Five

5K 427 24
                                    

Plukk

"Rese loe dut!" Kang Uut mencibir sebal kepadaku.

Kami sedang dalam perjalanan menyambangi kantor pak Rama terkait iklan kami terakhir. Syuting sedang disiapkan. Talent sudah dikantong dan menunggu acc klien.

"Loe itu kenapa gak pacaran sama si cungkring. Dah deket kayak lem sama amplop tinggal disahin gitu.."

Statement kang Uut itulah yang membuatku melemparkan kulit kuaci padanya yang duduk disamping supir.

"Gossip aja loe kang! Dia siapa gw siapa.." cetusku asal

"Yeee ni anak.. beneran gw mah. Pantes koq.."

"Pantes apanya?"

"Pantes kayak angka 10!"

"Jangkrikkk sawahhh! Kamp to the prett looee!"

Aku langsung menghantami bahu kang Uut dengan cubitanku yang kecil kecil dan mematikan. Aku baru berhenti ketika dia meneriakkan ampunn dengan suara menyayat hati.

"Mbak Della pede aja lah. Walo tinggi gede tapi cantik lohh.. sayang saya dah tua mbakk.." pak Kukuh menengahi seraya terkekeh geli.

Aku dan kang Uut langsung tertawa tergelak gelak.

Kami mendapati Pak Rama yang sedang menggendong seorang gadis kecil yang sedang terisak sedih dipelukannya.

Ya Ampun, pak Rama papaable bangett sih yaak..

Aku merasa mataku menangkap banyak kerlip bintang yang sedang bertaburan yang membuat jantungku berdegup lebih cepat. Ini gara gara melihat kasih sayang yang begitu tulus dari klienku yang satu itu

"Wih dah berbuntut ternyata Del.." bisik kang Uut sambil mencolek lenganku.

Aku hanya mengangguk seraya tersenyum menatap laki laki penuh pesona didepan sana.

Ku lihat Pak Rama melirikku lalu menghampiri kami yang sudah berdiri dipintu masuk ruangannya.

"Maaf ya silakan ke ruang rapat duluan. Ini anak saya lagi manja. Sebentar saya titipkan Mela sekretaris saya"

Kami mengangguk mengiyakan.

"Its okay Pak.."

Selang 10 menit kemudian, Pak Rama masuk ke ruang rapat dengan anak yang tetap ada dalam gendongannya.

"Maaf.. duh gak mau di titipkan nih. Silakan dimulai saja presentasinya ya. Saya sambil gendong anak gak papa kan?"

Aku dan Kang Uut tersenyum lebar melihat penampilan beliau yang tampak merasa bersalah

"Kelincinya tadi pagi mati, nangis terus dirumah. Trus pas saya berangkat minta ikut. Katanya biar gak sedih kalau inget Piyuk. Ehh dikantor ya begini. Pengen nemplokin saya aja. " pak Rama panjang lebar menjelaskan.

"Papaaa...." rengekannya kembali terdengar.

Aku yang memang penyayang dan baik hati plus tidak sombong, langsung inisiatif menyapa anak kecil tersebut.

"Adek namanya siapa? Mau blajar mewarnai gak?"

Ku lihat anak kecil itu menoleh dan menatapku. Matanya yang bulat dan jernih dengan alis melingkar tebal diatasnya, membuatnya tampak cantik dan imut.

"Gambar apa?" Cicitnya pelan tapi cukup terdengar olehku.

"Bapak ada laptop? Biar saya ajarin gambar juga." Kataku

Pak Rama lalu menelfon sekretarisnya untuk membawakannya laptop.

Tak lama, sekretarisnya masuk dan memberikan satu buah laptop bergambar apel gigit kepadanya.

Ti Amo Bella !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang