Makrab alias Malam Akrab atau Malam Keakraban bisa disebut sebagai prom night-nya anak-anak Akmil. Isinya hura-hura, senang-senang, dan jangan lupa bawa gandengan. Konon kabarnya, membawa pasangan pada event ini wajib hukumnya. Datang sendirian sama saja bersiap menghadapi hukuman.
Ayu mencebik malas karena terpaksa mengikuti acara tanpa tujuan jelas ini. Dia heran, Salju sama sekali tak terlihat menolak ajakan abangnya. Dia hanya mengajukan syarat tak sendirian datang ke sana.
Padahal jelas-jelas dia tak mungkin datang sendiri. Sudah jadi aturan juga bahwa para taruna harus menjemput dan mengantarkan rekanitanya sampai ke rumah. Jika ia masih tinggal bersama orangtua, maka meminta ijin pada orangtua atau pun wali pun termasuk dalam protap alias prosedur tetap mengundang rekanita ke acara Makrab.
Sekitar pukul lima sore, sebuah mobil berhenti di depan kos mereka. Satria menyewanya sebagai alat transportasi mereka hari ini. Perjalanan dari Magelang ke Yogya membutuhkan waktu sekitar satu jam. Kedua taruna itu sudah bersepakat untuk bergantian menyetir. Rute Magelang-Yogya diserahkan pada Satria.
Samudera akan mengambil alih perjalanan dari Yogya ke Magelang. Meski itu berarti mereka harus banyak-banyak berdoa agar tak ada razia di jalan. Bisa menyetir bukan berarti memiliki SIM. Kemahiran mengendarai mobil didapatnya secara otodidak dengan belajar pada juragan angkot dekat sekolah. Saat tak ada kegiatan lelaki itu pun kerap menjadi supir tembak sekadar untuk menambah uang saku.
Tapi itu cerita lama, ketika masih berseragam putih abu-abu. Sejak mengenakan seragam cokelat, dia bisa disebut sangat taat aturan hingga terpilih menjadi Komandan Polisi Taruna di Akmil. Jadi ini adalah kali pertama pemuda itu akan melanggar aturan lagi. Tak ayal adrenalinnya sedikit terpacu.
Satria keluar mobil dengan menggenggam sebuket mawar merah segar di tangan. Samudera mengikuti di belakangnya dengan menyembunyikan tangan di balik punggung.
Ayu menyambut mereka dengan semringah. "Ya ampun, Bang Sat! Aku ngga nyangka kamu bisa seromantis ini, makasih ya bunganya."
Satria mendecih. "Bukan buat kamu, Yuyu." Lalu beralih pada Salju yang tersipu di belakang Ayu. "Terimakasih udah mau nemenin aku malam ini," ucapnya seraya menyerahkan buket mawar segar.
"Makasih, aku simpan, ya." Salju hendak berbalik untuk memberi air pada segerombol mawar yang sekarat di tangan.
"Oh, ngga dibawa?"
"Apa harus dibawa?"
Satria menggeleng. "Terserah kamu."
"Kalo gitu aku kasih air aja, ya. Biar mawarnya bisa hidup lebih lama." Mereka bertukar senyum lalu Salju masuk untuk menyelamatkan para mawar.
Ayu beralih pada Samudera. "Aku ngga dikasih mawar, nih?" tanyanya melirik genit.
"Ngga," Samudera membalas tegas. "Berlutut!" titahnya.
"Appah?" Ayu berkacak pinggang tak terima.
Samudera tahu, gadis itu tak bisa diperintah, maka dia tak bersikeras. "Hanya mahkota yang layak diberikan pada seorang ratu," katanya memasangkan mahkota bunga imitasi di kepala Ayu.
"Jiah! Aslinya..." Samudera segera membekap mulut sahabatnya sebelum semakin melantur tak tentu arah.
Ayu tersenyum lebar menatap tepat ke kedalaman mata Samudera. "Aku tahu," katanya, "yang penting bukan apa yang diberikan, tapi bagaimana kita memaknai apa yang diberikan." Yah, dia tahu. Kondisi keuangan Samudera tak memungkinkan untuk membeli sebuket mawar merah segar. Mahkota bunga imitasi jauh lebih masuk dalam dompetnya.
Samudera membalas senyuman tanpa mengalihkan pandang. "Ah, gadisku memang paling bijak sedunia."
Mata Ayu mendelik. "Gadismu?!" Satu tendangan tepat menyasar tulang kering Samudera.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Gak Mau) Jadi Istri Tentara (TERBIT)
RomanceNovel ini berhasil menjadi Runner-up 30 Days Novel Sprint yang diadakan oleh Elfa Mediatama. Tentang Samudera dan Ayu, tentang cinta yang menunggu, tentang apa yang utama dalam hidup. "Oke, abangku taruna, papaku tentara, tapi sorry, aku ngga mau ja...