20. Let Me Go

7.3K 632 288
                                    

Up!

Vote! *bagi yang belum.

Comment!

Happy reading! ‹3

Note untuk dialog signs pada chapter ini :
Bold : keterangan waktu, suasana, dan juga keterangan lain.
Italic : percakapan dalam telepon, dalam bahasa asing, and sometimes juga untuk kalimat dalam hati.
Seunghan : pacar saya :)

p.s :

(This chapter was published for the first time at Yuta's birthday, 2019. So, happy birthday, Yuta.)












•••
MLHS
•••


Kamu pergi.

Melangkah meninggalkan rumah itu dengan air mata yang mengalir, mencoba untuk lepas dari empunya.

Mengabaikan teriakan-teriakan penyesalan yang memanggil namamu di belakang sana. Namun, keputusanmu sudah bulat.

Kamu ingin berpisah.

Kamu ingin pernikahan ini berakhir. Jika tetap dilanjutkan, maka kalian berdua hanya akan saling menyakiti, karena memaksakan dua hati yang bertolak belakang untuk bersatu adalah hal yang sulit, dan sesuatu yang dipaksakan, tidak akan berakhir dengan baik.

Meski entah mengapa kini terasa sangat berat bagimu untuk meninggalkannya.

Kamu sungguh tidak ingin menangis, sejujurnya. Untuk apa pula? Dia bahkan tidak berniat mengejarmu yang sebenarnya masih tidak terlalu jauh dari rumahnya. Kamu bahkan masih berada di sekitar perumahan ini. Sudah jelas bukan? Semua kata-kata manisnya sungguhlah bualan semata.

Tapi kamu tidak bisa melakukan apapun saat setetes liquid bening itu jatuh membasahi pipimu begitu saja. Mengalir dengan lancar dan tak tercegah. Kamu benar-benar menangis, bahkan kini kamu sudah tidak sanggup untuk melanjutkan langkah.

Kamu berhenti di tengah jalan, berjongkok, menarik koper yang kamu bawa -berisikan pakaianmu- itu kemudian memeluknya. Mencurahkan semua keluh kesahmu dengan menangis.

"Aku pergi dari rumah ini, kamu tunggu surat cerai dari pengadilan Indonesia dateng, aku yang akan ngurus semuanya. Makasih udah pernah ngisi sebagian kecil cerita di hidup aku. Makasih juga tentang one fine day kemarin. Tapi maaf, kita harus pisah."

"Enggak! Tolong jangan kaya gini (Y/n)! Kamu jangan pergi! Aku ga mau pisah sama kamu! Jangan tinggalin aku..."

"Udah cukup Mark, hal yang dipaksain itu ga bakalan baik. Dari awal pernikahan ini udah ga jujur, meski sah di mata hukum juga Allah. Kita hanya akan terus saling menyakiti. Semuanya, harus diakhiri sekarang juga. Setelah itu kamu bisa hidup bebas semau kamu. Selamat tinggal..."

"Enggak (Y/n) jangan pergi! (Y/N)!!! JANGAN TINGGALIN AKU! JANGAN PERGI!!! (Y/N) MAAFIN AKU! (Y/N)...!!!"

Kamu tidak tahu, kenapa semuanya menjadi seperti ini. Kamu pernah percaya, kalau kamu akan bahagia bersama Mark saat Jeno yang mengatakannya. Kamu pernah percaya, hidup bersama Mark, bisa memulai hidup baru, dan lambat laun lupa akan sosok Jeno. Tapi sekarang, kepercayaanmu hilang, sirna seiring kenyataan pahit yang nampak jelas di depan mata.

MARK LEE 🍉 Husband Series [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang