Paragraf 15 ; Story Untold

1.9K 285 4
                                    

Sudah dua hari berlalu semenjak Saga dan Runa saling menyatakan perasaan di pantai kala itu, dan sejak itu pula keduanya memutuskan untuk menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih. Sudah dua hari juga Runa selalu bermalam di rumah Saga, bahkan mungkin hingga kegiatannya di Busan selesai minggu ini.

Semua ini karena Saga yang memaksa Runa agar mau menginap di rumahnya, terlebih ia tidak mau jika kekasihnya itu diganggu oleh penunggu di rumah peninggalan sang kakek. Tentu mereka tidak tidur sekamar, karena Runa tidak mau jika jantungnya lama kelamaan rusak karena ulah Saga. Kehadiran Runa pun membuat Sean senang. Setiap malam sebelum tidur bahkan Sean selalu meminta Runa untuk membacakan dongeng dan menemaninya tidur.

Hingga pada akhirnya adik Saga tersebut memanggilnya dengan sebutan 'Buna'. Saga tidak mempermasalahkan hal tersebut karena ia tahu Sean pasti merindukan sosok seorang ibu, jadi ia meminta Runa untuk mengiyakan saja keinginan Sean tersebut. Diluar dugaan, Runa ternyata nyaman-nyaman saja dengan panggilan baru dari Sean, karena ia pun sudah menganggap Sean seperti anaknya sendiri karena tingkah lucunya itu.

Di waktu senggang, Saga juga sempat menceritakan Runa tentang rumah peninggalan sang kakek, karena Runa begitu penasaran dengan sejarah dan awal mula mengapa rumah tersebut dibiarkan kosong. Awalnya, rumah itu memang dibangun ketika jaman penjajahan Jepang, meskipun Saga tidak begitu ingat kapan waktu tepatnya.

Ada kejadian yang tidak mengenakkan di rumah tersebut, dan bahkan Saga harus mengingat kembali kejadian mengerikan yang sudah terkubur dalam ingatannya. Runa merasa jika ia tidak enak hati karena telah mengingatkan Saga tentang masa lalunya, tetapi kekasihnya itu tidak mempermasalahkannya. Ia sendiri yang memang ingin menceritakan kejadian lampau itu kepada Runa, karena kini Runa adalah orang paling penting baginya.

Setelah kejadian mengerikan tersebut, rumah milik sang kakek itu sebenarnya sudah dijual oleh kedua orang tua Saga, tetapi tidak ada yang pernah betah tinggal di sana. Hingga pada akhirnya dibiarkan kosong sampai Runa datang untuk menempatinya. Pernah juga orang tua Saga mencoba untuk menyewakan rumah itu dengan harga yang sangat murah untuk para wisatawan yang kebetulan ingin menginap di daerah Busan.

Namun tetap saja, mereka tidak ada yang betah tinggal di rumah itu walau hanya menginap semalam. Alasannya karena mereka selalu diganggu oleh arwah anak kecil yang mungkin saja dulunya adalah pemilik baru yang tewas di rumah itu. Ternyata memang benar, karena Saga adalah saksi utama dari kejadian mengenaskan tersebut. Kejadian yang membuatnya sempat hilang ingatan akibat trauma mendalam yang dialaminya.

***

Saat itu Saga masih kecil, bahkan ibunya saat itu belum mengandung Sean. Pada suatu hari, ia diajak oleh kedua orang tuanya untuk berlibur ke Busan, sekaligus untuk menengok rumah peninggalan kakeknya yang katanya telah dihuni oleh keluarga campuran Jepang ㅡ Korea, tepatnya keluarga pertama yang menempati rumah tersebut.

Orang tua Saga bertamu ke keluarga Korea ㅡ Jepang yang memiliki marga Akimoto, dan ternyata mereka disambut dengan baik oleh si pemilik rumah. Pemilik rumah baru tersebut ternyata memiliki seorang anak perempuan, dan anak perempuan itu adalah cinta pertama Saga. Ya, bisa dikatakan cinta monyet, meskipun keduanya hanya bertemu dalam waktu yang sangat singkat.

"Hai! Namaku Aya, Akimoto Aya. Namamu siapa?"

"Saga. Antares Saga Dirgantara."

"Saga? Nama yang bagus."

Saga dan Aya pun saling berkenalan dengan menjabat tangan satu sama lain. Keduanya saling memandang dengan malu-malu, dan pada akhirnya mereka menjadi teman akrab selama Saga berlibur di sana. Hingga pada suatu malam yang tenang, keadaan menjadi begitu genting karena tiba-tiba saja Aya berlari ke rumah orang tua Saga yang berada di samping taman sambil menangis.

PARAGRAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang