Support Me❤❤ Vote dan Comment ya💕
🌻🌻🌻
"Sifa."
"Eh Ara." Ucap Sifa saat Ara tiba-tiba menghampirinya ketika dia sedang berjalan di koridor.
"Nih."
"Apa ini?"
"Makanan buat kamu, sebagai permintaan maaf karena Ezhar udah nuduh kamu terus. Aku gak enak sama kamu."
Sifa tersenyum masam. "Makasih."
"Romantis banget minta maaf nya diwakilin pacar." Gumam Sifa.
"Apa?"
"Hah-enggak. Gak papa Ara, ini sekali lagi makasih ya."
Dari sekian banyak siswa, pagi ini Sifa pertama kali di sapa oleh Ara. Entah kenapa dia jadi sedikit tak nyaman bila harus berdekatan dengan Ara. Antara tak enak dan iri itu beda-beda tipis untuk Sifa sekarang. Tak enak karena sekarang Ara sering dikaitkan dengan Sifabella atau iri karena dia punya segalanya yang tak Sifa miliki. Termasuk Ezhar.
🌻🌻🌻
"Sif udah sarapan belum?" Tanya Asila, mereka sudah bersiap-siap dan berisik menghafalkan rumus-rumus di kelas.
"Udah tadi dikasih---" Sifa berhenti.
"Dikasih siapa?" Asila penasaran.
"Maksudnya tadi di kasih Mbak Sari, tumben banget kan di bawain bekel."
"Iya ya--"
"Pagi anak-anak, gimana udah siap buat ulangan?" Pagi hari yang sejuk diawali dengan suara Pak Deden yang baru saja memasuki kelas IPA 2. Akhirnya ulangan Matematika akan segera dilaksanakan.
"Nilai bagus atau kamu ke luar negri."
Suara Gita langsung terngiang di telinganya, membuat Sifa gelisah.
"Sifa, semangat." Asila menyerukan semangat pada Sifa yang sedang melamun sejak Pak Deden masuk.
Sifa langsung sadar lalu seutas senyum langsung mengembang di wajah cewek itu. Dia langsung membereskan buku dan memasukkannya ke tas, hanya menyisakan satu buku kosong dan pulpen di mejanya.
Beberapa menit berlalu, Sifa tampak tak punya masalah apapun saat mengerjakan soal. Seutas senyum memgembang di wajah cewek itu, dia berharap bisa keluar dari tekanan Gita setelah ulangan selesai.
Sifa sudah mengerjakan setengah dari semua soal, namun tiba-tiba raut wajahnya berubah. Dia memegangi perutnya yang kembali bereaksi, cewek itu meremas kuat-kuat seragam sekolahnya.
"Perut gue kenapa lagi." Batin Sifa, dia meringis tanpa suara.
Menghela nafas dalam-dalam, dia akan menahan sakit sampai ulangan selesai. Pulpen sudah ada di genggamannya, dengan tangan gemetar dan perut yang terasa melilit dia kembali mengerjakan soal. Sifa benar-benar tersiksa, dia mengatupkan bibir rapat-rapat. Keringat dingin pun mulai keluar dari kening cewek itu, dengan sigap dia langsung menyekanya.
"Dua puluh menit lagi loh, jangan nyontek, jangan nengok kanan kiri." Perintah Pak Deden.
"Please, gue harus kuat." Batin Sifa.
🌻🌻🌻
Kelas IPA 1 baru saja selesai pelajaran olahraga, kini beberapa anak sudah berada di kantin untuk menyegarkan tenggorokannya dan yang lainnya masih ada di lapangan basket hanya untuk sekedar bermain-main karena setelah ini akan memasuki jam istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESPERATE (COMPLETED) ✔
Novela Juvenil#1-wattpad (20 juli 2020) "Ezhar--lo mau gak jadi pacar gue." Menggunakan pengeras suara Sifa berbicara di tengah lapangan sekolah menghampiri Ezhar yang tengah bermain basket. "Lo gila?" Bisik Ezhar, tatapan nya sudah tajam pada Sifa. "Lo bukan tip...