[11] Tentang Perjodohan

6K 357 28
                                    

Support Me❤

🌻🌻🌻

Bel sudah terdengar beberapa detik yang lalu, namun sepertinya Sifa enggan meninggalkan tempatnya saat ini. Dia sedang berada di taman belakang sekolah sendirian, tak ingin diganggu oleh beberapa pertanyaan yang akan keluar dari teman-temannya tentang hubungan dengan Ezhar. Terlebih ada Khansa yang akan menyindir dirinya habis-habisan. Andai dia tak melakukan hal-hal gegabah dengan menerima taruhan dari Gita, mungkin dia tak akan mengenal dekat sosok Ezhar. Tak menyangka juga cowok itu bisa sampai menggoreskan sesuatu di hati cewek itu, perasaan sakit hati yang terus menumpuk di hatinya.

Suara patahan ranting kering yang terinjak itu terdengar di telinga Sifa, perlahan langkah itu semakin mendekati cewek itu. Menolehkan wajah dan mendapati Tasya yang tersenyum lebar karena Sifa yang menatap dirinya penuh curiga.

"Kak Tasya."

"Gue tadi liat lo, ngapain disini Sif? Udah bel loh."

"Kakak juga ngapain disini, udah bel Kak."

Tasya terkekeh. "Lo gak papa?"

Sifa menggeleng, fokusnya kembali lurus dengan sesekali menghela nafas di dekat Tasya. Dia sama sekali sudah tak canggung dengan Kakak kelas yang dulu pernah mem bully dirinya. Tasya sudah benar-benar berubah dan tulus berteman dengan Sifa.

"Tadi malem Widia tampak gak seneng sama kejutannya, konon katanya sih gak ada Kakak Sifa." Tasya tersenyum setelahnya.

"Kak Tasya."

"Hmm."

Tasya menoleh ke arah Sifa, dia bisa melihat raut kesedihan di wajah cewek itu. "Kamu pantas dapet yang lebih baik."

Sifa langsung menoleh lalu tersenyum simpul. "Kakak katanya lagi deket sama Kak Reyhan?" Sifa mengalihkan pembicaraan. "Kak Rey kayak nya baik Kak."

Tasya terkekeh. "Baik sih, tapi gue gak suka sama---"

Sifa menaikkan kedua alis karena Tasya yang menggantungkan ucapan nya.

"Sama siapa Kak?"

"Enggak, bukan siapa-siapa."

Mereka memutuskan untuk pergi ke kelas bersama-sama, berjalan menyusuri koridor yang sudah sepi karena bel yang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Keduanya tengah mengobrol dan sesekali tertawa dengan candaan Tasya.

Dari arah berlawanan Ezhar tengah berjalan sendirian dengan tangan yang dimasukkan ke saku. Sadar dengan kehadiran Sifa dari kejauhan, Ezhar tetap tenang melangkahkan kakinya. Seperkian detik dari kejauhan mata mereka berdua bertemu, hanya sebentar karena Sifa yang memalingkan wajah.

"Dira sama Zeki kemarin pulang bareng loh."

"Oh ya."

"Iya Sif, mending nanti lo goda-godain dia aja. Bilang kalau jodohnya ada di kelas sebelah." Canda Tasya yang dihadiahi tawa oleh Sifa.

Tasya menghentikan tawa saat Ezhar melewatinya, dia melirik Sifa yang masih tertawa karena lelucon Tasya.

Jelas tadi Sifa melihat Ezhar, tetapi cewek itu sama sekali tak merasakan kehadiran cowok itu. Saat berpapasan pun hanya Ezhar yang melihat Sifa, tidak dengan cewek itu yang tetap memfokuskan dirinya yang sedang tertawa. Ini membuat Ezhar menghentikkan langkah, membalikkan tubuh melihat punggung Sifa yang semakin lama semakin tak terlihat. Bahkan tanda-tanda bahwa Sifa melihatnya pun sama sekali tidak ada. Sifa tak menyadari kehadiran Ezhar, menurutnya.

"Zhar."

Ezhar tersentak lalu berdecak mendengar suara Ara yang memanggilnya. "Lo mau apa?"

"Aku mau ngomong sama kamu."

DESPERATE (COMPLETED) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang