Kania Azzara, gadis berhijab itu menatap rumah sakit di depannya yang menjulang tinggi. Senang rasanya bisa bekerja di rumah sakit terbesar di kota ini. Hardikusuma Medika. Nama itu mengingatkannya pada pria yang Ia cintai dalam diam.
Kania memasuki Rumah Sakit dengan senyuman yang mengembang di bibirnya, rasa senang melingkupi hatinya saat ini.
"Permisi bu, apa benar Anda dokter Kania?" tanya suster itu dengan tersenyum.
Kania mengangguk. "Iya. Saya Kania Azzara." jawab Kania dengan membalas senyum.
"Anda sudah di tunggu pak Doni di ruangannya. Mari saya antar" ujar suster manis itu.
Kania mengikuti langkah kaki suster Feni, hingga mereka kini sudah berada di lantai 15, lantai tertinggi gedung ini.
"Permisi dok, ini dokter Kania" ucap suster Feni pada Doni. "Saya permisi" ucapnya beranjak dari ruangan Doni.
Doni kembali melihat Curriculum Vitae milik Kania.
"Selamat datang dokter Kania Azzara." ucap Doni menatap gadis berhijab di depannya."Terima kasih pak Doni." balas Kania dengan lembut.
"Dan Anda bisa bekerja mulai pagi ini" ucap Doni. Kania mengangguk paham.
"Terima kasih pak" balas Kania.
***
Aleta hanya bisa menyiapkan sarapan untuk suaminya berupa roti dan segelas susu. Ia memang tak pandai memasak, Ia meringis kala mengingat masakannya yang asin kemarin. Mamanya sudah sering sekali mengajaknya belajar memasan namun dirinya selalu enggan. Sekarang apa yang di katakan mamanya benar, Suami dan anakmu kelak butuh empat sehat lima sempurna, bukan bibir bergincu yang merona. Itulah kata mamanya dulu, sekarang Ia memang harus belajar memasak."Sarapan mas" ucap Aleta melihat sang suami yang menjinjing tas kerjanya.
"Iya." balas Rafa.
"Maaf ya, cuma bisa bikin ini" ujar Aleta sendu.
"Gak apa, apapun yang kamu buat aku suka" hati Aleta menghangat, harusnya Ia bersyukur mempunyai suami sebaik Rafa.
"Makasih mas"
Mereka makan dalam diam. Sesekali Aleta melirik suaminya dalam. Rafa semakin tampan.
"Kamu kuliah?" tanya Rafa.
"Iya, tapi masih nanti jam 9" jawab Aleta.
"Semoga skripsi kamu lancar"
"Aamiin."
"Aku berangkat kerja dulu. Assalamualaikum" ucap Rafa beranjak dari duduknya.
"Waalaikumsalam. Mas, tunggu" Aleta beranjak dan mendekat pada Rafa yang berbalik badan. Tangan Aleta meraih tangan Rafa untuk di salaminya. Rafa tertegun ini adalah kali kedua istrinya melakukan ini. Rafa berdesir melihat perubahan istrinya.
Pria itu tersenyum pada Aleta, dirinya tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. cup. Satu kecupan lembut mendarat di kening Aleta.
"Aku berangkat."
"Ya, hati-hati" ucap Aleta.
Aleta kembali membereskan priring kotor dan segera mencucinya. Setelah urusan dapur selesai, Aleta beranjak dari sana dan menuju kamar.
Istri dari Rafa itu membuka ponselnya, Ia membuka galeri potonya. Ia akan menghapus poto kebersamannya dengan Arkan, Ia tak mau terus teringat akan Arkan. Aleta tau semua butuh proses.
***
Rafa duduk di ruangannya, Ia tersenyum simpul melihat perubahan Aleta. Perlahan istrinya itu berubah menjadi lebih baik, kembali seperti Aleta kecil dulu. Biarlah awal pernikahannya menjadi bumbu dalam kehidupan rumah tangganya, Ia pun sadar hubungan selama 4 tahun bukan sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Husband
RomancePerjodohan!! Satu kata yang di benci oleh Aleta dan yang diinginkan oleh Rafael Hardikusuma. Aleta Adriana Wijaya. Menolak mentah-mentah perjodohan yang telah di sepakati oleh orang tuanya. Ia amat membenci suaminya itu, dan ia juga membenci pernika...