20 - Denneth Day

1.1K 80 27
                                    

SEBELUM BACA HARUS UDAH NONTON WEBSERIES "MIMPIKU JADI NYATA" DI RANS CHANNEL!
BELUM NONTON? HUSSS YUTUP SEKARANG!!! WHAHAHAHA

____________________


"Anneth!"

Anneth sepertinya hapal suara ini. Pemilik suara ini sudah membuat Anneth bimbang. Dan, Anneth benar-benar bosan mendapat masalah karena bertemu dengannya.

Anneth memutar badan pelan. Dan, benar. "Iden,"

Friden berlari mendekat ke Anneth. Matanya mengisyaratkan kesedihan, entah apa. Tapi, mari kita lihat apa yang akan terjadi setelah ini.

"Kenapa?"

"Nanti aku pulang. Maaf, ya." Jawab Iden lesu.

"Oh, hati-hati." Oke, hanya itu. Sebenarnya Anneth ingin langsung berkata "Ya udah, sih, bagus." Lebih buruknya "PUJI TUHAN!"

Iden menautkan alis. Heran kenapa Anneth hanya menjawab seperti itu. Ekspetasinya sangat jauh dari kenyataan. Ia kira Anneth akan merayunya supaya lebih lama di karantina atau bahkan melarangnya pulang.

Iden yang malang.

Tapi Iden tidak boleh memperlihatkan sedihnya, Iden menarik ujung bibirnya membentuk lengkung senyum, "Iya. Kamu sehat-sehat, ya."

Anneth mengangguk.

"Emm, kakimu bisa jalan, gak?"

"Bisa, lah." Jawab Anneth ketus. Apaan sih, gak penting banget. Pikirnya.

"Ya udah, yuk, jalan!" Iden menggandeng tangan Anneth cepat membawanya entah kemana.

Disepanjang jalan Anneth terus berteriak "Iden, lepasin dulu! Mau ngapain, sih?!" Tapi tak digubris sama sekali oleh Friden. Sudah berkali-kali ia berontak tapi tetap saja tidak bisa, tenaganya tidak lebih kuat dari Iden.

Sampai di taman karantina, Iden berhenti, "Duduk sini,"

Anneth diam.

"Ayo duduk, Neth, sebentar aja." Ulang Iden.

Anneth tetap berdiri di tempat, menatap Iden malas.

"Ayoo..." Iden mendorong tubuh Anneth kemudian menariknya untuk duduk. Terpaksa, akhirnya Anneth duduk. Iden segera menyebelahi.

"Cepetan." Ketus Anneth. Bukan apa-apa, Anneth hanya tak ingin menjelaskan panjang lebar kalau dia kepergok berdua ditaman karantina.

Iden menarik napas panjang, "Jangan cepet-cepet, lah,"

"Apaan, sih," gumam Anneth. Uh, andai ia tega, sudah dari tadi ia pergi meninggalkan Friden.

"Aku bakal kangen sama kamu, Neth." Kata Friden tiba-tiba. Melihat ekspresi Anneth yang beda, Iden merasa kata-katanya salah. Ah, lagian ngapain sih, dia ngomong gitu? Iden oon!

Anneth beranjak, "Den, aku ke toilet ya, kebelet." Anneth segera berlari menjauhi Friden. Semoga saja tak ada yang melihat.

***

"Heh,"

Kalau suara ini, bukan suara yang tadi. Suara seorang remaja yang belum puber. Suara remaja yang tingginya tidak jauh lebih tinggi dari Anneth --lebih tepatnya, pendek--

Jantung Anneth berdegup kencang, semoga dia gak tau apa yang tadi terjadi.

"Punya nama." Celetuk Anneth.

"Siapa namamu?"

"Putri."

Laki-laki itu menarik napas dalam, "Oh, berarti aku salah orang." Katanya, "Ya udah, aku pergi dulu ya, nyari Anneth. Bye, Putri!"

A LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang