Support Me dengan memvote dan memberi komentar yang menarik❤
🌻🌻🌻
Dua hari setelah kejadian Sifa menolak Ezhar, mereka berdua kembali saling berjauhan. Membentangkan jarak yang teramat jauh, memutuskan ikatan yang baru saja tertanam di hati mereka. Semua terjadi hanya sekali kedipan mata, berawal dari Sifa yang tiba-tiba menyatakan perasaan pada Ezhar di lapangan dan akhirnya mereka harus terperangkap dengan yang namanya Jatuh cinta.
Dari pengalaman keduanya, jatuh cinta kali ini sungguh terlalu rumit bagi mereka yang masih berstatus pelajar SMA. Namun ini kembali pada hati mereka masing-masing, Ezhar merasa bahwa kisah ini harus bisa dia perjuangkan. Walaupun bisa saja dia lewati dan menganggap semua hanya angin lalu, dengan bersama Ara pun sekarang dia sempat berpikir bahwa lambat laun semua akan baik-baik saja. Dan dia bisa menerima Ara dalam hatinya, tetapi dia sadar bahwa dia ingin bersama Sifabella apapun yang terjadi.
Ezhar sedang berada di meja makan bersama keluarganya, tetapi pikirannya tidak. Sedari tadi yang dilakukannya hanya mengaduk-aduk makanan.
"Dimakan." Lugas Kevin datar.
Ezhar menoleh pada si empunya suara, tiba-tiba terbesit olehnya tentang dua hari lalu dia melihat Papa nya ada di sekolah.
"Pa, kemarin ngapain ke sekolah Ezhar?" Tanya Ezhar, bukan hanya Ezhar yang terlihat serius tetapi Widia dan Dania ikut menoleh dengan serius.
"Kenapa? Gak boleh? Kepala sekolahnya kenalan Papa--"
"Jangan sentuh orang-orang terdekat Ezhar." Sambar Ezhar dingin.
"Zeki? Dika? Gavin? Tanyain ke mereka Papa gak ngapa-ngapain mereka."
"Papa pasti tau apa yang aku maksud, jangan pura-pura gak tau---"
"Ezhar." Panggil Dania lembut. "Kamu berangkat bareng Widia ya." Mamanya berusaha mengalihkan pembicaraan panas antara Ayah dan anak ini.
"Gak disuruh jemput Ara lagi"
"Nak, udah ya. Berangkat sana."
Akhirnya tanpa berpamitan pada Kevin, Ezhar langsung bergegas dan Widia harus berlari karena Kakaknya itu sudah jauh meninggalkannya.
🌻🌻🌻
Sudah pukul 07.30 sudah waktunya untuk memulai pelajaran pertama dan sepertinya Sifa hanya akan fokus belajar saja, tampaknya hanya itu yang bisa dilakukan sekarang. Kenapa Sifa bodoh sekali, hanya karena kejadian saat Ezhar menembaknya dua hari lalu saja membuatnya tak bisa tidur sampai tadi malam. Ia mengerang, ada apa dengan hatinya ini, dia yang menolaknya tetapi dia juga yang merasa menyesal. Entah bagaimana menjelaskan nya, ini lebih menyedihkan dari apa yang dipikirkan.
Dugggg..
Sifa menjatuhkan kepalanya di meja, membuat mereka yang sedang berada di kelas menghentikan semua aktivitas mendengar dentuman keras dari kening Sifa yang menghantam meja.
"Heh Sif." Nadira mengangkat satu telunjuknya ke bibir, menyuruh Sifabella untuk diam dan tak melakukan hal konyol lagi.
Sifa menghela nafas, dari jaman dulu laki-laki memang pembawa bencana, lama-lama dia bisa mati karena laki-laki.
"Sif, Nad, nanti pulang sekolah kita ke kafe Pelangi." Ajak Asila.
"Ngapain?" Tanya Nadira.
"Ngopi lah, bukannya disaat-saat seperti ini kita harus membantu temen kita bangkit."
Ucapan Asila membuat Sifa menoleh dan menatap datar sahabatnya itu. Asila memang menyindir Sifa yang terus-terusan galau.
"Gimana? Sifa kan udah gak di antar jemput sama supir jadi bisa dong kalau belok dulu ke kafe." Hasut Asila.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESPERATE (COMPLETED) ✔
Fiksi Remaja#1-wattpad (20 juli 2020) "Ezhar--lo mau gak jadi pacar gue." Menggunakan pengeras suara Sifa berbicara di tengah lapangan sekolah menghampiri Ezhar yang tengah bermain basket. "Lo gila?" Bisik Ezhar, tatapan nya sudah tajam pada Sifa. "Lo bukan tip...