Haaaiii author datang lagi, ngeliat respon kalian yang menggebu-gebu (cielah bahasanya) saya jadi kepengen nglanjutin cerita ini. Yang pengen part pak Nino duren duda keren ini part isinya full si duren kece...
Happy Read :*
***
Vio langsung duduk di sofa yang ada diruangannya mengurut kakinya yang tadi keseleo. Dia meringis merasakan sakit dipergelangan kaki kirinya. Seseorang masuk ke ruangannya tanpa mengetuk dan berdiri di depan Vio, Vio pun menoleh dan melihat tubuh tegap yang menjulang tinggi di hadapannya.
"Darimana kamu?" Tanyanya dingin dan menatap Vio tajam. Vio langsung membenarkan posisi duduknya dan tak lagi mengurut kaki.
"Saya dari bagian marketing pak" jawab Vio jujur.
"Mau apa? Ini kan masih jam kerja, malah kluyuran"
"Nah bapak juga kluyuran disini" Vio langsung menutup mulutnya yang bicara seenaknya tanpa rem. Sedangkan Nino sudah melotot semakin tajam kearahnya.
"Maaf pak maaf" Ucap Vio sambil menunduk dalam.
Nino menghembuskan nafasnya kasar kemudian berlalu dari ruangan itu. Vio hanya menatap heran punggung kokoh yang semakin menjauh dan menghilang.
"Duh marah beneran ya? Lagian kamu bego si Vi udah tau bos sensian parah tapi tuh mulut nggak ada remnya" Vio ngedumel sendiri setelah kepergian Nino.
Ditempat lain Nino berjalan kembali keruangannya dengan perasaan lega, khawatir dan juga jengkel. Dia sengaja tadi datang ke ruangan Vio untuk memastikan kalau gadis itu baik-baik saja tidak buruk seperti terakhir kali pertemuan mereka, ketika masuk keruangan Vio ternyata ruangan itu kosong lalu Nino pun berbalik untuk kembali ke ruangnya tanpa bertanya pada staff yang ada disitu tetapi ketika dia sampai di depan lift tiba-tiba pintu lift terbuka dan seseorang keluar dari sana lalu menabraknya hingga jatuh. Nino membantunya berdiri namun siapa sangka gadis itu limbung dan terjatuh dipelukannya. Jantungnya berdegup lebih cepat, sudah lama dia tidak merasakan degup jantung secepat itu, terakhir kali mungkin ketika bersama mendiang istrinya Rachel. Nino menjatuhkan diri ditempat duduk kerjanya, menghempaskan nafasnya kasar, dia lega melihat Vio sudah kembali seperti semula, konyol dan suka seenaknya walaupun sifatnya yang seperti itu sangat menyebalkan tetapi lebih menyebalkan lagi jika melihatnya kacau dan rapuh seperti waktu itu.
"Sebenarnya apa peduliku" lirih Nino dengan dirinya sendiri.
Tok tok tok
Nino menoleh ke arah pintu yang terketuk dan menampilkan seseorang yang sudah cukup lama tidak bertemu, terakhir kali ketika pemakaman Rachel, dia menangis histeris. Melihatnya langsung membuat sekujur tubuh Nino membeku, jantungnya berpacu lebih cepat dan terasa sesak di dada.
"Apa aku mengejutkan mu?" Ucapnya sambil melangkah menuju kursi didepan Nino.
"Ekhmm" Nino berdehem dan berusaha memasang wajah datarnya lagi. "Cukup terkejut beberapa detik yang lalu"
Dia mengulum senyum "Kamu masih saja seperti dulu, dingin dan kaku"
"Kapan kamu kembali?"
"Tadi pagi dan aku langsung kesini, aku sangat merindukan keponakan ku tercinta" Dia melipat kedua tangannya diatas meja dengan senyum yang masih mengembang dan menatap Nino.
"Kamu salah jika mencarinya disini, dia ada dirumah sepupu mu Erika" Jawab Nino dingin dan mengacuhkan pandangannya dari Reyna adik kembar Rachel.
"Dan bagaimana kalau aku juga merindukan ayahnya?" Salah satu alis Reyna terangkat satu dan menunjukan seringainya.
Rachel dan Reyna mereka kembar identik, tidak dipungkiri mereka berdua sangatlah mirip hampir dari segala hal, hanya satu yang membedakan mereka Reyna memiliki tailalat di dagu sedangkan Rachel tepat di tengah dagu sebelah atas dibawah bibir. Mereka berdua sama-sama mempunyai perasaan cinta dengan Nino, bedanya Reyna jatuh cinta pada Nino setelah Nino bertunangan dengan kakak kembarnya Rachel. Dia bahkan mengungkapkan perasaannya pada Nino seminggu setelah pernikahannya dengan Rachel. Hal itu membuat Nino geram dan jelas langsung menolaknya mentah-mentah, biarpun mereka berdua kembar tapi hati mereka berbeda dan Nino hanya jatuh cinta pada Rachel. Sebulan setelah pengungkapan perasaannya dan mengetahui kalau Rachel hamil, Reyna memutuskan kembali ke Kanada dan berkarir disana untuk melupakan perasaannya pada Nino. Tapi siapa sangka perasaan itu masih ada sampai detik ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt to Love
RomansCinta dan persahabatan, semua hanya omong kosong. Mereka bisa mengkhianati mu kapan saja! Jangan pernah kalian percaya sepenuhnya pada orang-orang di sekeliling kalian, bisa saja orang terdekat kalian menyembunyikan sesuatu yang menyakitkan untuk ka...