1

13.4K 529 53
                                    

Memperhatikan. Seorang lelaki berambut kelabu gelap meluruskan pandangannya sambil menguap. Memperhatikan jari lentik di hadapannya bergerak tiap sepersekian menit membalikkan lembar kertas yang telah habis dibaca sampai ujung bawah kanan halaman.

"Bosan," keluhnya, yang dikeluhkan hanya mengangkat secangkir kopi Americano lalu menyeruputnya perlahan tanpa memperdulikan orang yang baru saja protes dibuatnya.

'Buk!' Mendadak terdengar efek suara dari sebuah buku yang baru saja ditutup.

"Sudah selesai membacanya?" tanya lelaki berambut kelabu yang mengutarakan kebosanannya tadi.

"Mm ...." Lelaki dengan surai cool brown, si lawan bicaranya mengangguk.

"Buku baru? Ku pikir kau tidak menyukai buku tebal seperti itu." Ia memperhatikan buku yang baru saja diletakkan di atas meja.

"Ya, Tuan Park. Aku tidak sengaja mendapatkannya dari toko buku kemarin."

"Ah .... Bukankah kau hanya menyukai buku bergambar? Ku lihat buku itu hanya berisi tulisan saja, Taehyung. Juga berhenti memanggil namaku seperti itu. Terdengar tidak akrab."

"Baiklah ... Jimin, Jimin. Siapa yang mengatakan bahwa aku hanya suka buku bergambar?" tanyanya, kemudian menghela nafas.

"Kau selalu membaca buku bergambar di depanku." Jimin menaikkan sebelah alisnya.

"Judulnya 'Le Horla'  ditulis oleh Guy de Maupassant. Penulis Perancis populer pada abad ke-19. Buku ini berisi cerpen, jadi tidak termasuk buku yang tebal. Asal kau ingat, aku menyukai buku jenis apa pun. Sama sepertimu," jelasnya.

"Tolong ralat, aku tidak menyukai komik. Ah, ngomong-ngomong itu buku cerpen? Cerpen apa?" tanya nya lagi.

"Horor," jawab Taehyung yang memperlihatkan senyum kotak andalannya.

"Daftar bacaanmu seperti itu? Kau ini mahasiswa psikologi!" omel Jimin lagi.

"Memang apa salahnya membaca horor?" Taehyung mencebik.

"Tidak masuk akal! Hantu tidak ada!" ketus Jimin yang kemudian membereskan beberapa buku miliknya ke dalam ransel.

Pagi ini, ia dan Taehyung sedang berada di salah satu kafe dekat universitas. Sejak pertamakali bertemu di acara ospek, mereka sering kemari hanya sekedar untuk memesan secangkir minuman sambil membaca beberapa buku.

Tapi entah kenapa Jimin mulai merasa bosan saat ini. Atau entah karena ia harus segera menghadapi realita bahwa jam kuliah sebentar lagi akan dimulai. Mata kuliah Biopsikologi yang membosankan. Tidak. Bukan membosankan. Tetapi dosennya yang membosankan. Begitu pikirnya.

"Aku ada kelas. Kau?" tanya Jimin sambil menggendong ranselnya.

"Eum, metode penelitian." angguk Taehyung.

"Oke. Kita bertemu di kantin setelah kelas. Aku pergi dulu," pamit Jimin.

"Bukankah masih setengah jam lagi?" Taehyung melirik arloji hitam yang melilit di pergelangan tangan kirinya.

"Kau pasti tahu watak dari Pak Han. Masuk lebih awal atau tidak masuk sama sekali." Jimin memutar bola matanya malas.

Taehyung terkekeh, ia tahu betul bagaimana dosen itu. Jimin sampai harus memohon pada petugas fakultas agar bisa mengikuti ujian susulan di tengah semester kemarin karena terlambat satu menit. Sialnya dosen yang mengawas saat itu adalah Pak Han sendiri. Padahal ujian susulan hanya diperbolehkan untuk mahasiswa yang sakit saja. Itu pun dengan berbagai persyaratan seperti surat dokter, kopian resep obat, dan lainnya. Beruntung Jimin diperbolehkan mengikuti ujian susulan saat itu dengan syarat tidak boleh terlambat untuk yang kedua kalinya.

𝕋𝕙𝕖 𝔼𝕪𝕖 [end] (dalam revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang