Quatre

5.1K 507 46
                                    

"Kau terlambat" Salah seorang pria berpakaian santai membuka percakapan diantara mereka. Jaehyun menyeret kopernya seperti pria tak berperasaan, ia terus melangkah menuju sebuah mobil limosin yang disewakan untuknya.

"Aku menjadi pembicara, Konferensi se Asia" jawab Jaehyun setelah menyerahkan kopernya pada petugas.

"Apakah tentang isu global atau ekonomi garis depan?" Basa-basinya lagi.

"Politik" senyum tak acuh timbul, bukan hal serius untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan sahabatnya itu ketika ia bilang akan membuka jasa konsultasi baru.

Cha Eunwoo si teman lama—mereka pernah berada di kampus yang sama beberapa tahun lalu— dengan suka rela menjemputnya setelah tahu jika ia sedang berada di Hong Kong tadi pagi, datang dengan setelan seperti gelandangan kelas atas karena menaiki mobil Limosin mewah harga selangit. Jaehyun menguap ketika pantatnya sudah terduduk nyaman diatas sofa mobil.

Empuk, dan minuman dimeja itu membuatnya teralihkan. Jaehyun meraih sebotol minuman mahal mungkin Brendi atau gun ia sendiri juga tak terlalu peduli tentang apa yang terpajang disana. Eunwoo mengarahkan gelas berisi es batu tepat dihadapannya seolah mengerti jika si tampan nan brengsek itu mungkin ingin melegakan kerongkongannya dengan sesuatu yang nikmat.

Jaehyun memandangi gelasnya yang tempias dengan buliran air es yang mencair di sisi gelas, mereka begitu bersih dan itu membuat Jaehyun benci setengah mati pada kenyataan yang menamparnya. Ia merindukan bocah itu sekarang, Kim Jungwoo seseorang yang selalu mengganggu pikirannya disaat-saat seperti ini.

Sudah terlalu lama mereka berpisah. Terakhir kali Jaehyun menatap wajahnya adalah delapan belas tahun lalu disaat usianya masih sangat muda, kalau tidak salah saat itu ia masih berusia delapan tahun dan sangat lugu. Mereka teman baik bahkan terlalu baik untuk seukuran anak kecil pada umumnya.

Bagaimana kabar bocah itu sekarang, apakah dia tumbuh dengan baik, sudahkah dia lulus kuliah. Entahlah, semua terlalu membingungkan baginya. Kim Jungwoo pasti sudah banyak berubah karena ia pun demikian, dia bukan lagi Jaehyun si anak lemah, bukan lagi Jaehyun yang selalu kalah. Dia berubah mengevolusi dirinya sendiri menjadi seseorang yang tak pernah sudi untuk mengucap kata kalah. Bahkan jika harus menghancurkan hidup seseorang pun ia rela.

Macau, pulau kecil dengan sejuta pesonanya menyambut mesra kedatangan limosin yang mereka tumpangi, hampir seluruh jalanan disini dipenuhi dengan hotel yang merangkap menjadi kasino pun karaoke. Mobil limosinnya merapat ke salah satu hotel paling besar yang ada di Macau, cekatan petugas berseragam rapi itu mendatangi mereka untuk segera mengeluarkan koper Jaehyun dari bagasi.

Ia telah sampai di tujuan akhirnya ketika Eunwoo menepuk pundak kanannya dengan pelan, pria tampan itu bangkit dari duduknya segera keluar dari sana tanpa berniat mengucapkan terimakasih atas tumpangan yang diberikan oleh teman lamanya tersebut.

Eunwoo berdecak, "tabiat burukmu, selalu begitu kau bahkan tidak menatapku sialan" mendengar hal itu Jaehyun hanya menyeringai sesaat, dia tau teman lamanya itu sudah paham akan sikapnya.

"Kau bisa menikmati judi di kasino ini jika mau, aku akan mempertaruhkan gold card ku jika memang harus" kata Jaehyun, jarinya mengeluarkan sebuah kartu tanpa batas penarikan. Dia memang kaya dan tak ada yang bisa mengelak hal tersebut, ia pantas sombong dengan apa yang dimilikinya saat ini.

Gadis-gadis kasino ikut mendekat menawarkan escord menuju ruang-ruang kasino. Jaehyun menolak ajakan genit itu, memilih untuk segera pergi darisana meninggalkan teman lamanya dan beberapa gadis tadi. Dia tidak peduli bahkan jika kartu miliknya di kuras habis malam ini juga.

Jaehyun mendesah tertahan, melihat gerakan jarum pada arlojinya yang seakan mengolok-olok dirinya yang kesepian. Ia tertawa sarkastis lantas membanting jam tangan mahal itu ke kerasnya lantai kamar hotelnya. Nafasnya memburu, ia menatap miris nasib arloji itu dengan matanya yang menyipit.

"Harusnya kau tidak berdenting terlalu keras kawan, kau hancur karena berani sekali menertawakanku" ucapnya pada bangkai arloji yang sudah mati. Ia pergi dari sana menuju kolam berenang yang telah di sewanya untuk dirinya sendiri.

Tubuhnya sudah bertelanjang di bagian atas memamerkan delapan kotak sempurna hasil  workout yang ia lakukan selama ini, ia menceburkan diri kedalam dinginnya air kolam dimalam hari. Jaehyun menatap gelapnya langit sambil mengapung diatas air kolam, ia tak bergerak sejak setengah jam yang lalu masih terus menahan posisinya disana hingga rintikan hujan mulai turun menusuk-nusuk wajahnya seperti batu es.

Dingin dan kaku.

Jaehyun merasa bahwa mungkin langit sedang mencoba berkomunikasi dengannya melalui rintikan hujan menyebalkan itu, ia tersenyum lebih seperti menyeringai.

"Aku tahu dosaku teramat banyak, tapi bisakah aku meminta satu hal? Pertemukan aku dengan Kim Jungwoo" katanya nyaris berteriak, Jaehyun mendenguskan tawanya. "Dan pemuda kurang ajar yang merampok ku kemarin malam".

Benar juga, mereka bahkan tak sempat berkenalan. Rasa penasaran Jaehyun mulai merambat memenuhi otaknya ia masih kesal walaupun tak penting mengingat hal seperti itu.

Karena baginya, hanyalah Kim Jungwoo yang terpenting. Tapi, hingga detik ini Jaehyun tak pernah mengetahui kabarnya bahkan ia tak tahu bagaimana wajah bocah itu kini. Mungkin Jungwoo sudah menjadi pemuda yang tampan dan jauh lebih macho darinya, atau mungkin sekarang Jungwoo sudah berkeluarga.

Walaupun untuk dua hal itu Jaehyun menyumpah tak terima.

Karena menurutnya tak ada satupun orang yang lebih pantas bersanding dengan Jungwoo kecuali dirinya. Lihatlah dia sekarang, begitu tampan, kaya, memiliki kuasa. Ia mungkin bisa dibilang sempurna karena memiliki Harta, Tahta, bahkan Korea di tangannya.

 Ia mungkin bisa dibilang sempurna karena memiliki Harta, Tahta, bahkan Korea di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
INTIMIDATE [Jaewoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang