✦ ONE ✦

3.3K 283 38
                                    

Awan abu dengan angin dingin berhasil membuat tubuh Akashi merinding saat bersentuhan dengan kulitnya. Dia mengecek waktu di tangan kirinya dan saat kedua mata dwi warnanya melihat jelas angka dan jarum, dia menghela nafas gusar.

Padahal, di akhir pekan seperti ini, dia ingin menenangkan diri dan membebaskannya dari pekerjaan yang disuruh ayahnya sendiri untuk terus belajar.

Akashi sendiri tidak masalah soal belajar itu, hanya saja dia ingin lebih.. bebas dan bisa merasakan seperti orang lain bagaimana cara menghabiskan akhir pekan dengan normal.

Kakinya membawa ke perpustakaan kota, dia melihat jalanan yang semakin senggang karena titik air mulai jatuh dari langit. Hingga lama-kelamaan, hujan membasahi bumi. Tidak ada pilihan lain selain dirinya menghangatkan badan di dalam perpustakaan dan menunggu hingga sore supaya supirnya bisa menjemput. Akashi masih enggan untuk pulang ke rumahnya.

Tangan dinginnya mendorong pintu, harum buku memenuhi hidungnya, sekejap menutu mata. Akashi pergi ke rak bagian kanan di mana cerita dengan genre romantis dan slice of life berjajar dibagian rak itu.

Jemari Akashi menelusuri judul buku yang bisa membunuh rasa bosannya sembari menunggu hujan reda. Satu buku dia ambil dari rak lalu membawanya ke tempat membaca.

Empat meja panjang dengan delapan kursi di setiap bagian sisinya membuat Akashi memiliki ruang pribadinya untuk membaca. Pelan, Akashi menggeser kursi lalu mendudukkan diri dan membuatnya nyaman di kursi dingin itu.

Halaman pertama dia buka dan mata dwi warnanya langsung jeli untuk membaca setiap huruf yang tertera dibuku. Suara hujan yang terdengar seperti ketukan kotak musik menjadi irama yang membuat Akashi lebih tenang dalam membaca tanpa beban.

"Hey, tampan."

Suara yang terdengar aneh ditelinganya membuat Akashi mengangkat sedikit kepalanya dan dia beradu pandang dengan iris (eye color).

Terlebih lagi seorang gadis.

Akashi memasang wajah bingung seperti meminta gadis di depannya ini untuk segera bicara dan apa perlu padanya sebelum melanjutkan acara membacanya.

"Kamu, Akashi Seijuuro si pemain basket Kiseki no Sedai yang terkenal itu?" tanyanya dengan dagu ditaruh ditangannya, senyum terlihat di wajahnya.

"Iya, ada apa memangnya?"

"Wow, aku tidak pernah tahu ternyata Akashi Seijuuro lebih tampan di dunia nyata daripada melihatnya di tv."

Akashi merasa aneh dengan gadis di depannya. Kenapa dia berkata demikian soal dirinya? Apakah dia berniat menjahili seorang Akashi Seijuuro?

"Hmm.. terima kasih?" ucap Akashi terdengar bertanya.

Keluar kekehan dari bibir gadis itu dan pipinya juga merona, "ah, apa Akashi-kun tahu apa yang membuat dirimu lebih sempurna?"

Akashi menggelengkan kepalanya pelan. "Aku ti―"

"Jika kamu mencintaiku, kamu akan lebih sempurna."

Akashi lumayan terkejut dengan gombalan yang dilontarkan gadis itu. Mulutnya setengah terbuka masih tidak percaya ada orang dan terlebih lagi gadis― mengatakan hal itu dengan mudah.

"Reaksi, Akashi-kun sangat lucu," ucapnya dengan nada pelan dan matanya terlihat berkelip― kagum mungkin pada Akashi di depannya.

"Aku tidak lucu." Akashi langsung membantah cepat dan matanya kembali membaca buku, mengabaikan eksistensi gadis penggoda di depannya.

"Mmm, Akashi-kun jangan mengabaikanku seperti itu~ Kamu tidak ingin tahu namaku?" tanya gadis itu dengan nada rengekan yang entah kenapa membuat Akashi iritasi.

Akashi menghela nafasnya lalu membuka halaman selanjutnya, "aku tidak peduli dengan namamu."

Terkesiap dengan jawaban Akashi, gadis itu menaruh tangannya di dada kiri dan wajahnya memasang rasa sakit.

"Aww, Akashi-kun memang bermulut tajam."

Akashi mulai kesal dengan kehadiran gadis di depannya ini sekarang, tetapi hujan belum berhenti dan lagipula waktunya masih banyak sebelum dia pulang.

"Ekhem! Namaku, (fullname). Kalau Akashi-kun mau, boleh memanggilku (Name)-sama!" ucap gadis itu― (Name) dengan nada kembali ceria.

Akashi mengabaikannya lagi dan fokus dengan bukunya. Sedangkan (Name) yang sadar Akashi kembali mengacuhkannya membuat dia sedikit mengangkat sudut bibirnya.

"Akashi-kun sekarang kelas tiga, ya? Aku jadi kouhainya, Akashi-kun, loh~" ucap (Name) sambil mengetukan jarinya ke meja.

Lagi, Akashi membungkam bibirnya dan menulikan kedua telinganya.

"Oh, Aku pernah melihat pertandingan Akashi-kun dengan Jabberwock, benar-benar pertandingan yang... err menegangkan," ucap (Name) seperti kebingungan kata.

Akashi menutup bukunya lalu sekali lagi melirik ke jam tangannya. Walau waktunya masih banyak, dia memutuskan untuk pulang secepatnya.

Terlebih, dia ingin menjauh dari (Name).

"Eh? Akashi-kun mau kemana?"

Akashi mengambil ponsel disakunya lalu mencari kontak supirnya dan meneleponnya.

"Pulang," singkatnya dengan ponsel ditaruh di telinga kiri dan dia kembali menaruh buku itu ke tempatnya.

(Name) berdiri dari kursinya lalu berjalan mengekori Akashi. "Pulang? Cepat sekali. Padahal aku ingin lebih dekat dengan Akashi-kun," jelas (Name) dengan nada sedikit sedih.

Setelah selesai menaruh buku dan menelepon supirnya, dia melirik dari bahunya untuk melihat (Name) yang ternyata berdiri di belakangnya.

"Terima kasih, tapi aku harus pulang."

"Kalau begitu ayo tukar nomor telepon!"

Kali ini Akashi menghentikan langkahnya lalu menatap (Name) dengan alis bertaut bingung.

"Tidak mau."

"Ayolah, Akashi-kun! Aku tahu kamu pasti mau!"

Akashi menggelengkan kepalanya lalu buru-buru keluar dari perpustakaan. Betapa beruntungnya dia saat dia keluar sudah ada mobil hitam yang terparkir di depan dan supirnya yang melambaikan tangan kepadanya.

Akashi bersyukur dalam hatinya.

Sebelum dia masuk ke mobil, lengan bajunya ditarik dan dia melihat (Name) yang memegang lengannya dan ponsel di tangan kanannya.

"Akashi-kun, mari bertukar nomor!"

"Tidak mau."

"Tapi aku memaksa, loh!"

"Aku serius, tidak mau."

Akhirnya, Akashi melepas pegangan tangan (Name) dan dia masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya. Akashi bisa melihat wajah (Name) yang terkejut dan bibirnya yang mengerucut marah.

Akashi melihatnya, cukup terhibur dengan (Name).

"Tuan Muda, siapa Nona di sana?" tanya supir Akashi yang penasaran karena (Name) masih berteriak minta nomor pada Akashi.

Akashi menyamankan duduknya lalu menutup matanya sesaat.

"Bukan siapa-siapa, hanya penggemar fanatik, mungkin?"

« • ❁ • »

つづく

« • ❁ • »

𝐃𝐞𝐥𝐢𝐧𝐪𝐮𝐞𝐧𝐭 | A. SEIJUUROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang