Mobil milik Leya kini berada di depan rumah milik Rafa. Aleta masih diam dan terisak, air matanya enggan berhenti.
"Al, kita sudah nyampai" ucap Leya menatap sahabatnya dengan prihatin. Ia ikut sedih melihat Aleta seperti ini.
"Cerita sama aku Al, ada apa sebenarnya?" tanya Leya lagi.
"Dia jahat Ley, dia lebih pilih wanita itu dari pada aku" ucap Aleta bergetar.
Aleta mengusap kasar air matanya, Ia beralih menatap Leya. "Terima kasih ya Ley udah nganterin aku pulang." ucap Aleta mencoba tersenyum. Leya tahu, itu bukan senyuman tegar, tapi senyum kesakitan.
"Maaf ya Ley, aku gak nyuruh kamu mampir. Aku lagi pengen sendiri dulu. Gak papa kan?" ucap Aleta.
"Iya Al. Gak papa kok." jawab Leya mengangguk.
Seperginya Leya, Aleta dengan gontai memasuki rumahnya. Aleta tersenyum kecut, bahkan mobil suaminya belum terlihat. Apakah Rafa sudah sangat niat menghancurkan acara malam ini.
Aleta memasuki kamarnya, Ia duduk di depan cermin rias. Ia menatap dirinya di cermin, seperti bukan dirinya. Aleta yang dulu angkuh terhadap Rafa kini terperangkap dalam perasaanya sendiri. Tapi, apakah itu salah?.
"Maafin mama ya sayang, memang ini belum waktunya papa kamu tahu akan kehadiran kamu" ucap Aleta pelan seraya mengelus perutnya.
Aleta mulai membersihkan riasan wajahnya dan langsung pergi tidur. Lelah, itulah yang di rasakannya saat ini. Mungkin dengan tidur, Ia bisa melupan masalah ini walaupun sesaat.
***
Aleta meraba mengerjab seraya meraba sampingnya. Deg! kosong, tak ada Rafa di sampingnya. Aleta terkesiap dan duduk bersandar pada kepala ranjang. Sontak, Ia menangis sejadi-jadinya. Hatinya terguncang begitu saja."Hiks, kamu sampai gak pulang karena wanita itu" ucapnya serak.
Ia menepuk pipinya, beharap ini hanya mimpi semata.
"Jahat kamu mas" ucap Aleta lirih.
Aleta meraih ponselnya, bahkan Rafa tak mengirimi satu pesan pun.
Aleta kini tengah menunggu Rafa pulang, Ia menunggunya di ruang tamu. Matanya senantiasa menatap pintu, tapi nihil, pintu tersebut tak kunjung terbuka.
'ceklek'
Aleta menoleh kearah pintu dan menatap siapa yang datang. Hatinya bergemuruh dan mendadak sakit. Ya, dia Rafa.
Rafa berdiri di ambang pintu, Ia menatap Aleta yang menatapnya nyalang. Ia mendekat kepada Aleta.
"Al"
"Aku minta maaf" ucap Rafa penuh penyesalan.
"Maafkan aku sayang, aku janji seharian ini aku akan menemani kamu" ucap Rafa, kini Ia duduk di samping istrinya .
Aleta bergeming, Ia hanya bisa tersenyum miris. Suaminya itu bahkah hanya meminta maaf tanpa menjelaskan kemana kemarin dia pergi, meskipun Ia tahu jika Rafa lebih mementingkan Kania dari pada dirinya.
"Dari mana saja kamu mas?" tanya Aleta datar.
Rafa diam, pria itu bingung menjawab pertanyaan dari istrinya.
"Jawab, dari mana?" tanya Aleta dingin.
"Aku ada operasi mendadak, jadi aku baru bisa pulang" jawab Rafa.
Aleta tersenyum hambar, pintar sekali suaminya ini membohongi dirinya. "Operasi mendadak atau menemani Kania?" tanya Aleta tajam.
Rafa diam, dari mana istrinya tahu jika Ia bersama Kania.
"Al, aku bisa jelaskan" ucap Rafa pelan. Masalah apa lagi kali ini. Baru saja hubungannya membaik, namun seolah badai menerjangnya begitu saja.
"Pejelasan apa mas, aku sudah lebih dari jelas." ucap Aleta santai. Ia harus bisa mengontrol emosinya saat ini, karena di dalam tubuhnya ada malaikat yang Ia nantikan.
"Kamu lebih memilih Kania kan dari pada aku? aku sadar, jika aku gak apa-apanya dari Kania. Kania cantik dengan karir yang cemerlang dan berbanding terbalik sama aku yang bar-bar kaya gini" ucap Aleta yang di akhiri dengan senyum hambar.
"Oh iya, aku akan cerita sedikit sama kamu. Kamu tahu, kemarin aku sangat bersemangat untuk dinner sama kamu. Aku bahkan sudah menyiapkan kejutan yang tak pernah kamu duga. Saking semangatnya, aku sudah nyampai di cafe pukul tujuh kurang. Hingga seorang waitress datang dan menanyakan mau pesan apa, aku hanya menjawab untuk menunggu kamu 20 menit lagi" ucap Aleta, Ia menjeda beberapa detik. "Waitress datang lagi, aku hanya memesan segelas jus, tapi hingga jus ku habis kamu belum datang, bahkan sampai cafe tutup. Berkali-kali aku menghubungi kamu, tapi ponsel mu mati. Hingga aku tahu, kamu menemani Kania. Kamu tahu perasaanku saat itu? hancur. Sangat hancur mas" ucap Aleta dengan menekan kata hacur, Ia kini bahkan menangis meluapkan apa yang di pendamnya dari kemarin.
"Al. Dengarkan aku, kamu hanya salah paham. Aku menjaga Kania bukan karena apa-apa, aku hanya membantunya saja." ucap Rafa menatap istrinya, sungguh bodoh dirinya. Ia tak mau melihat istrinya menangis karen kebodohannya.
"Rumah sakit sebesar itu, pastilah banyak para perawat. Tapi kenapa harus kamu yang menjaganya? Aku tidak habis pikir sama kamu" ucap Aleta.
Aleta beranjak dari sana, sudah cukup Ia berbicara kali ini. Hatinya masih sakit mengingatnya.
***
"Terima kasih ya Ren" ucap Kania kepada suster Reni.
"Iya, tapi apa kamu gak kasihan sama istrinya pak Rafa?" tanya Reni.
"Untuk apa kasihan, kamu ingat gak? dia pernah menganiaya aku sampai video itu viral. Aku malu Ren" ucap Kania kemudian. Ia masih teringar jelas hinaan yang di layangkan Aleta untuknya. 'Pelakor syar'i'.
Reni terdiam, apa yang di lakukannya kemarin sangatlah salah. Ia melakukan ini karena membutuhkan uang.
"Maafkan saya bu Aleta" batin Reni menyesal.
Flashback On
Kania bangun dari tidurnya, Ia masih sangat lemah. Ia sangat senang melihat Rafa yang tertidur pulas di sofa. Dengan cepat Ia menelepon Reni untuk datang ke ruang rawatnya. Ia akan memanfaatkan hal ini.
Tak lama kemudian, Reni datang dan membawa pesanan Kania. Obat tidur, itu yang di pesan Kania.
"Kamu masukkan obat itu ke botol air mineral. Jika kak Rafa bangun. Kamu foto kita berdua" perintah Kania. Reni mengangguk.
Kini Kania siap menjalankan rencana kotornya.
"Kak Rafa" ucap Kania melemah.
Sayup-sayup Rafa mendengar dan menoleh kearah Kania. Dengan cepat, Ia beranjak dari sofa dan menuju Kania.
"Kak, kepaku pusing" ucap Kania lemah.
"Kamu istirahat saja, kamu baru terbangun dari pingsanmu" ucap Rafa lembut.
"Aku minta kakak temani aku, kali ini saja" pinta Kania memelas.
Rafa mengangguk pelan, Ia melihat jam yang melingakar di pergelangan tangannya. Ini masih pukul 6. Masih ada waktu satu jam lagi. Rafa meraih botol air mineral itu lalu meneguknya hingga tandas.
Rafa berulang kali menguap, obat itu sangatlah cepat bereaksi. Suami dari Aleta itu kembali tertidur di sofa.
"Ambil ponselnya kak Rafa, Ren" ucap Kania.
Reni mengambil ponsel milik Rafa dan memberikannya kepada Kania. Kania tersenyum miring, Ia mematikan ponsel milik Rafa.
"Malam ini kak Rafa akan di sini, sama aku" ucap Kania.
Flashback Off.
Reni hanya terdiam dan merasa bersalah kepada Rafa dan Aleta.
Jangan lupa vomentnya ya guys..
Kediri,
15 November 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Husband
RomancePerjodohan!! Satu kata yang di benci oleh Aleta dan yang diinginkan oleh Rafael Hardikusuma. Aleta Adriana Wijaya. Menolak mentah-mentah perjodohan yang telah di sepakati oleh orang tuanya. Ia amat membenci suaminya itu, dan ia juga membenci pernika...