The Perfect Husband [17]

4.7K 283 29
                                    

Ada yang nunggu?

ting

Rafa membuka pesan dari Dino, matanya membulat sempurna kala melihat video Aleta yang tengah memaki Kania. Bahkan Aleta dengan tega menarik paksa hijab yang di gunakan oleh Kania. Mengapa Aleta seperti ini, Ia tahu jika istrinya cemburu dengan Kania. Tapi mengapa harus melakukan hal seperti ini.

Rafa memasuki kamarnya, Ia melihat istrinya yang tengah membersihkan riasannya. Aleta menatap sang suami dari cermin.

"Ada apa mas?" tanya Aleta, tangannya masih mengusap wajahnya dengan kapas.

"Apa maksud kamu Al?" tanya Rafa datar dengan menunjukkan video di ponselnya.

Aleta memutar tubuhnya menghadap sang suami. Ia menarik napas lalu menghembuskan napasnya kasar.

"Ya ngelabrak dia, mau apa lagi." jawab Aleta.

"Tapi gak gini caranya Al. Kamu tahu, video ini udah nyebar dan aku malu" ucap Rafa.

"Persetan dengan malu mas. Aku gak suka jika apa milikku di sentil termasuk kamu." bantah Aleta.

"Apakah kamu tidak bisa berpikir dewasa, ingat Al kamu ini sudah menjadi seorang istri" ucap Rafa melembut.

"Oh, jadi kamu mikir kaya gitu ke aku. Perlu kamu tahu, sedewasa apapun seseorang jika hal berharganya di sentil dia pasti egois. Dan itu sama kaya aku!" ucap Aleta meledak. Hatinya bergemuruh kala Rafa berpikiran seperti itu.

"Apa kamu gak sadar kalau Kania itu suka sama kamu. Pikir!" ucap Aleta.

"Tapi tidak dengan cara kekerasan Al. Kita bisa bicarakan dengan kepala dingin" ucap Rafa.

Aleta tersenyum sinis, berbicara dengan kepala dingin? tidak, itu tidak bisa Ia lakukan karena terlanjur emosi.

"Jadi intinya kamu membela dia?" tanya Aleta bergetar. Air matanya serasa ingin tumpah.

"Bukan gitu Al." ucap Rafa. "Minta maaflah padanya dan kita bicarakan baik-baik" lanjut Rafa.

"Minta maaf? nggak akan" ucap Aleta, air matanya yang sedari tadi di tahan akhirnya lolos di iringi dengan isakan.

***
Satu minggu kemudian...

Aleta menyiapkan sarapan untuk sang suami, meskipun beberapa hari terakhir suaminya itu sangatlah irit bicara. Aleta yakin jika hal tersebut karena masalah antara dirinya dan Kania. Aleta tersenyum miris, mengapa seolah ini menjadi salahnya.

"Sarapannya udah siap mas" ucap Aleta, Rafa mengangguk sebagai jawaban.

"Udah seminggu loh mas kamu diam dan irit bicara sama aku. Kamu gak kangen sama aku?" tanya Aleta menatap sang suami. Apalagi akhir-akhir ini, Ia ingin di manja oleh Rafa.

"Minta maaflah sama Kania, karena bagaimanapun juga apa yang kamu lakukan ke dia itu salah" jawab Rafa panjang.

"Kamu makan dulu deh" ucap Aleta. Entah mengapa sulit rasanya meminta maaf kepada Kania.

Setelah perginya Rafa berkerja, Aleta membereskan bekas piring kotor. Dirinya juga harus membersihkan kamarnya.

Aleta duduk di ranjang dan meraih kalender duduk di meja. Mata Aleta membulat, harusnya dua hari lalu dirinya mengalami menstruasi. Ia membuka laci dan mengambil beberapa test pack yang di belinya beberapa hari lalu. Ia harus memastikannya.

Jantung Aleta berdetak dua kali lebih cepat kala menunggu hasil tes itu. Semoga saja 'iya'. Aleta meraih alat itu dengan memejamkan matanya.
Perlahan Ia membuka matanya, apa yang selama ini Ia tunggu-tunggu hadir.

"Alhamdulillah" gumam Aleta penuh syukur. Ya, dua garis merah. Ia harus segera memastikannya ke dokter.

"Pasti mas Rafa seneng mendengar kabar ini" ucap Aleta penuh kebahagiaan.

Dengan cepat tangannya meraih tas merah miliknya, Ia sudah tidak sabar memberi kabar bahagia ini kepada sang suami.

Tidak sampai satu jam, Aleta sudah sampai di rumah sakit mertuanya itu. Rona kebahagiaan itu terpancar di wajah ayu nya.

Banyak tatapan tidak suka para suster yang di pancarkan pada Aleta. Aleta tahu, ini pasti karena video itu. Ia tak ingin ambil pusing dengan tindakan mereka, toh makan gak minta mereka bukan?.

"Wih Aleta, sendirian?" tanya Dino yang tidak sengaja berpapasan.

"Iya, oh ya mas Rafa di ruangannya kan?" tanya Aleta.

"Entahlah, hari ini aku belum bertemu dengannya. Waktu menyita ku di ruang operasi" jawab Dino lesu, nampaknya pria itu lelah.

"Oh, yaudah aku ke ruangannya langsung" ujar Aleta.

Aleta memasuki ruangan Rafa, ruangan itu nampak sepi dan rapi. Kemana kah Rafa? batin Aleta. Okey, dirinya akan menunggu di sini. Aleta duduk di sofa, Ia tersenyum tipis melihat foto pernikahannya tertempel di dinding. Sederhana namun membuatnya bahagia.

Ia melirik jam di pergelangan tangannnya, sudah lama sekali Ia menunggu. Akhirnya, Ia memutuskan untuk keluar dari ruangan suaminya.

"Al" ucap Rafa yang melihat Istrinya menutup pintu.

Senyuman Aleta luntur kala melihat orang yang di tunggunya sedari tadi bersama Kania. Baiklah, untuk kali ini Ia akan diam dan tidak akan membuat keributan.

"Aku pulang" ujar Aleta dingin. Jujur hatinya sakit melihat suaminya bersama Kania, bukankah sudah sering Ia mengingatkan Rafa tapi apa? pria itu justru melanggarnya. Dan Kania, Aleta tidak habis pikir dengan jalan pikiran Kania. Okey, dan kini dirinya lelah mengingatkannya lagi. Terserah dengan apa yang akan mereka lakukan.

"Tunggu" tangan Rafa menahan lengan istrinya, ini tidak seperti yang di pikirkan oleh Aleta.

"Lepas mas, aku lelah" ucap Aleta datar dan melepaskan tangan Rafa dari tangannya.

"Kamu kenapa?" tanya Rafa.

Aleta mendengus sebal, apakah pantas suaminya bertanya seperti itu. "Pikirlah sendiri" jawab Aleta dan pergi dari sana.

Aleta tersenyum miris, bahkan Rafa tidak mengejarnya untuk menjelaskan kepadanya.

***
Rafa memasuki rumahnya, Ia tak melihat istrinya. Jika biasanya Aleta menunggunya pulang, lain halnya dengan kali ini. Rafa hanya ingin istrinya berpikir dewasa dan tidak seperti anak kecil.

Rafa melangkahkan kakinya menuju kamar, di sana Ia melihat Aleta yang tengah membaca buku. Aleta nampak cuek kepadanya dan seolah tak melihatnya.

"Al" ucap Rafa.

Aleta bergeming, rasanya malas berbicara dengan suaminya.

"Al" ujar Rafa lagi. Aleta tak kunjung memberikan respon.

"Al aku bicara sama kamu" ucap Rafa meninggi, Aleta tidak kaget mendengar ucapan Rafa yang sedikit meninggi.

Rafa mendekat dan melempar buku yang di pegang Aleta. "Apa?" tanya Aleta kemudian.

"Dengarkan aku" ucap Rafa.

"Ya udah, bicara saja." ucap Aleta cuek. Rasa kesal itu masih memenuhi hatinya.

Rafa duduk di pinggiran ranjang dan menatap istrinya yang nampak kesal itu. "Yang kamu lihat tadi tidak seperti yang kamu pikirkan."

"Lalu apa?" tanya Aleta memotong ucapan Rafa.

"Dia hanya mengambil dokumen dariku, apa itu salah?" tanya Rafa.

"Oalah, ya udah" ucap Aleta.

"Kamu marah?" tanya Rafa.

"Menurut kamu?" tanya Aleta balik.

"Aku harap kamu tidak marah dan tidak cemburu, kita hanya sebatas patner kerja" ucap Rafa lembut.

"...."

Jangan lupa vote dan comennya ya guysssss...

Kediri,
28 September 2019.

The Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang