2. Jodoh

8.1K 435 51
                                    

Kata orang, jodoh itu tak akan jauh-jauh dari teman. Kalau bukan teman sendiri, bisa jadi adalah kakaknya teman, atau temannya kakak.

Tanpa pernah Ayu sadari, tiap kali Satria meminta video call, ada seseorang yang selalu ditunggu kehadirannya oleh sang kakak. Gadis itu tak pernah heboh seperti barisan jomlowati lain. Dia hanya diam saja di pojok layar sambil sesekali tersenyum mendengar pembicaraan mereka.

Setelah bosan menunggu gebetan mendekati layar, akhirnya Satria meminta tolong sang adik juga. "Katanya mau ngenalin sama temenmu?" tagihnya suatu kali ketika mendapat kesempatan pesiar agak lama.

"Kenapa? Lagi nyari mangsa?"

"Jiah! Katanya biar ngga gangguin kamu tiap minggu?"

Ayu memperhatikan wajah sang kakak yang terlihat harap-harap cemas di layar. "Oke, deh. Bentar aku liat, siapa yang mau ngobrol private sama Bang Sat."

"Eh, bentar!" Satria menghentikan langkah sang adik keluar kamar. "Aku udah tahu mau ngobrol sama yang mana."

"Hah?" Saat itulah ia baru tahu bahwa selama ini sudah ada yang ditaksir oleh sang kakak.

"Hadeh, jangan Uni, dong," protes Ayu begitu tahu siapa gadis yang diincar kakaknya.

"Uni? Namanya Uni?"

"Bukan, namanya Salju. Karena orang Minang, jadi aku manggilnya Uni."

"Wah, kamu udah deket sama dia, ya?" Satria menyambut dengan mata berbinar.

Ayu mendecak. "Lumayan. Dia orang pertama yang aku kenal di sini. Kakak tingkatku juga. Pokoknya Uni tuh udah kaya kakakku sendiri."

"Huwow! Pas banget. Ya udah, jadiin kakak beneran aja," sahut Satria makin semangat.

"Huh! Ngga mau!"

"Mau-lah."

"Ngga!"

"Kenalan doang. Blom tentu jadian juga," Satria berusaha mengubah pendirian adiknya yang keras kepala.

"Ngga mau!"

"Mau!

Setelah berdebat cukup lama, akhirnya Ayu setuju mengenalkan Satria pada gadis impiannya. Tentu saja ada sedikit iming-iming pizza dengan extra cheese sebagai pendahuluan.

Salju memang hampir seperti kakak bagi Ayu. Tempat curhat utama soal perkuliahan dan kehidupan kampus. Kini dia akan memulai pembicaraan dengan topik nan jauh berbeda. Tak urung, jantungnya berdegup juga. "Uni, ada acara hari Minggu ini?"

Salju menaikkan alis. "Blom ada kayanya, kenapa?"

"Hmm, jogging, yuk?"

"Hah? Jogging?" Salju tertawa. Olahraga sama sekali bukan bagian dari kepribadiannya.

Tawa Salju membuat Ayu salah tingkah. Dia sudah mengatakan pada si abang, kalau serius mau kenalan, jangan pura-pura tak sengaja bertemu begitu. Namun Satria bersikeras. Katanya agar pembicaraan tidak jadi terlalu canggung.

Kakaknya itu meminta agar mereka bertemu saat jogging di bundaran UGM. "Ntar kamu pura-pura kaget, ya. Biar keliatan kaya ga sengaja ketemu," pesan sang abang.

Sekarang Ayu harus putar balik berimprovisasi. "Kalo gitu ke Malioboro aja, yuk," ajaknya penuh harapan. Yang penting pizza dengan keju ekstra tidak jadi batal.

Salju tak tega untuk tertawa lagi. Ditatapnya si adik tingkat lurus-lurus. "Kamu mau ngomongin sesuatu?"

"Ha..." Ayu makin salah tingkah. Begini susahnya bicara dengan calon psikolog. Bicara satu kata saja, di kepalanya sudah tersusun sebuah cerita.

(Gak Mau) Jadi Istri Tentara (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang