✦ TEN ✦

955 160 6
                                    

(Name) perlahan membuka matanya dan merasakan udara dingin menyentuh kulitnya. Matanya melihat ke arah jendela yang terbuka, dengan menggeram kesal, dia menutup jendela itu dengan suara keras lalu wajahnya kembali menemui bantal lembutnya.

Melihat jam yang terpasang di dinding kamarnya menunjukkan pukul delapan malam membuat perut (Name) berbunyi lapar. (Name) masih ingat kalau bawaan dari Akashi belum dihabiskan.

(Name) memposisikan dirinya untuk duduk lalu menggapai kantong putih yang ada di mejanya, melihat masih ada roti isi dan sebotol air. (Name) tidak perlu pergi ke dapur untuk mengambil minum kalau begitu.

Perlahan, (Name) membuka bungkusan roti isi itu lalu mengunyahnya sambil menikmati rasa roti yang sudah lama ini jarang dirasakan lidahnya. Ketika menikmati roti tersebut, (Name) teringat dengan aksi bodohnya tadi siang.

"Ugh.. kenapa aku harus bilang itu? Nanti Akashi-kun menjauhiku!" ucap (Name) dengan wajahnya yang memerah malu.

Dirinya tidak menyangka bisa mengatakan perasaan tersembunyi miliknya kepada orang yang baru dia sadari ternyata lebih dari pandangan mata serta hatinya. Dia jatuh cinta pada Akashi Seijuuro dan mengatakan perasaannya kepada sang emperor langsung meski tak bertatap wajah.

Setelah pengakuan perasaannya itu, Akashi mendapatkan telpon mendadak dari ayahnya dan memutuskan untuk pulang. Entah harus bersyukur karena Akashi pergi atau kecewa karena Akashi tak merespon terkait pengakuan cintanya.

(Name) ingin sekali menguburkan dirinya pada saat itu.

Dia juga tidak yakin bisa menemui Akashi lagi, dan lagipula selama beberapa hari ke depan, Akashi akan sangat sibuk dengan festival olahraga itu dan (Name) mungkin bisa bernafas lega.

"(Name)?" pintu kamarnya terbuka oleh ayahnya yang terlihat jelas di wajahnya bercampur lelah dan khawatir.

"Eh? Aku kira otou-san dapat kerja lembur lagi?" ucap (Name) dengan wajah bingung.

"(Name)-chan!!" terdengar juga suara familiar dan (Name) bisa menebak pemilik suara itu.

"Leo-kun?!"

"Otou-san dapat gaji yang lumayan hari ini, jadi otou-san ingin segera membelikanmu makanan kesukaanmu, (Name)," ucap ayahnya pelan.

"Dan, otou-san bertemu dengan Leo-kun di jalan, dia juga berniat menjengukmu mendengar kabarmu sakit."

"Y-yeah.. jadi aku membawakanmu sup! Aku sudah menyimpannya di atas meja makan."

"Oh? Aku tidak menerima jam menjenguk lebih dari jam tujuh malam," ucap (Name) yang kembali memakan rotinya. Leo yang mendengarnya mengeluarkan tawa canggung.

Ayah (Name) yang baru menyadari makanan yang dipegang (Name), langsung bertanya kepada (Name). "Darimana semua makanan ini, (Name)?"

(Name) menelan makanannya lalu membersihkan tenggorokannya dan mengalihkan pandangannya ke sisi lain. "Ada.. teman lainnya yang menjenguk," bisik (Name) tapi masih jelas terdengar oleh dua pria di kamarnya.

Kedua mata ayah (Name) terlihat senang, dia tidak menyangka (Name) memiliki teman selain Leo. Tangannya mengusap pucuk kepala (Name) penuh kasih. "Otou-san senang mendengarnya."

"Oh, otou-san keluar dulu, ya. Leo-kun, tolong jaga (Name) sebentar."

"Baik, paman!" Leo langsung menjawab tanpa ragu, setelah ayah (Name) keluar dari kamar. Leo dan (Name) saling bertatapan.

"Ini sudah malam, pulanglah."

"Itu semua dari Akashi 'kan?"

(Name) melihat Leo yang sekarang berjongkok di depannya dan mata ungunya itu menatap (Name) dengan arti yang sulit dikatakan.

𝐃𝐞𝐥𝐢𝐧𝐪𝐮𝐞𝐧𝐭 | A. SEIJUUROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang