Support Me dengan memberi vote dan komentar❤
🌻🌻🌻
Sifabella menyusuri koridor yang ramai di sekolahnya, sudah tiga hari berlalu dan semuanya tampak seperti biasa. Dia tak pernah bertemu lagi dengan Ezhar, dia juga tak pernah mendengar Mama nya membahas soal keberangkatan dirinya ke Australia. Kemarin saat dirinya keluar dari Rumah Sakit, Asila dan Nadira lah yang membantunya. Gita selalu sibuk dan tak berniat untuk membantu anaknya keluar dari Rumah Sakit.
Dia ingin sekali bertanya kenapa Mamanya tak membahas tentang pengiriman dirinya ke luar negri, tetapi Sifa tak mau membuat Gita marah dan akhirnya benar-benar membuang Sifa ke luar negri. Sifa bergidig ngeri, walaupun di depan Ezhar dia bersikap senang akan pergi namun dalam hatinya dia tak mau pergi. Walaupun kehidupannya disini rumit, Sifa masih bisa melihat orang-orang yang masih punya rasa sayang padanya. Teman-teman sekelasnya misalkan.
Omong-omong soal Ezhar, setelah kejadian di Rumah Sakit tiga hari lalu dia sama sekali tak pernah bertegur sapa dengan cowok itu. Mereka saling bertatap muka ketika tak sengaja bertemu di koridor ataupun di kantin. Tetapi sama sekali Ezhar merubah semua sikap manis nya saat di Rumah Sakit menjadi dingin seperti tak mengenal Sifabella sama sekali saat di sekolah.
"Duggh." Sifa sedikit tersungkur saat orang di belakangnya tiba-tiba menabrak dirinya, beruntung mereka hanya bertabrakan kecil sehingga Sifa masih bisa menahan supaya tubuhnya tak jatuh.
Sifabella menoleh, awalnya dia kesal dan ingin memberikan sumpah serapah pada orang yang menabraknya. Namun, rasa kesal itu tiba-tiba menghilang karena ternyata orang itu adalah Ezhar.
"Ezhar." Ucap Sifa sambil memandangi wajah Ezhar, baru kali ini lagi dia melihat wajah Ezhar sedekat ini.
"Gue gak sengaja, tadi jalannya buru-buru mau nyusul Ara di depan." Ezhar begitu dingin.
"Hah?" Sifa terkesiap.
"Gue mau nyusulin Ara."
Sifabella mundur dua langkah, memberi jalan pada Ezhar. "Ah sorry, kalau gue---gue---"
"Gue duluan." Potong Ezhar.
Sifa menatap nanar punggung tegap milik Ezhar yang tengah berjalan menghampiri Ara yang berada di depan. Apa-apaan ini, Sifa begitu jelas mendengar bahwa Ezhar meminta kesempatan padanya saat di Rumah Sakit dan sekarang Ezhar membuat Sifabella menjadi orang bodoh yang masih berpikir bisa bersama Ezhar walau situasinya memang sulit.
"Gak usah segitunya kali ngeliatin mereka."
Sifa terkejut. "Gavin, gue kaget tau."
"Iya tau, keliatan banget kagetnya." Kekeh Gavin, mereka berjalan beriringan.
"Sifa."
"Hmm."
"Lo baik-baik aja? Udah bener-bener sembuh kan?" Tanya Gavin sambil membenarkan tas ransel yang hanya tersampir di bahu kanan nya.
"Gue? Baik-baik aja. Haha." Sifabella tertawa garing, dia sendiri tak tahu kenapa bisa menjawab dengan tawa yang dipaksakan di akhir kalimatnya.
Gavin terkekeh. "Lo sama kaya Sila, yang selalu berbohong bahwa dia baik-baik aja walaupun semuanya kacau."
Sifa menghela nafas dalam dan jujur. "Hmm, sebenarnya gue emang ngerasa sakit di dalam hati." Dia berbicara sambil sesekali melirik Gavin yang tetap berjalan dengan pandangan lurus. "Bukan cuma karena temen lo doang, seperti kata lo tadi semuanya kacau. Segalanya tentang gue itu kacau."
"Rasanya gue pengen mati aja." Lanjut Sifa.
Gavin berhenti berjalan, ada jeda sebentar sebelum akhirnya cowok itu mengubah posisinya yang semula lurus kini dia menyamping menghadap Sifabella. Dia memegang bahu Sifa yang sudah menyamping memandangi Gavin.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESPERATE (COMPLETED) ✔
Teenfikce#1-wattpad (20 juli 2020) "Ezhar--lo mau gak jadi pacar gue." Menggunakan pengeras suara Sifa berbicara di tengah lapangan sekolah menghampiri Ezhar yang tengah bermain basket. "Lo gila?" Bisik Ezhar, tatapan nya sudah tajam pada Sifa. "Lo bukan tip...