Aaric menunggu makanan cepat sajinya yang sedang dia panaskan di microwave sambil memakan buah pisang. Ariana belum juga pulang dari tadi malam, Aaric tidak mencarinya, dia yakin bibinya baik-baik saja diluar sana. Jadi ketika dia lihat sudah hampir tengah malam dan sepertinya belum ada tanda-tandanya Ariana akan pulang, dia memilih masuk kekamarnya lalu tidur setelah menghabiskan hampir tiga jam di tempat olahragaTepat saat alarm microwave berbunyi suara pintu dibuka memperlihatkan Ariana yang digotong oleh seseorang disebelahnya, melihat orang itu kesusahan Aaric langsung berlari membantunya mengangkat Ariana
"Biar aku saja"
Walaupun umurnya masih 17 tahun tapi tenaganya sudah jangan diragukan lagi, tubuh Ariana yang tidak terlalu berat mempermudahnya menggendong dengan gaya bridal style. Setelah meletak kan Ariana di kasurnya, Aaric kelur untuk mengucapkan terimakasih pada seseorang yang membawa bibinya pulang. Ketika wanita itu mengangkat wajahnya dari ponsel yang ditangan nya Aaric bingung mengapa wajahnya sama seperti wanita yang dia temui di tempat olahraga semalam
"Aku menemukan nya sendirian di pojok bar" wanita itu memakai sebuh kaos oblong berwarna putih yang kebesaran, membuat bra hitamnya dapat dilihat karna dia berdiri didepan jendela
"Terimakasih" jawab Aaric "Apa kau ingin minum? Mungkin bisa sebagai ucapan terimakasih karna membawa bibi ku pulang"
Anggukan yang dilihat Aaric membuatnya menyimpulkan wanita itu menerimanya, Aaric menyuruhnya duduk di meja makan sedang dia akan membuatkan teh untuknya
"Silahkan"
Aaric memperhatikan nya yang sedang menikmati teh buatan nya. Apa Aaric harus akui kalau wanita ini cantik? Tapi sepertinya tadi malam tidak seperti ini persepsinya tentang wanita
"Kau yang semalam?"
Wanita itu tertawa sambil meletakan gelas yang berisi teh "Apa kau baru sadar?"
Aaric menggaruk lehernya
"Namaku Abigail. Dan kau Aaric"
"Kau datang ke bar sepagi ini?"
Abigail menggeleng cepat "Tidak aku mengurus absen" jawabnya "Lalu setelah itu aku melihat dia masih duduk di pojok sendirian, dia terlihat sangat lelah"
"Kau mengenalnya?" Aaric tidak sadar bahwa kini dia sedang berbicara dengan seorang wanita cantik tanpa bantuan siapapun. Keberanian nya sudah bisa diapresiasi
Sekarang Abigail mengangguk "Kami sangat dekat" Lagi-lagi Aaric hanya bisa memperhatikan wanita itu yang kini sedang mengikat rambut pirangnya. Walaupun hasil ikatan nya berantakan, Aaric melihat hal lain dari tampilan nya "Aku baru ini mengantar Ariana pulang disambut orang lain dari dalam rumah. Biasanya aku hanya akan masuk lalu meletak kan nya di sofabed"
"Kalau begitu kau sudah sering mengantarnya pulang"
"Tidak, hanya jika aku sedang sial saja"
"Sial?"
Abigail berdiri sambil tertawa dia mengambil kunci mobilnya lalu berpamitan "Aku harus pergi"
"Ya, terimakasih sekali lagi"
"Jangan terlalu formal padaku" Abigail memegang knop pintu lalu memutarnya "Mungkin lain kali kita bisa berolagraga bersama..Aaric?"
Aaric terkejut dengan perkataan Abigail "Ya, jika ada waktu"
Abigail meninggalkan rumah Ariana dengan tawa riangnya yang berhasil menggoda keponakan tampan teman nya itu. Tapi dia tidak tahu bahwa Aaric sudah akan mati dengan kalimat barusan nya, kini dia memegangi jantungnya