O.O

3.8K 303 18
                                    

❝It might have been the bright sun

My face turned red probably

It might have been just a feeling

I saw you blush too.❞

.

.

.

.

"Pamit dulu ya, ma."

Hyunjin lari terbirit. Alarm handphone yang ia setel lebih dari delapan kali tampaknya tidak cukup ampuh membuatnya terjaga lebih cepat. Hari ini hari pertama masa orientasi, takut-takut akan menjadi kenangan buruk jika ia sampai terlambat semenit saja.

Ia mengumpat kecil, halte dari tempat ia berdiri sudah kelihatan sesak. Mau tidak mau, ia harus berdesakan untuk dapat menyelipkan tubuh di pintu minimalis bus karena makhluk yang kian banyak. Sudah diperkirakan, tidak ada bangku tersisa. Hendak menggapai handlegrip, ia terkaget dengan telapaknya yang beradu kulit dengan seseorang.

"Maaf─"

Hyunjin membungkuk dan tersenyum canggung. Si lawan bicara balas ia dengan tarikan tipis di ujung bibir. Hyunjin merasa tidak enak, hingga ia akhirnya menumpukan tangan di sisi atas jendela bangku di hadapan. Harap-harap, tidak ada kemungkinan buruk tambahan di sepanjang jalan. 

Lima menit berselang bertahan, ia lupa bahwa jalan tidak sepenuhnya bisa mulus tanpa hambatan.  Bus cukup melaju kencang, kala mengerempun tiba-tiba buat tubuh ikut terguncang. 

Hyunjin rasakan lehernya tercekik. Sedikit ia melirik, ternyata ulah lelaki di sampingnya: kerah Hyunjin kencang ditarik. Terbatuk, namun sayup sayup cicitan ia dengar dari si lawan,

"Aku tarik karna reflek, takut kamu jatuh. Niat mau tarik tanganmu, tapi yang kegenggam cuma kerah baju. Maaf.."

Orang itu menunduk, sembari gigit bibir bawah dan mencengkram gantungan tangan besi tersebut dengan kuat.

Hyunjin kaku. Ia kutuk jantungnya yang berdetak cepat, disusul dengan gerakan tiba-tiba yang buat mata si lawan membulat; Hyunjin meletakkan telapak tangan di atas punggung tangan nya dan meremas pelan kemudian.

"Holder-nya cuma satu. Berbagi denganku begini, tidak masalah kan?"

Hehe hai?

PRANKSTER.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang