Maaf jika typo betebaran.
Support Me💚 jangan lupa tinggalkan jejak.
Selamat Membaca ❤
🌻🌻🌻
"Enggak......hossh......enggak."Sifa membuka mata, dengan nafas menderu dia menatap langit-langit kamarnya. Gadis itu sudah kembali ke Jakarta. Malam setelah Gita menceritakan getir kehidupan masa lalu, paginya mereka memutuskan untuk kembali ke kota. Setiba di rumahnya, Sifa tak mengatakan apapun. Walaupun selalu berusaha terlihat baik-baik saja saat sedang bersama Gita.
Jika ditanya bagaimana perasaannya, tentu saja dia masih syok. Mana ada orang yang langsung terlihat baik-baik saja setelah mengetahui riwayat hidupnya akan sekejam ini. Sifa memilih untuk mengurung diri di kamar, dengan alasan jika dirinya lelah dan ingin menghabiskan waktu sendiri di kamar. Gita bisa mengerti dengan keadaan Sifabella saat ini.
Dia melihat jam di atas nakas, dia menghela nafas. Hari sudah berganti lagi, rasanya pagi begitu cepat datang. Sekarang sudah pukul 05.30.
Sifabella turun dari ranjang kemudian mengikat rambut asal-asalan dan berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajah. Hari ini dia kembali tak akan bersekolah, setelah sekian lama izin Sifa jadi keenakan bermalas-malasan di tempat tidur sehingga tak punya semangat untuk belajar.
Sekitar sepuluh menit Sifa menghabiskan waktu di kamar mandi, akhirnya dia keluar. Gadis itu terkejut karena Mama nya sudah duduk di ranjang sambil melihat bingkai foto dirinya dan Sifa yang terletak di atas nakas.
"Ma."
Gita menoleh sambil tersenyum ke arah Sifa.
"Kebiasaan sekarang suka tiba-tiba ada di kamar aku."
Gita terkekeh mendengar gerutuan Sifabella.
Sifa tersenyum. "Good Morning Mama Anna."
"Mama Anna? Jangan panggil nama itu lagi ah."
"Emangnya kenapa? Bagus tau Ma."
"Iya, tapi nama itu sudah Mama buang jauh-jauh. Mama gak mau ketemu Papa mu, jadi Mama memutuskan untuk mengganti nama supaya Papa mu tak bisa mencari Mama."
Sifa hanya menganggukkan kepala, melihat sikap Gita yang tiba-tiba hangat padanya sudah membuat gadis itu berangsur membaik dibanding saat dirinya bangun tadi. Kehangatan Gita benar-benar mempengaruhi perasaannya.
"Kamu gak sekolah?"
Sifa menggeleng. "Tanggung Ma cuma sehari, besok libur."
"Kamu ya, yaudah Mama maafin kamu kali ini. Besok-besok awas ya gak akan Mama kasih kelonggaran."
"Siap Ibu Boss."
"Kegiatan nya apa? Mau di kamar aja?"
Sifabella menggeleng. "Bosen, mau bantu Mbak Sari aja. Nyiram tanaman." Ucap Sifa dibarengi cengiran nya. Cewek itu langsung berlari sambil berteriak memanggil Mbak Sari.
Gita terkekeh sendiri, harusnya dia sadar lebih awal. Melihat anaknya tersenyum di rumah saja itu sudah lebih cukup membahagiakan hatinya. Belum terlambat untuk memperbaiki semuanya, dia akan memulainya dari sekarang. Tak akan lagi menuntut anaknya untuk menjadi nomor satu di sekolah. Tak ada gunanya juga melampiaskan hal-hal masa lalu yang harusnya dilupakan lebih cepat. Namun selama ini Gita hidup dengan bayang-bayang masa lalu dan dendam di hatinya.
Sadar jika sikapnya selama ini hampir membunuh Sifabella perlahan. Hampir membuat Sifabella meninggalkan nya.
Dering telepon mengalihkan perhatiannya, dia berjalan keluar dari kamar Sifa sambil mengangkat telpon.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESPERATE (COMPLETED) ✔
Roman pour Adolescents#1-wattpad (20 juli 2020) "Ezhar--lo mau gak jadi pacar gue." Menggunakan pengeras suara Sifa berbicara di tengah lapangan sekolah menghampiri Ezhar yang tengah bermain basket. "Lo gila?" Bisik Ezhar, tatapan nya sudah tajam pada Sifa. "Lo bukan tip...