohon dibantu segala urusannya"
"Silahkan anda ke bagian administrasi terlebih dahulu dikamar mana ibu Melanie mau ditempatkan, biar yang lain saya yang mengurusnya"
"Iya, terima kasih dok saya permisi dulu" kataku sambil mengulurkan tangan
"Sama-sama" dokter Nadia tersenyum ramah dan menjabat tanganku.
Aku berjalan gontai keluar ruangan menghampiri pak Nino yang sedang duduk di kursi tunggu. Pak Nino duduk bersandar dan memejamkan matanya, mungkin dia kelelahan. Aku berdehem pelan ketika tepat dididepannya. Pak Nino membuka matanya dan membenarkan posisi duduknya, aku menjatuhkan tubuh ku di kursi samping kirinya.
"Bagaimana?" Tanyanya singkat.
"Kandungannya lemah" jawab ku lesu.
"Apa? Kandungan?" Ucapnya terkejut.
Memang tidak seharusnya aku mengatakan hal itu pada pak Nino, tapi bukankah dia juga berhak tau yang sebenarnya karena dia juga yang membawa Melanie ke rumah sakit ini dan juga toh nantinya cepat atau lambat kabar buruk ini akan segera tersebar.
Aku menatap pak Nino yang masih terkejut, aku berusaha tesenyum padanya "Nanti saya ceritakan, sekarang pak Nino pulang saja dulu"
Kening pak Nino berkerut semakin dalam menandakak ia semakin bingung "Memangnya kamu nggak pulang?"
"Saya harus mengurus administrasi awal agar Melanie cepat mendapatkan kamar inap dan kemungkinan saya akan tetap menemaninya disini"
"Aku temani kamu mengurus administrasi kemudian kita ke dokter memeriksakan kaki mu dan setelah itu aku akan pulang" Katanya yang lebih mirip dengan perintah.
Aku tidak bisa mengelak kemauan boss besar ku yang satu ini, dia benar-benar menemani ku ke bagian administrasi kemudian ke poliklinik memeriksakan kaki ku yang memang benar hanya terkilir, kata sang dokter kemungkinan lusa juga akan sembuh. Setelah dari poliklinik pak Nino mengantarku ke ruangan Melanie berada dia sempat pamit tadi tapi setengah jam kemudian dia kembali membawa tas belanjaan yang berisi satu stel baju santai, selimut dan juga sandal jepit katanya untuk mempermudah jalan ku yang masih terkilir daripada harus menggunakan heels kerja ku. Menurut kalian ini sweet tidak sih? Dia angkuh, dingin, sensi tapi ternyata dia juga punya cukup perhatian pada karyawan kecilnya seperti diriku. Kemudian setelah itu dia pamit pulang membawa mobil ku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt to Love
RomanceCinta dan persahabatan, semua hanya omong kosong. Mereka bisa mengkhianati mu kapan saja! Jangan pernah kalian percaya sepenuhnya pada orang-orang di sekeliling kalian, bisa saja orang terdekat kalian menyembunyikan sesuatu yang menyakitkan untuk ka...