Paragraf 24 ; Proposed

1.8K 269 6
                                    

"Dokter bilang kamu hari ini sudah diperbolehkan untuk pulang."

"Apa aku bisa meminjam uangmu dulu untuk biaya operasi kecil yang kujalani kemarin? Masalahnya uangku tidak cukup."

"Tidak perlu. Semua biaya perawatanmu sudah dibayar Bang Saga bersama dengan bang Evan. Mungkin sebentar lagi mereka akan kembali. Sesuai permintaanmu, bang Saga bahkan belum tahu kalau kamu sudah sadar sejak semalam. Tetapi sepertinya sekarang bang Evan sudah memberitahu bang Saga. Jadi, bersiap-siaplah untuk dihujani kata maaf dari bang Saga."

Runa hanya bisa menghela napas, merasa tidak enak kepada Evan maupun Saga yang ternyata sudah melunasi biaya perawatan sekaligus operasi yang ia jalani kemarin. Apalagi besok ia harus kembali ke Indonesia, sedangkan hari ini ia harus membuat Saga bahagia di hari ulang tahunnya. Runa menjadi bimbang, apakah ia harus jujur tentang kepulangannya ataukah tetap merahasiakannya dan pergi secara diam-diam.

"Wira, ayo kita keluar. Biarkan bang Saga bicara berdua dengan Runa."

Wira sedikit terkejut dengan kedatangan keduanya, dan ia hanya bisa menuruti perkataan kakaknya itu dengan cara keluar dari ruang rawat Runa. Evan bahkan bisa melihat ada yang aneh pada raut wajah Wira, terlihat sekali jika ada yang disembunyikan darinya. Adiknya itu memang tidak pandai menyembunyikan sesuatu, namun Evan juga tidak akan memaksa jika Wira tidak mau jujur padanya.

Kini, hanya ada Saga dan Runa di dalam ruangan yang bernuansa serba putih itu. Saga masih berdiri di dekat pintu, sedangkan Runa hanya diam sambil memandang sendu ke arah Saga. Di satu sisi ia sangat merindukan Saga, namun di sisi lain ia juga masih merasa kesal karena Saga ketika itu tidak mau mendengarkan penjelasannya.

"Evan bilang kamu sudah sadar, apa kamu tidak apa-apa?"

"Hmm."

Saga menggigit bibirnya. Ia tahu betul jika saat ini Runa pasti sangat membenci dirinya yang sudah bersikap acuh dan egois ketika itu. Namun Saga tidak ingin menyerah begitu saja. Lelaki itu dengan perlahan berjalan mendekat ke arah Runa sambil melayangkan tangannya untuk dapat menggapai ranjang Runa, dan yang bisa dilakukan Runa ketika Saga mendekat adalah diam sambil menetralkan degub jantungnya.

'Tahan, aku tidak boleh goyah. Aku harus memberinya pelajaran sebentar, tolong tahan sebentar.'

Di dalam hati kecilnya, ingin sekali Runa memeluk Saga dengan erat, tetapi ia juga tidak bisa melupakan kejadian kemarin secepat itu, sehingga ia semalam menceritakan rencana kejutan ulang tahun Saga kepada Wira. Runa sengaja ingin melakukan prank pada Saga dengan berpura-pura marah dan tidak mau memaafkannya, padahal sebenarnya ia juga sudah tidak sanggup menyimpan rasa sakit terlalu lama karena ia menyayangi Saga.

"Runa? Aku ingin minta maaf. Aku tahu aku salah, dan aku tahu sikapku yang kemarin membuatmu sakit hati. Tapi, maukah kamu memaafkanku?"

"Entahlah."

"Apa aku harus melakukan sesuatu agar bisa mendapatkan maaf darimu? Tolong katakan apa yang harus kulakukan untuk menebus kesalahanku."

"Tidak perlu."

"Kalau begitu, bolehkah aku memelukmu? Siapa tahu pelukanku bisa membuat rasa sakit hatimu berkurang."

"Tidak."

Saga tertunduk lesu. Hatinya bahkan terasa nyeri, tidak menyangka saja jika rasanya akan sesakit ini ketika orang yang dicintainya bahkan tidak mau memaafkannya. Saga benar-benar menyesal dengan perilakunya tempo hari, dan saat ini ia tidak tahu harus bagaimana lagi untuk meminta maaf. Ia bahkan hanya berdiri mematung di pinggir ranjang dan tidak berani untuk menyentuh Runa, ia takut saja jika Runa akan semakin marah kepadanya.

PARAGRAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang