Aaron tidak tahu sudah berapa lama dia tertidur, karena yang dia ingat dia terlelap saat mobil yang menjemputnya di mansion mulai berjalan. Namun sekarang dia terbangun diatas ranjang besar dengan tembok-tembok yang mungkin di cat putihAaron menyibak selimutnya dan berjalan ke jendela untuk membukanya. Saat membukanya, dia benar-benar disuguhkan keindahan kota Athena yang indah. Ditambah hari menjelang malam, matahari mulai turun perlahan. Aaron menyukai bagaimana matahari pergi dan memberikan sinar senja yang indah
Karena terlalu asik menikmati suasana, Aaron sampai lupa kalau dia harus mencari Aaric. Dimana kembaranya itu berada? Dimana Coolio?
Pelan-pelan, dia membuka pintu kamarnya berjalan menelusuri setiap tempat yang dia lewati. Aaron terlalu asing ditempat ini, dia hampir tidak jadi untuk turun kebawah kalau saja tidak mendengar suara tertawa seseorang. Tanpa aba-aba dia langsung turun kebawah dengan cepat kearah kolam renang. Benar saja, saat dia sampai ada Jayden dan Smith yang sedang tertawa dengan wine ditanganya. Dia mendekati mereka, untuk menanyakan dimana Aaric dan Coolio
"Bagaiman tidurmu? Apa saja yang sudah kau mimpikan?"
Aaron tahu bahwa perkataan Jayden adalah sindiran untuknya karena terlalu lama tertidur
"Bagaimana kalian bisa disini?" Tanya Aaron tanpa memperdulikan pertanyaan Jayden
"Mungkin tidurmu terlalu nyenyak, jadi kau tidak tahu kalau kami terbang bersamamu" jawab Smith
Aaron menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
"Dimana Ayahku?"
Jayden menunjuk dengan dagunya. Begitu Aaron memutar badanya, dia melihat Coolio sedang merokok sambil berbicara dengan laki-laki yang wajahnya tidak pernah dia temui
"Siapa dia?" Tanya Aaron saat sudah berhadapan pada Jayden dan Smith
"Teman sekolah kami dulu, Vanko" jawab Jayden
"Aku tidak pernah melihat dia sebelumnya"
"Dia asli dari sini, dan menetap disini"
Aaron mengaggukan kepalanya
"Lagipula Coolio berbicara padanya hanya kalau ada urusan penting saja"
"Maksudnya?"
"Sudahlah ini bukan urusan mu bocah" sahut Jayden
Aaron baru akan melawan Jayden kalau saja dia tidak melihat Coolio yang sedang berjalan kearah mereka
"Dimana Aaric?" Tanya Coolio lalu mematikan rokoknya
"Kalau aku tahu, aku tidak turun untuk bertanya padamu"
Aaron merasa sedang diperhatikan. Laki-laki yang bernama Vanko sedang melucuti Aaron dengan kedua matanya. Apa pun alasan pria itu memperhatikanya, Aaron tidak menyukai caranya menatap Aaron
Memangnya dia anak haram. Walaupun sebenarnya dia memang anak haram, tapi setidaknya Coolio berada disebelahnya. Harusnya dia sadar bahwa itu tidak sopan
"Maaf" ucap laki-laki itu membuat tatapan mereka bertemu "Kalau kau tidak suka dengan caraku menatap mu. Disini, kami harus tahu siapa-siapa saja yang perlu diperhatikan. Kau salah satunya"
Aaron sudah akan menjawab namun diselak Coolio
"Dia anak ku Vanko"
Air wajah pria itu berubah. Dari datar menjadi terkejut
"Aku fikir kau berbohong"
"Kalau Coolio berbohong, untuk apa kami jauh-jauh membawa amuba kesini"