✦ EIGHT ✦

881 164 10
                                    

"(Name)? Berangkat sekolah sepagi ini?"

Suara ayahnya yang masih terdengar setengah sadar itu berhasil membuat (Name) terkejut lalu dia berbalik dan melihat ayahnya yang melipat tangannya di depan dada.

"Iya, hehehe. Aku ada jadwal piket jadi berangkat sekarang," jawab (Name) lalu berjalan keluar dan mengambil sepeda abu tuanya.

Ayah (Name) menghela nafas pelan lalu menyandarkan badannya pada pintu. "Berhati-hatilah, (Name). Belajar yang rajin, ya."

Mendengar ayahnya yang mengharapkan kebaikan dalam sekolah membuat (Name) menggigit bibir bawahnya menahan perasaannya agar ayahnya tidak mengetahui kebenarannya.

"Iya, otou-san. Aku berangkat!"

(Name) bersepeda ke arah berlawanan dari rute sekolah ke cafe Mirai yang akan menjadi tempat persembunyiannya selama tiga minggu dan semoga saja, semuanya berjalan sesuai rencana.

(Name) merasakan udara pagi yang terbilang segar ini berhasil menaikkan semangatnya. Setidaknya, suasana hatinya lebih tenang, tidak sekacau saat di rumah dan juga perasaan bersalah yang terus dirasakan (Name).

(Name) berteriak senang saat menuruni jalan dan berhasil dimarahi oleh masyarakat yang terganggu dengan teriakannya.

🍒

Akashi tidak bisa berhenti memikirkan gadis penggoda itu― (Name). Dia mencoba mengirimkan pesan namun sekian menunggu tidak kunjung dibalas. Mencoba menelponnya, tidak diangkat juga. Sebenarnya apa yang terjadi dengan (Name)?

Saat ini, Akashi berada di ruang musik dalam sekolah berharap rasa gundahnya hilang sesaat. Tetapi, lama-lama menjadi terpikirkan berulang-ulang dan untuk pertama kalinya, Akashi mengkhawatirkan seorang gadis.

Apalagi (Name) adalah gadis yang Akashi kira akan menyebalkan dan merepotkan seperti gadis yang kebanyakan dia temui. Namun, (Name) berbeda.

Iya, dia memang suka menggoda Akashi, melontarkan gombalan yang kira (Name) akan berhasil membuat sang emperor merasa tersanjung. Tetapi, ada yang membuat Akashi nyaman dan merasa aneh dengan kehadiran (Name).

Nyaman karena dalam dirinya dengan mudah menerima kehadiran (Name) dan saat Akashi mencium pipi (Name) untuk mengalihkan perhatiannya, bisa dibilang Akashi menyukai ekspresi (Name).

Aneh karena (Name) selalu menolak bantuan atau 'hadiah' dari Akashi. Seperti beberapa hari sebelumnya. (Name) seakan-akan menutup dirinya rapat dari Akashi. Jika memang benar (Name) mengagumi Akashi, pasti si pengagum itu akan terbuka pada idolanya bukan?

Akashi menghela nafas pasrah lalu dia menatap ke jendela, mata dwi warnanya masih dengan emosi yang sama. Bingung.

"Permisi, Akashi senpai."

Akashi melirik ke arah pintu dan melihat wakilnya. "Ada apa?"

"Etto... ada rapat mendadak di sekolah (School Name) untuk Festival Olahraga nanti. Jadi, kali ini kita yang kesana, Akashi senpai."

Akashi mengangguk pelan mendengarnya lalu menyuruh wakilnya untuk memberitahukan hal ini kepada pilihan anggota lainnya. Berarti, Akashi akan pergi ke sekolah (Name).. dan dia akan bertemu dengan (Name) juga.

"Humm, aneh juga tapi aku ingin segera bertemu dengan gadis aneh," gumamnya.

Seusai pelajaran, Akashi dan keempat anggotnya pilihan wakilnya pergi ke sekolah (School Name) menggunakan mobil yang sengaja Akashi pakai untuk menghemat uang pulang mereka nanti. Oh, betapa baiknya ketua OSIS ini.

𝐃𝐞𝐥𝐢𝐧𝐪𝐮𝐞𝐧𝐭 | A. SEIJUUROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang