✦ FOUR ✦

1.1K 213 10
                                    

Akashi mengetuk-ketuk kakinya ke lantai, tangannya memegang buku yang pernah dia baca saat datang berteduh dari hujan waktu itu. Ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya dalam cerita yang berhasil menarik perhatiannya.

Di sampingnya ada sekeranjang buah-buahan yang sengaja dia beli sebagai balas budi dari (Name).

Kenapa Akashi rela melakukannya?

Akashi merasa tidak enak saat dirinya tidak bisa membalas kebaikan orang lain padanya. Jadi, alasan kenapa dia mengirim pesan itu pada (Name) adalah untuk memberikan buah itu kepadanya. Meski Akashi tahu nanti akhirnya dia akan digoda habis-habisan oleh (Name).

Ponsel Akashi bergetar dalam sakunya dan dia melihat pesan yang dikirimkan (Name).

Gadis Aneh:

Maaf, Akashi-kun aku tidak bisa ke perpustakaan. Otou-san sedang membutuhkanku! Kalau ada sesuatu yang ingin dibicarakan atau rindu padaku, telpon aku ya~♡

Akashi menghela nafas gusar melihat pesan (Name), di satu sisi dia merasa sedikit kecewa. Tetapi apa boleh buat. Kedua mata dwi warna Akashi melihat keranjang buah yang masih segar itu, bingung harus apa yang dia lakukan pada buah di depannya ini.

Kembali menatap pesan (Name). Akashi memutuskan untuk meneleponnya dan menunggu panggilannya diangkat oleh (Name).

"Moshi moshi! Ternyata Akashi-kun benar-benar meneleponku, ya!"

Suara (Name) yang bisa Akashi deskripsikan terdengar senang dan juga nafas (Name) seperti tidak beraturan.

"Alamat rumahmu?"

"Eh-AH?! A-apa?"

Akashi menutup bukunya dan meletakkannya di meja, kali ini dia mengulang yang kedua kalinya dengan jelas dan penuh tekanan dalam nadanya.

"Rumahmu ada di mana?"

Sesaat, (Name) sama sekali tidak menjawab pertanyaan Akashi dan sepertinya (Name) kebingungan mau memberitahu Akashi atau tidak.

"Uhh... temui aku di dekat cafe Mirai, aku akan di sana jika Akashi-kun ingin sekali menemuiku."

"Datanglah dalam sepuluh menit."

"Heck?! Ak―"

Akashi menutup cepat sambungan teleponnya tidak ingin mendengar berbagai komplen yang akan keluar dari bibir (Name). Dia menyimpan kembali bukunya ke rak buku yang semestinya dan satu tangan kirinya membawa keranjang buah yang seperti rencana awalnya, memberikannya pada (Name).

Memasuki mobil hitam pribadinya, Akashi memberikan tempat pertemuannya pada supir pribadinya untuk segera datang ke tempat cafe Mirai yang dikatakan (Name) tadi.

Dilihat-lihat selama perjalanan, Akashi baru menyadari ternyata jarak perpustakaan itu lumayan jauh, perkiaraannya jika hanya jalan kaki bisa sampai dua puluh menit.

Sampai di cafe Mirai, yang kebetulan tutup hari ini. Akashi keluar dari mobil bersama keranjang buah ditangannya. Tatapannya mencari keberadaan (Name) dimana sesuai apa yang dikatakan Akashi, kalau dia seharusnya sudah ada di sini.

"Akashi-kun!"

Merasa namanya terpanggil, dia melihat (Name) yang mengayuh sepeda dan bisa dilihat kalau (Name) kelelahan.

"T-Tunggu.. sebentar.." (Name) mencoba mengatur kembali pernapasannya.

"Memangnya rumahmu ada di mana hingga kau selelah ini?" tanya Akashi penasaran.

(Name) turun dari sepedanya dan memakirkan sepeda keranjang peraknya itu perlahan. Tangannya mengusap keningnya yang basah akan keringat. Lalu iris (eye color) menatap Akashi dan memberikannya senyuman.

𝐃𝐞𝐥𝐢𝐧𝐪𝐮𝐞𝐧𝐭 | A. SEIJUUROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang