Part 12

2.1K 63 1
                                    

Setelah mandi Ziya keluar dari kamar mandi dan masih menggunakan hijab ia tau malik dan dirinya sudah sah tapi ia belum siap jika membuka jilbabnya di depan malik. Ia mencari-cari keberadaan malik tapi ia tidak menemukan. Lalu ia melihat ke balkon menemukan malik disana sedang menikmati angin malam. Ziya berinisiatif membuatkan nya kopi.

"Mas, ini ziya buat kan kopi, mas ngga mandi dulu?" Ucap ziya menghampiri malik. Malik sedikit terkejut.

"Kamu udah slesai? Saya mau menikmati angin malam sebentar" sambil menyesap kopi buatan ziya. "Makasih ya" malik tersenyum. Dan ziya duduk di kursi yang ada di balkon tidak jauh dari malik. "Zee, lusa saya sudah harus kembali ke turki. Program beasiswa S3 yg saya ambil sudah mendapat jawaban dan diterima. Minggu depan sudah harus mengontrak matakuliah jadi saya harus segera kembali keturki" ziya hanya terdiam mendengar penjelasan malik . Mereka berbicara tanpa berhadapan.

"Saya juga tau kamu masih ingin tetap bekerja di rumah sakit. Saya tidak ingin membatasi ruang gerak kamu dalam berkarir. Saya juga tau karir mu adalah mimpi mu dan untuk membahagia orang tuamu juga, Tapi kalau saya boleh saran sekarang kan kita sudah menikah jadi kamu adalah tanggung jawab saya sepenuh nya termasuk kebutuhan kamu. Kamu tidak perlu bekerja hanya untuk mewujudkan itu semua" sambil memberikan kartu atm lengkap dengan kertas bertuliskan pinnya. ucapan malik barusan sedikit agak bertentangan dg pandangan ziya tentang mimpi nya.

"Maaf mas, ziya belum membutuh kan ini" ucap nya terhenti sambil menyodorkan kembali yng diberikan malik barusan. "Ziya tau kita sudah menikah tapi ziya juga ingin meluruskan masalah ini. Kalau mas malik masih berpikir seperti itu ziay belum bisa menerima apa-apa dari mas malik. menjadi dokter memang impian ziya tanpa embel-embel gaji dan upah yang besar dari karir yang ziya tekuni. Kalo mas keberatan dengan pekerjaan ziya...ziya ngga masalah kok mas. Karena ziya juga punya mimpi yang lebih besar. Dulu ziya selalu katakan jika sudah menikah, ziya akan menuruti semua keinginan suami ziya, karena bagaimana pun dalam rumah tangga, istri hanya sebagai makmum dan suami adalah imam nya yang harus di patuhi istri dan anak-anak nya. mas malik bicara sperti itu tadi mas malik seolah-olah meremeh kan impian ziya yg jadi seorang dokter dg karir dan gaji yang besar karena ingin menyaingi pendapatan suami untuk membahagiakan orang tua ziya? Iya kan? Mas malik salaahh !" Ziya sedikit menaikkan nada bicara nya dan hampir meneteskan air mata.

Apa yang di katakan ziya barusan adalah semua yang ada di pikiran malik. Malik berpikir bahwa ziya bekerja karena ingin gaji yang besar dan menganggap malik tidak mampu membiayai nya. Ternyata malik salah. Ia menyesal telah mengatakan itu tadi.

"Maaf mas tadi nada bicara ziya terlalu tinggi. Tapi ziya harap mas malik mengerti. Selamat malam" ucap ziya berdiri tiba-tiba dan berlalu masuk kekamar. Malik tidak mengatakan apapun ia berpikir mungkin ziya hanya butuh istirahat.

Malik merasa diluar sudah sangat dingin ia kembali masuk kekamar terlihat ziya sudah tertidur lelap di atas tempat tidur lengkap dengan jilbab nya. Malik merapikan selimut hingga menutupi dada ziya. Lalu ia mandi dan berganti pakain dan ingin langsung tidur sebelum tidur ia memperhatikan wajah tenang wanita yg sedang berada sekamar dengan nya. Wanita ini sangat cantik dibalik kelembutan nya kejadian tadi membuat malik mengerti bahwa ziya juga seorang yg keras kepala dan punya pendirian yg kuat.

Malik memutuskan untuk tidur di sofa yang berada tak jauh dari ranjang tempat ziya tidur. Walaupun mereka sudah sah menjadi suami istri tapi malik dan ziya tetap kah orang asing yang baru bertemu. Mereka belum terbiasa dengan keadaan seperti ini, dari pada malik mendapati ziya berrteriak ketika mereka bangun lebih baik malik tidur terpisah saja terlebih dahulu.

Lelaki pilihan tuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang