Paragraf 11 ; New Journey

2.2K 332 10
                                    

Semenjak perkataan Saga yang ingin mengajak Runa berkencan, Runa malah terlihat seperti menjaga jarak dari Saga. Setiap Saga mendatangi rumahnya untuk meminta penjelasan, Runa selalu melarikan diri. Ia merasa tidak siap dengan kata kencan yang dilontarkan Saga. Entah maksud Saga ingin mengajaknya berkencan untuk memulai suatu hubungan atau hanya sekadar pertemanan, Runa tetap tidak siap.

Ia masih terlalu takut untuk memercayai ucapan lelaki, apalagi lelaki seperti Saga yang bahkan terlihat sangat sempurna di matanya. Jika saja Saga tidak kehilangan penglihatannya, pasti lelaki itu juga tidak akan mau mendekati dirinya yang bahkan jauh dari kata cantik dan menarik. Seperti kebanyakan lelaki yang ia temui, yang hanya melihat seseorang dari wajah dan fisiknya saja.

Beberapa hari ini ia memang berhasil menjaga jarak dari Saga dengan alasan jadwalnya yang sangat padat. Ia bahkan sampai tidak memedulikan suara-suara aneh yang terus saja mengganggunya di rumah, meskipun terkadang Runa berakhir dengan tidur di beranda rumahnya sendiri karena merasa takut.

Pernah ia mencoba untuk tidur di beranda rumah Saga seperti waktu lalu, tetapi dirinya takut jika ketahuan oleh sepupu Saga. Jadi, karena ia masih memiliki harga diri yang harus ia jaga, dengan segala keberaniannya ia pada akhirnya berusaha untuk tetap bertahan di rumah peninggalan milik kakek Saga yang terlihat berhantu itu.

Weekend pun tiba, saatnya ia menghabiskan dua hari ini untuk berjalan-jalan, karena minggu depan adalah minggu terakhirnya di sini. Semalam sebenarnya ia sudah menghubungi Zanna apakah temannya itu jadi berkunjung ke Busan atau tidak, tetapi Zanna ternyata tidak bisa datang karena ada acara lain yang mengharuskannya untuk tetap tinggal di Jeju.

Terpaksa ia hari ini akan berjalan-jalan sendiri, entah itu untuk mencari oleh-oleh atau mungkin mencari barang untuk kebutuhannya sendiri. Sarapan pagi ini ia hanya memakan roti sandwich untuk mengganjal perutnya, karena nanti kemungkinan ia akan membeli makan di luar. Kini saatnya pergi keluar, mencari kesenangan tersendiri mumpung ia sedang menjaga jarak dengan Saga.

Namun sialnya, pagi ini Saga tiba-tiba saja sudah berdiri di depan pintu rumah Runa, tidak seperti hari-hari sebelumnya ketika Runa selalu berhasil menghindar dari Saga karena dirinya yang selalu berangkat di pagi buta. Jantung Runa kembali berdegub kencang, padahal beberapa hari ini ia berhasil menenangkan dirinya karena tidak melihat Saga. Ternyata ia tidak bisa menampik jika memang perasaan yang dirasakannya ini adalah perasaan suka.

"Akhirnya aku bisa bertemu denganmu." Ucap Saga sembari masih berdiri di depan pintu rumah milik peninggalan kakeknya itu.

Runa kembali terlihat salah tingkah, ia tidak tahu bagaimana cara menghindari kemunculan Saga yang mendadak ini. "Oh, ada Saga rupanya. Sedang apa kamu berdiri di sini?"

"Seharusnya aku yang bertanya, mengapa kamu terlihat seperti menjauhiku selama beberapa hari ini? Kalau kamu tidak mau berkencan denganku, seharusnya bilang. Jangan menghindar seperti seorang pengecut." Jawab Saga dengan kalimat sarkasmenya.

'Sial, aku lupa kalau di balik sisi manisnya, mulutnya itu juga sangat tajam. Raut wajahnya juga terlihat dingin sekali, sepertinya dia marah besar padaku.'

Runa menghela napas panjang. "Aku sibuk, aku juga merasa lelah sampai tidak punya waktu untuk beristirahat. Kamu tahu sendiri kalau aku datang kemari bukan untuk liburan. Aku tidak bisaㅡ"

Saga berjalan mendekat ke arah suara Runa dan berhasil mengetahui keberadaan Runa. Ia pun langsung menarik wanita tersebut ke dalam pelukannya dan memeluknya dengan erat. Mereka saling mendengarkan degub jantung masing-masing, dan hal itu membuat keduanya saling menyadari jika mereka memiliki perasaan yang sama. Saga tersenyum tipis karena mengetahui perasaan Runa, sama halnya dengan Runa yang merasa agak sedikit senang karena sepertinya Saga juga menyukainya.

PARAGRAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang