Bugh!
"Argh!"
Saga meringis pelan ketika kakinya tidak sengaja terbentur meja. Ia lantas melemparkan tongkatnya dengan asal, karena suasana hatinya tiba-tiba saja berubah menjadi buruk. Entah mengapa pikirannya kembali tertuju kepada perkataan Runa tadi. Rasanya seperti kembali ke masa lalu, tetapi Saga masih tetap menampiknya.
Ia lalu memutuskan untuk berjalan perlahan sambil meraba-raba dinding dengan kedua tangannya untuk menuju ke dalam kamarnya. Begitu tangannya menyentuh pinggiran ranjang, Saga pun langsung menghempaskan dirinya ke ranjang empuk miliknya, sembari memijit pelan pelipisnya.
"Aku takut sendirian. Aku tidak bisa tinggal di rumah itu sendirian."
"Kata-kata itu, kata-kata yang pernah diucapkan olehnya dulu. Mana mungkin wanita itu adalah dia. Jangan berkhayal, Saga. Cinta pertamamu itu sudah pergi untuk selama-lamanya. Mana mungkin orang yang sudah meninggal bisa hidup kembali."
Saga menghela napas panjang lalu menutup wajahnya dengan bantal, berusaha untuk menghilangkan bayangan masa lalu tentang seseorang yang pernah mengisi hatinya dulu. Saga tadi memang langsung pergi meninggalkan Runa setelah wanita itu mengatakan kalimat yang sama persis dengan cinta pertamanya. Ia tidak tahu saja jika Runa diam-diam mengikutinya ke rumah.
Tanpa memakai alas kaki, ia berjalan tanpa menimbulkan suara setelah Saga berjalan pulang ke rumahnya. Apapun alasannya, Runa tetap tidak ingin tidur di rumah tersebut, karena hawanya pun saat ini terlihat begitu mencekam. Dengan tekad bulatnya, ia memutuskan untuk bermalam di beranda rumah Saga, dan semoga saja Saga atau anggota keluarga lainnya tidak mengetahui kehadiran dirinya.
Runa ketika itu tidak tahu jika Evan dan Wira belum pulang ke rumah karena hampir setiap malam mereka selalu pergi keluar. Sedangkan Saga tadi berani berjalan-jalan sendiri di sekitar lingkungan rumah juga setelah memastikan bahwa Sean benar-benar sudah tertidur. Saga memang seprotektif itu terhadap adik kesayangannya.
Runa mencoba mengintip melalui kaca jendela depan, hendak memastikan jika orang-orang di rumah Saga tidak ada yang menyadari kehadirannya. Dengan perasaan lega, ia pun memilih tempat ternyaman di beranda rumah untuk cepat-cepat tidur, karena ia harus bangun pagi agar tidak ketahuan oleh Saga ataupun penghuni rumah Saga yang lainnya.
***
Malam cepat berlalu, kini pagi pun datang. Terlihat sebuah mobil sport berwarna hitam yang tengah memasuki halaman rumah, dan ternyata yang datang adalah Evan, Wira, dan juga Radit yang menyusul dengan mobil miliknya sendiri di belakang mereka. Radit memang berniat menjemput Runa untuk menghadiri kegiatan pembukaan, sekalian ia datang bersama kedua kakak beradik itu karena mereka semalam memang menghabiskan waktu bersama di klub.
Selain itu, Radit juga berniat untuk meminta maaf secara langsung kepada Saga karena tidak meminta izin padanya secara langsung. Ia pikir Evan sudah memberitahu Saga sejak awal, tetapi ternyata tidak. Tentu hal tersebut membuat Radit takut. Ia tahu betul jika Saga marah, lelaki tersebut akan terlihat sangat menyeramkan.
Sayangnya, kedatangan mereka disambut dengan pemandangan Runa yang masih tertidur lelap di beranda rumah, dan hal tersebut membuat Wira dan Radit bengong. Sedangkan Evan terlihat kaget bukan main. Ia hendak membangunkan Runa, tetapi pintu rumah sudah terbuka, membuatnya mengurungkan diri karena takut jika yang membuka pintu adalah Saga.
"Oh? Kakak cantik bobok di sini? Abang, ada kakak cantik bobok! Ini kakak Sean bang! Sini liat sini!" Sean berteriak kegirangan sembari sebelah tangannya ia lambaikan pada Saga yang terlihat berjalan ke arah sumber suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARAGRAF
Romance[Jung Jaehyun ㅡ End] ❝Setiap paragraf yang tertoreh dalam tulisanku, selalu mengingatkanku akan dirimu.❞ Runa, seorang wanita yang memiliki trauma dalam hal percintaan itu harus kembali merasakan rasanya jatuh cinta kepada seorang lelaki ketika ia...