13. Pengakuan

3.7K 254 29
                                    

Samudera mencari video profil penerima Adhi Makayasa yang dibuat oleh teman-teman se-lifting. Video itu dimulai dari cerita tentang keseharian para taruna. Kemudian mengerucut pada portofolio lelaki itu selama digembleng di Lembah Tidar.

Dilanjutkan dengan cerita tentang sang ibu yang menjadi buruh cuci demi menghidupi keluarga mereka. "Jadi awalnya saya masuk akmil itu supaya bisa kuliah gratis. Biar Ibu ngga usah lagi mikirin soal biaya hidup saya. Enak, kan jadi taruna itu. Makan tidur gratis, baju dikasih, uang saku buat jalan-jalan pun dikasih. Kurang apa coba?" Begitu jawabannya ketika ditanya tentang motivasi masuk Akmil.

Pertanyaan kemudian mulai menjurus agak pribadi. Teman-temannya ternyata usil sekali mengulik-ulik urusan pacar. Samudera menjawab dengan terbahak. "Ngga, ngga ada," katanya mengelak.

Video lalu beralih pada gambar-gambar candid saat Makrab. Ketika Samudera memeriksa kaki Ayu yang keseleo. Ada juga gambar yang diambil saat ia memapah si gadis menuju kursi di meja bundar. Foto-foto itu disertai caption, "Trus yang ini siapa?"

Selanjutnya diperlihatkan foto-foto saat Praspa. Ayu takjub melihat kecepatan gerak mereka. Praspa baru saja berakhir tadi siang, sekarang dokumentasinya telah siap ditonton semua orang.

Di layar tampak foto ketika Ayu berdiri dan Samudera mendongak menggenggam jemarinya. Dilanjutkan dengan gambar saat mereka berjalan menuju Istana Merdeka.

Entah mendapat ide dari mana, sebuah garis lurus digambar tepat dibelahan rambut Ayu yang tampak dari belakang. Di bagian rambut yang berbentuk seperti hati, garis itu terhenti dan berpindah ke bagian kosong layar di sebelahnya.

Kemudian garis baru dibuat mengikuti bentuk hati dari kepangan rambut. Gambar hati itu pun diposisikan tepat di sisi garis lurus tadi. Terakhir, satu garis lengkung digambar mengikuti kepangan di belahan kanan dan kiri membentuk huruf U. Kurva itu pun dipindah ke samping gambar hati.

Ayu tertawa melihat hasilnya. Ketiga garis berbeda bentuk itu kini bisa dibaca sebagai I Love You.

Akhirnya satu caption terakhir digunakan sebagai penutup, "Serah, dah! Yang penting, Cari Dekati Nikahi! Sukses terus, Suh!"

Ayu menutup mulut agar tak terlalu keras terbahak. "Cari, dekati, nikahi?"

Samudera mengulum tawa. "Itu plesetan slogan infanteri."

"Ya aku tahu. Dulu terpampang gede-gede di asrama. Cari Dekati Hancurkan."

Mereka menahan tawa hingga hanya jadi suara kikik putus-putus. Denting alarm microwave mengalihkan perhatian Ayu. Segera ia keluarkan pizza matang dari dalam pemanggang. Setelah dipotong empat sama besar, sepiring pizza disajikan ke hadapan Samudera. "Silakan," katanya disertai satu senyum pemicu diabetes.

"Terimakasih," jawaban lelaki bercelemek bunga-bunga itu bukan basa-basi. "Jadi gimana menurutmu?" tanyanya sebelum menggigit potongan pizza.

"Apanya?"

Samudera menahan sabar. Gadis ini berusaha menghindar sekuat tenaga. "Menurutmu, itu editor yang terlalu imajinatif atau memang dia luarbiasa peka hingga mampu memaknai kode dalam kepangan rambut."

Ayu tergelak geli. "Dia terlalu imajinatif," simpulnya.

Samudera mengangguk. Tangannya ditepuk-tepukkan hingga remah roti yang melekat pun berjatuhan. "Oke," ujarnya, "aku pegang kata-katamu. Jadi selama ini, aku Cuma ke-GR-an aja. Iya, kan?"

Mereka bertatapan. Ayu merasa sedang diserang dengan sinar mata. "Kamu mau kopi?" tanyanya membuang muka sambil berdiri.

Sigap tangan Samudera meraih pergelangan Ayu. "Aku ngga suka liat kamu menghindar kaya gini," suaranya datar namun tajam. "Ini bukan Ayu yang kukenal," kalimatnya makin menghujam, "kamu perempuan pemberani. Kenapa jadi pengecut?"

(Gak Mau) Jadi Istri Tentara (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang