Paragraf 20 ; Disappointed

1.6K 258 3
                                    

Hari berlalu begitu lambat, dan Runa malam itu menjadi kesulitan untuk tidur karena terus memikirkan Saga. Terpaksa ia kembali ke rumahnya sendiri karena tidak mungkin juga ia tetap tidur di rumah Saga ketika lelaki itu masih marah kepadanya. Selain itu, Evan dan Wira pada akhirnya membawa Sean untuk menginap di hotel bersama dengan kedua orang tua mereka yang secara mendadak berkunjung ke Busan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Betapa bersyukurnya mereka karena setiap ada masalah, pasti mereka dengan cepat menemukan jalan keluarnya. Padahal sore tadi keduanya bingung ingin membawa Sean ke mana karena mereka tidak mau Sean menjadi tempat pelampiasan amarah Saga. Tidak mungkin pula mereka merepotkan Runa dan membawa Sean untuk menumpang di rumah Runa, karena mereka tahu pikiran Runa pasti juga tengah kalut.

Hingga keajaiban yang tak terduga pun terjadi. Dengan bantuan orang tua mereka, Evan dan Wira dapat sedikit bernapas lega karena Sean akan aman untuk sementara waktu. Evan bahkan mencegah kedua orang tuanya untuk menjenguk Saga, dengan alasan Saga sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun. Termasuk Sean, adiknya sendiri.

Tanpa bertanya, kedua orang tua mereka hanya bisa memaklumi kondisi Saga yang menurut mereka masih belum stabil semenjak kejadian dua tahun yang lalu, padahal kini Saga sudah terlihat sangat berbeda dari sebelumnya. Hanya saja kedatangan mereka tidak di waktu yang tepat, sehingga lebih baik Evan berbohong sejenak demi kebaikan bersama.

"Pah, apa papa mengenal ayah Rara? Maksudku Adora Zeline, wanita yang selalu ditolak cintanya oleh bang Saga. Bukankah ayahnya adalah teman baik om Tara?"

"Adoraㅡ oh, papa mengenalnya. Bukankah dia adalah orang yang hendak bekerjasama dengan bang Tara waktu itu? Memangnya ada apa?"

"Aku sedikit curiga jika ayah Rara adalah dalang dibalik kecelakaan dua tahun lalu. Semua terasa janggal, dan mumpung ada papa di sini, bisakah papa membantu kita untuk menemukan bukti-bukti penting? Aku tidak tega melihat kondisi bang Saga yang semakin menyedihkan seperti ini, pah."

Evan menyikut lengan Wira yang duduk di sampingnya, lalu Wira menoleh dan tiba-tiba memasang wajah memelas, seakan ingin memohon kepada sang ayah untuk membantu keduanya memecahkan masalah Saga. Karena merasa iba dengan kondisi Saga, ayah mereka pun menyetujui keinginan mereka. Setelah diingat-ingat, memang ada yang janggal dari kecelakaan dua tahun lalu. Demi orang tua Saga, keadilan tetap harus ditegakkan. Bagaimanapun caranya.

"Jika Sean di sini, lalu Saga kalian biarkan sendirian di rumah? Ayo cepat kalian pulang! Kasihan dia, dia pasti merasa kesepian. Apa jangan-jangan selama ini kalian sering meninggalkannya di rumah sendiri seperti ini? Iya?"

Wira dan Evan menggelengkan kepalanya dengan cepat kepada sang ibu yang baru selesai mengemasi makanan untuk Saga. Meskipun pada kenyataannya memang terkadang mereka berdua meninggalkan Saga sendirian di rumah, tetapi mereka selalu pulang pada malam harinya. Meskipun itu hanya berlaku pada Evan, tidak pada Wira yang terkadang sampai tidak pulang karena terlalu asyik berada di klub malam bersama dengan teman-temannya.

"Perlu mama ingatkan berkali-kali, jangan pernah meninggalkan Saga sendirian di rumah. Mama dan papa mengizinkan kalian kuliah di sini juga karena Saga membutuhkan kalian. Setelah mendengarkan cerita kalian pada papa tadi, mama jadi curiga kalau kalian sering membiarkan Saga sendirian di rumah. Mama tahu kalian juga sibuk dengan kuliah dan menjaga Sean, tapi mama yakin kondisi psikologis Saga juga belum pulih sepenuhnya. Tolong jaga Saga baik-baik, kalau kalian lalai, mama dan papa akan berhenti mengirimkan kalian uang bulanan."

Kedua kakak beradik itu hanya tertunduk lesu dan mengangguk dengan perlahan, merasa tertampar dengan kenyataan bahwa memang sebelum Runa datang, kondisi psikologis Saga belum benar-benar sembuh. Memang Saga selalu bilang jika dirinya baik-baik saja, tetapi seharusnya mereka sadar jika Saga adalah orang yang selalu menutup rapat isi hati dan perasaannya. Mana mungkin Saga akan bilang bagaimana perasaan yang ia rasakan sesungguhnya kepada mereka jika keduanya saja selalu sibuk dengan urusan masing-masing? Tentu Saga juga tidak ingin menambah beban keduanya.

PARAGRAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang