12. Best Friend 💚

7K 696 67
                                    

Up!

Vote! *bagi yang belum.

Comment!

Happy reading! ‹3

Note untuk dialog sign pada chapter ini :
Bold : keterangan waktu, suasana, dan juga keterangan lain.
Italic : percakapan dalam telepon, dalam bahasa asing, and sometimes juga untuk kalimat dalam hati.
Hoshi : pacar saya :)

•••
MLHS
•••

"Nanti aku pulang telat, ngga ada jadwal kuliah, jadi aku full di kantor hari ini. Kamu baik-baik di rumah, ya?"

Kamu mengangguk lemah saat Mark bersiap untuk berangkat. Jasnya masih belum ia pakai, masih berada di lengannya.

Saat ini kalian sedang ada di dapur, baru saja selesai sarapan bersama. Lagi dan lagi kamu harus berada di sini seorang diri. Mau tidak mau, harus diterima saja. Toh Mark pergi juga untuk bekerja, bukan bermain.

Muncul rasa ingin menolak untuk berada di sini sendirian, tapi kamu juga tidak tau harus apa jika tidak ingin sendirian. Tidak ingin merepotkan Mark juga.

Melihat ekspresimu yang terlihat lesu, Mark pun menatapmu lembut.

"Kamu udah telpon Jeno kemarin?" Tanya nya dengan nada selembut mungkin. Ia tak ingin mood mu semakin buruk.

"Udah." Jawabmu singkat dan tak bersemangat.

Mark tersenyum, "Bagus dong, pasti dia seneng kamu telpon."

"Aku yang seneng udah bisa denger suara dia." jawabmu sambil menghela napas.

Kamu tak tau bahwa jawabanmu membuat Mark tersinggung. Namun, ia mencoba untuk terlihat biasa saja. Ia tidak ingin terlibat cekcok denganmu lagi bahkan di pagi hari yang cerah ini.

"Kalau gitu, ntar kamu telpon dia lagi aja, biar ngga bosen."

"Dia sibuk. Aku ngga bisa ganggu dia." Jawab kamu lagi.

Mark menghela napas lalu tersenyum kembali menatap kamu, "Yaudah, kamu boleh main ke rumah Jacob, toh cuma sampe dzuhur kan? Aku ngga tega liat kamu sedih kaya gini. Rasanya kaya jahat banget aku ngurung kamu di rumah terus."

Kamu menatap ia sumringah dan bersemangat ketika mendengar jawabannya.

"Beneran boleh?"

Mark mengangguk. Kamu tersenyum senang dan reflek memeluk Mark, sangat erat.

"Makasih!!"

Sungguh erat.

-dan itu sukses membuat hati Mark menghangat. Dia tersenyum lembut dan membalas pelukanmu, mengusap pelan puncak kepalamu.

Dua kali sudah kamu memeluknya tanpa diminta. Sebuah kemajuan bukan? Ya meskipun secara tidak sengaja.

Mark sudah cukup senang dengan ketidaksengajaan seperti ini.

MARK LEE 🍉 Husband Series [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang