[33] Lagi, lagi, dan lagi

3.9K 319 65
                                    

Support Me dengan memberikan vote dan komentar💚

Maaf bila ada kesalahan kata.

Selamat Membaca❤

🌻🌻🌻

Sifa memejamkan mata. Pada awalnya hembusan napasnya masih pendek dan pelan, tapi kemudian menjadi semakin dalam dan keras. Sifa membuka matanya dan melihat langit-langit kamarnya yang berwarna abu-abu lalu beralih pada tirai jendela kamarnya yang masih tertutup, padahal matahari sudah terlihat menyinari sisi kamarnya. Sifa kembali memejamkan mata dan berada dalam gelap nya kehidupan, rasanya apa yang dia lakukan tak pernah berjalan lancar. Sifabella selalu berjalan di jalan berduri, berenang di air keruh, tak ada titik cahaya yang dilihatnya. Semuanya tampak gelap, mungkin sampai akhir hidupnya dia di takdirkan sesedih ini.

Tok tok tok

Terdengar pintu diketuk dari luar, Sifa langsung menoleh ke sumber suara. Setelah pintu dibuka, dia bisa langsung melihat Gita berdiri di ambang pintu. Sifa langsung terbangun dari tempat tidurnya, mengusap wajahnya yang tampak lelah. Sudah dua hari ini Sifa tak bersekolah karena hukum skorsing yang dia jalankan. Sudah dua hari pula dirinya pulang pergi ke Rumah Sakit untuk menemui Dipka. Semenjak perbincangan antara Ara, Ezhar, dan Sifa di depan ruang UGD dia sama sekali tak berhubungan dengan Ezhar lagi. Lewat Telpon pun tidak, memang mereka sudah berjanji untuk tak saling berhubungan apapun. Demi Sifabella, itu kata Ezhar.

"Kamu mau ke Rumah Sakit lagi?"

Sifa mengangguk.

"Sifa." Ucap Gita menghampiri anaknya, setelah itu dia duduk lalu membelai puncak kepala Sifa lembut. "Apa gak sebaiknya kamu pindah sekolah?"

Sifa menoleh. "Kenapa?"

"Cuma Mama pikir dengan kamu pindah sekolah kamu akan jauh lebih baik." Kata Gita. "Kamu bisa mulai dari awal, lupain semua yang pernah kamu lewati di Sekolah Merah Putih."

Sifa terdiam, yang dibicarakan Gita adalah hal yang tampaknya paling sulit untuk Sifa lakukan saat ini. Asila, Nadira, Kak Tasya, bahkan Bambang, Sifa memikirkan mereka semua. Selain Gita, Sifa punya orang-orang yang dianggapnya berharga di dunia ini yaitu teman-teman baiknya. Mana mungkin dia bisa menemukan orang-orang seperti mereka lagi di sekolah barunya. Terlebih sekarang dia sudah punya tujuan di sekolahnya, dia akan membuktikan bahwa dirinya layak dan memberi efek jera pada orang-orang yang sudah meremehkannya. Tak ada orang tertentu dalam pikirannya, tetapi mereka-mereka yang sering berprasangka buruk padanya dan selalu menghakimi bahwa dirinya tak lebih baik dari Ara. Sejujurnya, dia benci dengan nama itu saat ini.

Sifa kembali menoleh pada Gita kemudian menggeleng. "Sejujurnya, aku ingin balas dendam."

Gita memberi respon cepat dengan menaikkam kedua alis. "Balas dendam sama siapa? Buat apa?"

"Aku pengen balas dendam pada semua orang." Kata Sifa. "Tidak ada orang tertentu, aku cuma pengen membuktikan pada dunia yang membuat aku sesedih ini."

Gita menghela napas. "Maafin Mama, gak pernah bahagiain kamu."

"Bukan salah Mama, mulai sekarang Mama jangan lagi inget-inget masa lalu. Aku udah ikhlas, aku belajar lupain semua hal yang buat aku sedih. Mama juga harus."

Gita mengangguk cepat. "Siap Ibu Direktur." Ucapnya sambil memberi hormat dan Sifa tertawa dibuatnya.

🌻🌻🌻

Pagi ini cerah, dua orang ini sedang berjalan di koridor sekolah tapi tidak dengan suasana hati baik. Ezhar dan Ara berada di sampingnya, ada semacam aura yang mengelilingi Ara dan dia menyadarinya. Kejadian dua hari lalu memang tampak menyedihkan untuk Ara. Selain tak pernah bisa memiliki Ezhar, dan kini cowok itu malah mengetahui sisi buruk Ara. Padahal selama beratahun-tahun Ara memiliki reputasi sebagai gadis yang baik dan menyenangkan. Kini harga dirinya jatuh di depan Ezhar, sifat buruk nya tercipta karena dia terus-terusan diabaikan oleh Ezhar bahkan setelah kepergian Rania Ara berpikir bahwa dia bisa menggantikan sosok Rania di hati Ezhar. Tapi kenyataannya pahit sekali, bukannya Ara tetapi ada wanita lain masuk ke hati Ezhar. Sifabella si anak baru, dia kalah dengan Sifa yang masih di bilang baru sebentar kenal dengan Ezhar. Sedangkan selama bertahun-tahun dia berusaha, tak pernah ada hasilnya. Ini tak adil, pikir Ara.

DESPERATE (COMPLETED) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang