PART 14

2.4K 104 1
                                    

Author POV
Pulang sekolah Olin menunggu Kevin yang tak kunjung datang. Namun yg datang malah yg lain.

"Bareng gue aja", tawar Arkan. Olin menggeleng, dia tdk mau membonceng Arkan lagi karna takut merepotkan.

"Nggak usah,, ntar lo repot", kata Olin sambil senyum manis.

"Kalo gue repot  ngapain gue tawarin elo", Olin akhirnya mengangguk mendengar penuturan Arkan. Ia naik ke motor Arkan.

"Jalan jalan dulu yuk", ajak Arkan.

"Nggak makasih", ucap Olin sopan. Namun dengan nada yg terdengar dingin.

"Tapi dah sampek", saat mereka sampai disebuah taman. Taman tempat Arkan menembak Olin dahulu.

"Gue selalu suka sama taman ini ntah kenapa,, tapi gue juga ngerasa agak muak ngelihat taman ini", ucap Olin jujur.

Arkan hanya tersenyum kecut mendengar penuturan Olin.

"Dulu gue pernah nembak seseorang disini,, sampai sekarang dia masih jadi pacar gue tapi gue nggak tau dia masih nganggep apa nggak", ucap Arkan tiba tiba. Membuat langkah Olin terhenti.

"Siapa?", tanya Olin penasaran. Arkan hanya tersenyum.

"Nanti lo akan tau sendiri", jawab Arkan sambil senyum smirk.

Olin melanjutkan jalannya menuju kursi yang kosong. Arkan ikut duduk disebelahnya.

"Mau es krim?", padahal Arkan tau kalau Olin tak akan menolak.

"Terserah", jawab Olin jutek. Padahal hatinya meng iyakan dengan senang hati.

"Oke,, gue beliin dulu", Olin mengangguk dan kembali menatap bunga bunga disampingnya yg masih terawat dengan baik sejak terakhir ia kesini waktu kelas satu smp.

"Nih", Arkan menyodorkan satu es krim cokelat kepada Olin.

"Kok lo tau gue suka coklat?", tatapan Olin menyelidik.

"Tau lah,, gue tau lo suka coklat, boneka, bunga mawar, sama yang paling lo suka....drakor", tebak Arkan tepat sasaran.

"Lo mata matain gue ya?", Olin terus bertanya. Seingatnya ia tak pernah memberi tau ini kepada siapapun.

"Enggak kok,, lo yg ngasih tau sendiri", kata Arkan santai sambil memakan es krim vanila yg dibelinya.

"Kapan??", Olin tampak mengingat ingat.

"Kelas 4 sd", jawab Arkan yg membuat Olin cengoh.

"Lo temen sd gue ya?,, pantesan gue kayak pernah liat elo", kata Olin antusias karna pertanyaannya terjawab.

"Bukan sekedar temen sd Lin,, gue pacar sekaligus kakak lo", gumam Arkan sangat pelan. Arkan menatap Olin sendu.

"Gue gak akan nyakitin lo lagi Lin,, gue cuma bakal nyakitin orang yg berusaha dapetin lo,, nggak papa gue nggak bisa dapetin lo,, tapi orang lain juga gak boleh bisa dapetin elo", batin Arkan.

"Nggak nyangka bisa ketemu temen sd", kata Olin bangga.

"Emang lo nggak ngerasa pernah punya pacar?", Olin menggeleng keras.

"Brati ingatan lo belum pulih,, dan lo masih lupa siapa Loli dan Nita", batin Arkan lagi. Ia menyesal hendak menyakiti Olin dulu.

"Nama ayah lo siapa?", Arkan iseng bertanya kepada Olin.

"Andi", jawab Olin ketus. Arkan merasa aneh dengan jawaban Olin. Dia tidak pernah menyebut nama ayahnya dengan nada bicara dingin.

"Lo lagi ada masalah ya sama ayah lo?", Arkan bertanya cemas. Olin mengangguk pelan.

"Kenapa?", tanya Arkan semakin penasaran.

"Ayah bohong sama gue mamah juga,, nggak pernah ngasih tau soal ayahnya bang Kev", Arkan terkejut. Bagaimana Olin bisa tau, kalau sekarang ini ingatan tentang masa pacarannya belum kembali.

"Gue baca dibuku memonya mamah", Olin tiba tiba berkata seperti itu. Arkan mengangguk paham.

"Yaudah gue anterin lo pulang ya,, udah mau sore nih", ucap Arkan. Olin mengangguk.

Arkan menghantar Olin pulang.
"Makasih ya lo dah repot nganterin pulang", kata Olin sambil senyum manis.

"Sama sama,, nggak repot kok", kata Arkan membalas senyum Olin.

"Eh Lin kok baru pul_", belum selesai Andi melanjutkan ucapannya. Ia terkejut melihat putranya berada didepan rumahnya.

"Iya pah,, kenalin Arkan temen baru Olin", Olin memperkenalkan Arkan kepada Andi. Andi hanya tersenyum kearah Arkan. Ia senang putranya masih hidup.

"Arkan", kata Arkan memperkenalkan diri dengan sopan.

"Iya", jawab Andi. Senyum mereka dibibirnya.

"Yaudah Lin,, udah mau sore gue balik dulu ya", Olin mengangguk.

"Ati ati ya", kata Olin. Arkan mengangguk.

"Yaudah duluan ya,, misi om", kata Arkan lalu tersenyum kearah Andi. Bukannta senyum manis tapi malah senyum kecut.

"I_iya", kata Andi gugup.

"Yaudah pah aku masuk dulu,, ngantuk bat nih", bahkan Olin lupa kalau ia sedang marah dengan Andi.

"Iya sayang", Andi mengacak rambut Olin pelan.

Mereka berjalan masuk kerumah  bersama sama. Sebenarnya hati Andi remuk mendengar putranya menyebutnya dengan sebutan 'om' bukan 'ayah' ia merasa menjadi seorang ayah yang buruk.

•••

Arkan taubat eaaaaaaa
Tobat beneran nggak ya???
kepo??

baca partnya sampai habis :)

Cool Ketos (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang