Trios

5.7K 558 27
                                    

Gerimis tajam seukuran jarum jahit sudah turun sejak delapan menit yang lalu. Jalanan yang biasanya dilalui dengan kecepatan tinggi kini menjadi sedikit melambat karena jalanan yang menjadi licin dan jarak pandang yang mengabur. Jaehyun yang berada dalam salah satu mobil yang melintasi jalan itu hanya menatap rinai nya dengan wajah tanpa ekspresi, seolah-olah jiwa nya ikut raib bersama derasnya air yang menjatuhi kap mobilnya.

Jaehyun mendesah dalam keheningan yang ia ciptakan sendiri, memijat pangkal hidungnya karena rasa pening di kepalanya. Ia menyentuh tombol radio pada mobilnya, suara radio yang soak menjadi teman perjalanannya. Jaehyun benci sekali dengan musik-musik murahan yang selalu diputar oleh radio, ia lebih menyukai suara frekuensi yang kosong. Walau semua orang  pasti setuju bahwa itu suara yang sangat mengganggu.

Mobilnya berhenti tepat di depan beranda masuk sebuah Bar elit di kawasan Gangnam, Jaehyun dengan penampilannya yang trendi keluar dari mobil mewahnya. Gesit seorang karyawan langsung mengambil alih kemudinya untuk memarkirkan mobil sang klien.

Suara dentuman music yang kencang langsung menyapa telinganya tanpa ampun, Jaehyun menjilat bibirnya yang terasa kering karena belum sempat minum sama sekali malam ini.

"Tumben sekali kau datang, putus cinta?" Seseorang bartender yang sangat dikenalnya menyapa, raut keheranan dan meremehkan hadir melengkapi. Jaehyun hanya tersenyum sinis tanpa mau menanggapi.

"Berikan aku segelas painkiller. " Jaehyun memesan sesuatu yang dibutuhkannya, sebuah obat penghilang rasa sakit. Painkiller—yang katanya mampu menghilangkan rasa sakit— adalah cocktail yang terbuat dari rum navy, krim kelapa, jus jeruk dan nanas. Sehat sekali, pilihannya kali ini.

"Seleramu jatuh sekali bung, ku pikir segelas white wine lebih baik" tawar si bartender lagi, ada nametag bertuliskan June yang terpasang di sisi sebelah kanan dadanya.

Jaehyun menatapnya, satu tatapan dari Jaehyun itu berarti perintah mutlak dan June tau bahwa suasana hati klien mahalnya itu pasti sedang buruk.

Kocokan dari gelas besi itu sekarang sudah beralih tempat menjadi kedalam gelas kaca mungil, Jaehyun menerima gelasnya dan membawanya pergi ke salah satu meja besar di pojok ruangan. Ia membuka meja dengan harga mahal itu sendirian, tak berminat untuk mengundang barang satu orang perempuan cantik pun untuk duduk dengannya.

Pandangan mata Jaehyun teralih pada sebuah keributan yang dibuat oleh dua orang di dance floor seorang wanita dan pria yang sedang bertengkar. Jaehyun pikir itu mungkin hanya keributan antara kekasih yang sedang salah paham, atau mungkin pria itu merasa di selingkuhi.

Jaehyun memperhatikan keduanya, tak lama sebuah seringai tipis hadir menghiasi wajah tampannya.

"Wajah mereka mirip, mungkinkah keluarga?  Ku rasa pria itu adiknya" tanpa sadar Jaehyun bermonolog pada dirinya sendiri, ia bahkan mengabaikan gadis yang hendak duduk menemaninya.

Menarik.

●════════●

Jungwoo melangkah lebar saat kakinya berpijak di lantai Bar elit, setengah mati ia mencoba menghubungi Kakaknya karena khawatir pasalnya ini sudah sangat larut, dan Seola tak kunjung pulang.

Matanya menelisik satu persatu anak adam yang tampak menikmati hidupnya dengan pesta pora semalam, hingga akhirnya ia menemukan seseorang yang di carinya.

"Ayo pulang!" Sebuah tangan menarik paksa pergelangan tangan Seola tanpa peduli bahwa cengkraman itu terlalu kuat, gadis itu mendecih lantas langsung menghempaskan cengkraman itu dari tangannya.

INTIMIDATE [Jaewoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang