[1] Matematika

29.7K 710 20
                                    

🌻🌻🌻


"15 menit lagi semuanya kumpulkan."

Sifa mengangkat kepalanya saat Pak Deden memberi intrupsi pada semua siswa yang mengikuti tes Matematika untuk mewakili sekolahnya dalam olimpiade Matematika tahun ini.

Sifabella yang baru seminggu menjadi murid baru di SMA Merah Putih pun turut ikut berpartisipasi dalam tes tersebut.

Semua tampak tenang sebelumnya, sampai telinga Sifa terganggu oleh ketukan seseorang dari belakang. Memejam mata sebentar untuk kembali berkonsentrasi dengan soal-soal yang belum terjawab. Ketukan itu tak kunjung berhenti membuat Sifa harus bersabar dan mengelus dada berkali-kali, ini kesempatan satu-satunya yang dimiliki agar dia bisa ikut seta dalam olimpiade.

Sifa menghentakkan kursi sehingga orang di belakangnya mengerjap memandangi punggung cewek yang mengagetkan dirinya. Cowok itu terkekeh, dia menyadari mengapa cewek itu melakukan tindakan menghantam kursi seperti itu.

Sepertinya Sifa benar-benar terganggu dengan ketukan di belakang nya, cowok itu malah sengaja mengetuk-ngetuk pulpen ke meja untuk mengganggu konsentrasi cewek yang ada di depannya.

"Baik, waktunya habis kalian kumpulin. Habis itu bisa langsung ke kelas masing-masing, hasilnya diumumkan saat istirahat nanti."
Perintah Pak Deden.

Semua siswa sudah keluar dari ruangan ini menyisakan Sifa yang masih memandangi soal Matematika, lama kelamaan tangan terkepal dengan sendirinya. Nafasnya tiba-tiba sesak, memikirkan kemungkinan dirinya tak lolos tes.

Brakkkk...

"Ezhar."
Nada Sifa begitu dingin saat memanggil cowok yang baru saja melewati mejanya.

Ezhar menoleh saat namanya dipanggil.

"Ini semua gara-gara lo." Pekik Sifa.

"Gue?"

"Lo berisik, ganggu konsentrasi gue."

Ezhar terkekeh. "Lo aja yang gak bisa ngerjain soal, jangan asal main salah-salahin aja."

"Gue serius, gak becanda." Sifa benar-benar serius dengan sorot mata tajam menatap sengit Ezhar.

"Lo kalau emang gak mau berisik kenapa gak minta ngerjain sendiri di tempat lain. Ribet lo." Ezhar tersulut emosi.

Sifa menggertakkan giginya. "Lo kalau gak niat ngapain ikut tes segala. Ganggu orang yang benar-benar serius mau ikut."

"Gue juga gak mau ikut, karena gue termasuk jajaran murid pintar di sekolah gue dipaksa buat ikut." Jelas Ezhar begitu pede. "Lo anak baru, jangan so mau ikut tes. Udah jelas yang akan mewakili sekolah itu Ara dan Khansa, lo--siapa nama lo--"

"Gak penting nama gue siapa, yang jelas ini semua gara-gara lo." Sambar Sifa.

"Emang lo gak penting, lo ada di sekolah ini juga gak penting bagi gue."

Sifa tersenyum getir. "Terserah lo."

"Jangan terlalu berharap bisa bersaing sama Ara, dia bukan saingan lo."
Sifa hendak berlalu meninggalkan Ezhar duluan, sepatunya berdecit memaksa berhenti mendengar perkataan Ezhar yang menohok hatinya.

Sifa menghela nafas berkali-kali mengeluarkan emosinya sedikit demi sedikit, tak seberapa namun perkataan Ezhar cukup membuat hatinya sakit.

Sifabella Faranisa, siswi pindahan kelas 11 yang sudah bersekolah selama satu minggu di Sekolah barunya yakni SMA Merah Putih. Hidupnya dikendalikan oleh Gita, wanita yang dia panggil Mama. Selama hidup, waktunya dihabiskan dengan belajar belajar dan belajar tak ada waktu untuknya menikmati hidup seperti yang dia impikan tanpa campur tangan Gita.

DESPERATE (COMPLETED) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang