"Apa hari ini aku boleh ikut mengantar Runa? Rasanya aku suntuk sekali di rumah."
Evan dan Wira yang masih asyik menyuapkan makanan mereka, tiba-tiba saja tersedak karena perkataan Saga. Mereka kemudian saling pandang, lalu beralih menatap Saga yang terlihat seperti sedang jatuh cinta. Meskipun wajahnya tetap datar, namun terlihat jelas ada yang berbeda di wajahnya.
Sean pagi tadi sudah pergi ke pusat rehabilitasi karena Sean harus tetap rutin menjalani terapi, sedangkan Runa juga sudah kembali ke rumah untuk bersiap-siap pergi. Saga awalnya memaksanya untuk ikut sarapan bersama terlebih dahulu, tetapi Runa menolaknya dengan alasan takut terlambat. Jadilah Saga meminta Evan untuk membuatkan bekal untuk Runa, dan Saga juga yang bersikukuh untuk meminta Evan atau Wira agar mengantarkan Runa ke kampus.
Kebetulan sekali Evan dan Wira juga ada kelas pagi, sehingga pada akhirnya Runa menyetujui ajakan mereka untuk berangkat bersama. Runa tidak tahu jika ternyata kini Saga malah ingin ikut mengantarkannya juga. Kalau tahu, ia mungkin akan kembali merasa canggung ketika berada semobil dengannya. Tetapi apa boleh buat, ia akan terlambat jika memilih untuk naik transportasi umum.
"Baiklah kalau abang mau ikut. Tetapi nanti abang mau menunggu di mana? Kami berdua ada kelas pagi." Tanya Evan sembari mengunyah makanannya.
Saga terlihat berpikir sejenak. "Di kantin juga tidak masalah. Coba tolong kalian carikan tongkatku. Waktu itu aku lempar dengan asal entah ke mana."
Wira yang sudah terlebih dahulu selesai sarapan itu langsung beranjak dari duduknya untuk mencari tongkat milik Saga. Untung tongkat tersebut tergeletak dekat dengan sofa, dan segera Wira berikan tongkat yang sudah ia lipat itu kepada Saga.
"Baiklah, ayo kita berangkat. Aku lihat Runa juga sudah menunggu di depan rumahnya." Ucap Evan setelah membereskan makanannya.
Saga hanya mengangguk ke arah suara Evan dan memanjangkan kembali tongkatnya, lalu ia ketuk-ketukkan tongkat tersebut ke lantai sebagai alat bantunya untuk berjalan. Dengan santainya ia berjalan keluar rumah, hendak berjalan ke rumah Runa sembari menunggu Evan dan Wira yang sedang bersiap.
Lagi-lagi debaran jantung Runa tidak bisa dikontrol ketika ia melihat jika Saga sedang berjalan ke arahnya. Apalagi lelaki itu saat ini tengah memakai kemeja berwarna putih bersih, menambah kesan tampan yang pasti akan membuat wanita lain menjadi lemah ketika menatapnya. Seperti dirinya sendiri yang merasakan kakinya mendadak lemas setelah melihat ketampanan Saga saat ini.
Runa kembali mematung di depan beranda rumahnya, sedangkan Saga terus berjalan menghampirinya, mengira jika Runa masih berada di dalam. Padahal Evan tadi sempat berkata jika Runa sudah menunggu di depan rumah, namun Saga tak menyadarinya. Secara tidak sengaja, Saga pun menabrak Runa yang masih berdiri seperti patung, dan wanita itu tiba-tiba saja ambruk ke lantai karena kakinya yang begitu lemas.
"Oh? Apa aku menabrakmu? Maaf, aku tidak tahu. Apa kamu baik-baik saja?"
Saga segera mencari keberadaan Runa dan membantunya untuk bangun, sedangkan Runa hanya bisa pasrah ketika Saga membantunya, sembari menggigiti ujung bibirnya karena lagi-lagi ia terlihat mempermalukan dirinya sendiri di hadapan Saga.
"Kenapa kamu diam saja? Aku bahkan tidak tahu jika kamu sudah berada di luar." Tanya Saga merasa bersalah.
Pikiran Runa mendadak kosong. Ia tak tahu harus menjawab apa. "Akuㅡakuㅡ"
KAMU SEDANG MEMBACA
PARAGRAF
Romance[Jung Jaehyun ㅡ End] ❝Setiap paragraf yang tertoreh dalam tulisanku, selalu mengingatkanku akan dirimu.❞ Runa, seorang wanita yang memiliki trauma dalam hal percintaan itu harus kembali merasakan rasanya jatuh cinta kepada seorang lelaki ketika ia...