Olin POV
Gue nungguin Bang Kev yang katanya mau nganterin gue pulang. Sekolah dah lumayan sepi tinggal gue sama anak berkacamata dipinggir jalan."Bang Kev mana sehh", kesal gue. Punya abang kok ya lemot gini.
Brum.....Brumm...
Deru motor terdengar dari belakang gue. Omaigat kak Rey naik motor ninjanya. Makin kelepek kelepek eneng bang."Ayo!", ajaknya tiba tiba.
"Ha?", gue terbelalak sendiri. Dia terkekeh, manisnya ampoon.
"Abang lo latihan basket,, dia nggak bilang sama lo katanya nadadak", sumpah itu kata kata terpanjang yang pernah gue denger dari bibi Kak Rey.
"Oke", jawab gue singkat dan kemudian naik keatas motornya.
Bukannya kearah rumah gue nih motor malah ngacir ke arah lain. Gue yang bingung protes aja sama Kak Rey.
"Kok belok sih?", protes gue sambil nengok ke dia.
"Gue laper", katanya singkat. Gue nggak dong sama maksudnya.
"Trus??", gue pura pura polos.
"Temenin gue makan", tumben Kak Rey nggak irit ngomong kayak biasanya.
"Owh", dia berdehem. Gue sebel lagi sama tingkah dinginnya yang sukanya cuma 'hmm' terus kalo diajak omong.
"Tapi gue nggak mau nemenin", ucap gue sambil melepas pegangan gue dari belakang motor.
Dia gas poll motornya, gue yang terlonjak spontan meluk dia dari belakang. Dia ngerem mendadak.
"Astopir,, lo mau bunuh gue ya?,, naik motor berasa naik kuda gue", kata gue sambil menaikkan kaca helm yang turun.
"Jangan peluk gue", katanya dingin. Gue langsung lepasin tangan gue yang ada dipinggangnya.
"Makannya jangan ngebut", dia berdehem lagi.
"Bisa nggak sih nggak cuma 'hmm hmm'",kata gue geram. Dia berdehem lagi. Gue iseng lingkarin tangan gue kepinggangnya. Dia nggak ngerem ndadak lagi.
•••
Reyhan POV
Udah gue ingetin dia malah peluk gue lagi. Nggak ada penolakan dari gue walau jantung gue nggak beraturan. Dia eratin pelukannya dipinggang gue. Nggak lama sampaj di cafe punya gue yang nggak begitu jauh dari rumah Olin."Lin?", tangannya masih erat meluk gue. Dan panggilan gue nggak dihirauin. Pas gue nengok, nampak muka imutnya yg sedang tertidur pulas. Gue guncangin motor gue ke kanan dan kekiri. Dia terlonjak kaget dan pelukannya semakin erat. Gue menegang.
"Udah sampek ya?", tanyanya santuy. Gue cuma berdehem lagi.
"Jangan bilang 'hmm' lagi", ketusnya kesal lalu ngedahuluin gue masuk ke cafe.
"Dasar cewek!", kata gue sambil geleng geleng kepala.
Waktu sampai didalem gue duduk dikursi dan memesan makanan.
"Nggak makan?", tanya gue ke Olin yang dari tadi main hp.
"Nggak,, kenyang", jawabnya ketus. Gue bergidik ngeri ngelihat muka horornya.
"Sayang!!", teriak seorang cewek. Yang nggak lain dan nggak bukan adalah Jessi.
"Eh fans fanatik", kata gue pelan.
"Eh dia tadi panggil gue apa?", tanya gue ke Olin.
"Sayang", katanya sambil menirukan nada ngomong Jessi.
Jessi datang dan bergelayut manja dilengan gue. Mau rasanya gue kibasin tapi gue mau ngecek si Olin ada rasa nggak sama gue.
"Gue pulang dah malem,, bay", ucapnya dengan nada jutek dan dingin lalu melenggang pergi.
"Yess", gumam gue.
"Apa?", tanya Jessi. Dikira manggil namanya apa.
"Hush", gue kibasin lengan gue dan spontan terlepas dari Jessi. Gue lari nyusul Olin. Diluar dia lagi nungguin kendaraan umum.
"Nungguin apa?", tanya gue sok polos.
"Nggak usah sok polos deh", katanya judes. Gue cuma senyum.
"Bareng gue aja", ajak gue.
"Nggak,, makasih", dia masih jutek gengs.
"Siapa yang nawarin?", tanya gue. Dia kelihatan heran.
"Bukannya lo?", dahinya mengkerut bingung.
"Gue nggak nawarin,, gue nyuruh", kata gue dingin.
"Nggak mau", gue tarik tangannya ke motor gue.
"Apaan sih gue nggak mau,, jangan tarik tarik", katanya kesal.
"Gini ya,, gue dapet amanah dari Kevin buat nganterin lo pulang,, dan gue harus anterin lo sampek rumah,, kalo gue turunin lo sampek sini Kevin bakalan jotosin gue sampek babak belur,, dan lo mau abang lo ada masalah sama bk gara gara mukulin ketua osis?", kata gue panjang lebar. Dia masang wajah cengo.
"Elo Kak Rey kan?", tanyanya ragu. Gue ngangguk pelan.
"Dan elo ketos?", nadanya semakin rendah. Gue ngangguk mantap. Tanpa aba aba gue langsung tarik tangan dia.
Kali ini dia nurut naik ke motor gue, dikejauhan nampak Jessi jalan menghampiri. Gue langsung tancap gas.
"Kak Jessi pacar lo ya?", tanya Olin waktu berhenti dilampu merah.
"Bukan!", tegas gue dengan nada dingin.
"Oh", jawabnya singkat. Gue mau berdehem tapi gue urungkan. Ntar malah marah lagi nih bocah.
"Ini kan rumah lo?", gue memastikan. Dia ngangguk terus loncat turun dari motor gue.
"Jangan loncat loncat bisa nggak sih?", tanya gue ketus. Nih cewek super petakilan sih.
"Nggak bisa,, makasih Kak Rey babaaaay!!", dia berlalu masuk kedalem rumah.
Gue ngelajuin motor dengan kecepatan tinggi menuju rumah.
•••
Mau bikin part yang rada panjang.
Baca juga Chella & Natan (end) ya.
Kalo bikin cerita pasti diselesaiin dulu loh,, biar para ryders nggak kelamaan nunggu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Ketos (End)
Romance"Kaka yang paling ganteng minta tanda tangan dong", Sam mengambil buku dan memberikan tanda tangan. "Abang gue yang paling bloon minta ttd donk", Kevin menatap sinis. Bingung nih deskripsinya apaan,,langsung baca aja yaa, jgn lupa follow dulu😂.