✦ SIX ✦

1K 180 8
                                    

Akashi berdiri terpaku dengan apa yang dia lihat. Seorang pemuda dengan rambut hitam melemparkan pukulan pada pria yang tadi mencoba menyentuh (Name).

"Dasar kurang ajar! You need some lesson for touched my best friend!" pemuda itu berteriak dengan nada marah, walau bahasa yang dia gunakan bahasa asing, Akashi sangat jelas apa maksud dari perkataannya.

(Name) memiliki sahabat?

"L-Leo-kun! Sudah! Kau membuat para pelanggan tidak nyaman di sini!" ucap (Name) setengah berbisik sambil menarik lengan Leo untuk menjauh dari pria itu.

Lalu, kepala manager dari cafe keluar dan menenangkan keadaan, mata dwi warna Akashi mengikuti arah (Name) dengan pemuda yang bernama Leo itu yang dia asumsikan pergi ke dapur.

Akashi menghela nafasnya kasar dan kembali.. duduk. Tunggu, kenapa dia peduli pada (Name)? Apakah tadi dia juga ingin mencegah pria kotor itu dari (Name)? Akashi mengusap sisi dahinya pelan sambil menutup mata. Kenapa dia tidak bisa tenang sehari saja huh?

Setelah kejadian itu, pesanannya tidak lama datang dan disajikan oleh pelayan yang berbeda. Sepertinya (Name) dan pemuda Leo itu masih di dapur.

Akashi tidak ingin waktu berharganya terbuang dan terjadi lagi kejadian yang malah membuatnya tidak nyaman. Dia menyelesaikan memakan makanannya dengan cukup cepat dan menaruh uang di atas meja tanpa menunggu kembalian.

Awalnya, dia ingin menenangkan pikirannya sejenak dengan keluar. Namun, dengan rasa khawatir yang entah kenapa dia rasakan pada gadis aneh seperti (Name), malah semakin parah. Dia ingin sekali tahu keadaan (Name).

Akashi mengambil ponsel dari sakunya dan menelepon supir pribadinya untuk menjemputnya pulang. Dia sudah tidak sabar ingin segera tidur dan berharap dia bisa menghilangkan rasa gundah yang ada di dalam dirinya untuk sesaat.

Semoga saja.

🍒

(Name) menghela nafasnya sambil mendorong sepeda tuanya dengan Leo yang berjalan di samping (Name). Ini baru hari pertama (Name) bekerja tetapi ada saja kejadian yang akan mengacaukannya.

Mungkin sudah seperti seharusnya.

"Leo-kun kau tidak perlu mengantarkanku, jalan ini aman saat aku lewati sendiri."

Leo menggelengkan kepalanya. "Tidak (Name), aku ingin memastikannya oleh diriku sendiri bahwa (Name) pulang dengan selamat," jawab Leo dengan nada khawatir.

"Aku tahu Leo-kun khawatir tapi aku sudah besar. Aku bisa menjaga diriku sendiri."

"(Name), ingat. Aku tidak ingin kau lagi menggunakan hal itu pada orang lain." Leo kini bertatapan dengan (Name) yang ada di sampingnya.

Wajahnya menunjukan rasa sedih namun nada yang dia keluarkan hampir terdengar seperti peringatan. (Name) hanya menatap kembali ke depan. Dia tahu kemana pembicaraan ini pergi, dia sangat tidak menyukainya.

"Leo, kau jangan mengaturku lagi soal teknik bela diri yang kupakai. Aku sudah besar dan tahu cara menggunakannya." (Name) membalas perkataan Leo dengan nada serius.

Leo tetap menggelengkan kepalanya. "(Name), kau tidak ingat dengan ap―"

"Oh, itu rumahku. Sampai jumpa!"

Jelas (Name) menghindari topik pembicaraan ini dan segera bersepeda ke arah rumahnya yang sudah terlihat. (Name) sedang tidak mood untuk membicarakan soal teknik bela dirinya yang dianggap remeh di kelasnya. Karena, (Name) tipe siswi yang lumayan sering melanggar peraturan sekolah, dan teman-teman kelasnya menanggapi salah paham.

𝐃𝐞𝐥𝐢𝐧𝐪𝐮𝐞𝐧𝐭 | A. SEIJUUROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang