12

2.8K 326 4
                                    

Happy Reading

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Author POV

"Bangsawan?!" pekik Yeonjun, Beomgyu, dan Hueningkai bersamaan.

"Ne. Majayo." angguk Taehyung.

"Lalu apa yang membuatmu dendam Tae?" tanya Hoseok.

"Kau tidak disana?" tanya Namjoon bingung. Yoongi, Jungkook, Seokjin, dan Jimin melirik Hoseok dengan ekspresi yang sama seperti Namjoon.

"Tidak. Aku tidak tahu soal apa yang kalian duga-duga selama ini. Tapi nunaku tahu. Semua ucapanku sebelumnya karena nuna. Dia mengirimiku surel dan menjelaskan soal tragedi itu." jawab Hoseok.

"Ya. Tapi keluargamu ada disana." jawab Taehyung. Ia tersenyum. Hoseok masih belum mengerti. Juga, kenapa wajahnya berubah tersenyum sangat tulus begitu.

"Aku akan melanjutkan." angguk Taehyung.

.

.

.

🎭

.

.

.

Flashback on

Taehyung POV

Hari ini aku terbang dari Perancis menuju Jepang sesuai apa yang diperintahkan appa. Aku tidak mengatakan atau bahkan bertanya soal apa yang kulihat sebelumnya. Appa dan eomma juga terlihat biasa saja seperti tidak pernah terjadi apa pun diantara mereka. Aku memeluk boneka singaku sambil menatap keluar jendela pesawat. Sesekali aku mencuri pandang pada orang tuaku. Mereka sedang tertidur sekarang.

Setibanya di Jepang, aku bertemu dengan kakak dari eomma. Anaknya sangat cantik. Tapi aku yang tidak bisa berbahasa Jepang sedikit pun hanya menatapnya diam.

'Watashi wa Hirai Momo desu.' ucapnya sambil sedikit membungkuk.

Aku hanya masih menatapnya tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Setelah itu dia hanya pergi entah kemana. Dia tidak bisa berbicara bahasa Korea atau pun Perancis. Kudengar, Imo memang sengaja tidak mengajari. Mereka juga tidak peduli dengan keturunan bangsawan Perancis yang katanya 'terhormat' itu. Imo hanya ingin hidup dengan tenang sebagai keluarga biasa. Aku mencuri dengar saat mereka berbincang dengan bahasa Perancis. Aku sering mengintip mereka karena ingin tahu.

Sudah hampir satu bulan aku di Jepang. Aku sedikit kesepian. Appa saat itu pergi ke Korea beberapa minggu dan eomma yang dengan gigihnya terus membujuk Imo agar mereka mau meneruskan semua hal yang ada di Perancis tanpa memberitahukan apa alasannya. Eomma tidak pernah menjelek-jelekkan appa pada orang lain termasuk aku.

Aku bosan dan kesepian. Bahasa Jepangku juga tidak berkembang. Anak dari Imo pun kesulitan jika ingin mengajakku bermain. Dia tidak mengerti apa yang aku ucapkan, begitu pun aku tidak mengerti apa yang dia ucapkan. Sampai suatu hari aku diam-diam pergi keluar. Aku menemukan sungai dengan taman bunga sakura dipinggirnya. Aku tersenyum bahagia karena akhirnya aku bisa melihat bunga yang eomma sering ceritakan saat di Perancis.

'Ya! Serangga menyebalkan! Menjauhlah!'

Tiba-tiba aku mendengar suara. Aku menolehkan pandanganku kesana kemari dan akhirnya menemukannya. Seorang anak laki-laki dari kursi taman yang sepertinya sedang mencoba untuk membaca buku. Aku mendekat untuk membantu.

𝕋𝕙𝕖 𝔼𝕪𝕖 [end] (dalam revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang