Cinq

4.8K 507 9
                                    

Swalayan dua puluh empat jam tempat Jungwoo bekerja selama hampir sebulan itu menjadi tempat pertemuan mendadak antara dirinya dengan seorang gadis cantik dengan rambut terurai. Gadis itu tersenyum menunggunya dari luar ruko, sesekali menyesap kopi panas yang barusan disiapkan oleh Jungwoo.

Sekarang mereka duduk berhadapan yang satu masih dengan tampilan berantakan lengkap dengan rompi swalayan yang satu lagi sangat cantik merias wajahnya senatural mungkin. Jungwoo menghela napas pendek, ia menatap gadis itu dengan pandangan mengasihani—atau mungkin juga tak tega— karena sebentar lagi ia akan membuat gadis itu menangis.

Ia menciptakan keheningan diantara bising jalan raya.

"Ayo putus." katanya setelah sekian lama diam, gadis itu tampak terkejut dengan pernyataan yang keluar dari bibir pucat Jungwoo.

"Tapi kenapa? Kenapa harus putus?" Gadis itu menatapnya dengan tak percaya, pikirnya bagaimana mungkin gadis secantik dirinya tiba-tiba dicampakkan oleh Jungwoo yang tak ada lebihnya sama sekali.

"Kau tidak bahagia denganku" jawab Jungwoo, gadis itu menggeleng secepat kilat lalu meraih pergelangan tangan kekasihnya untuk digenggam erat-erat.

"Tidak Jungwoo, aku mencintaimu"

Jungwoo menghela napasnya dengan lebih berat, mereka sudah terikat selama hampir dua tahun tapi perasaannya tak pernah benar-benar untuk gadis itu. Walau harus ia akui bahwa berkencan dengan perempuan cantik cukup mengesankan, tapi ia harus berhenti menyakiti gadis itu.

"Aku tidak pernah mengajakmu berkencan seperti pasangan lain, aku tidak memperhatikanmu sebagaimana seorang pacar, kau selalu sendiri walaupun kau merasa sudah memiliki kekasih. Aku terlalu egois untuk gadis sebaik dirimu, kau tidak pernah bahagia denganku"

"Lantas kenapa kau memelukku saat itu?!" Gadis itu menggeram, ia menjauhkan tangannya dari kulit Jungwoo sejauh mungkin.

"Kau salah paham dengan kebaikanku Bona, aku tidak pernah menyatakan perasaanku padamu. Hanya kau yang memiliki perasaan itu. Aku sudah memikirkannya dan kurasa salah satu dari kita harus menghentikan kekonyolan ini" itu adalah kalimat terpanjang yang pernah gadis itu dengar dari bibir kekasihnya.

Bona, gadis dengan senyum semanis buah itu akhirnya menyerah. Jungwoo tak pernah mencintainya lantas apakah selama ini dia sudah menyia-nyiakan dirinya untuk jatuh pada kebaikan seorang Jungwoo?

Gadis itu teringat saat pertama kali mereka bertemu, kejadian itu sudah sangat lama tertinggal di belakang mereka namun perasaan terlindungi itu selalu ada mengikutinya. Ketika Bona hampir saja kehilangan harga dirinya disebuah gang kumuh, Jungwoo datang menyelamatkannya. Pemuda itu beradu tinju dengan dua orang yang lebih besar darinya, Jungwoo berdarah dibagian wajah. Bonyok karena pukulan keras dua orang preman membuat salivanya terasa amis karena bercampur darah di sudut bibir.

"Ayo pulang, aku akan mengantarmu" Kata Jungwoo malam itu, tubuh Bona bergetar hebat hingga ia merasa kakinya sudah terlepas dari tempat seharusnya. Jungwoo memutuskan untuk menggendongnya dibelakang punggung kurusnya, pemuda itu tak banyak bicara tapi sejak saat itu Bona sudah menyerahkan hatinya. Tak peduli seberapa cueknya Jungwoo di hubungan yang mereka buat.

Tapi sekarang Jungwoo memutuskan berhenti, ia tak mau lagi melanjutkan drama sakit hati gadis di depannya. Bona tersenyum miris, air matanya sudah jatuh beberapa kali, sementara Jungwoo tak peduli hal itu, seberapa banyak pun air mata yang dilihatnya tak akan membuat keputusannya berubah.

Ia ingin berakhir.

Bona pergi meninggalkannya disana meninggalkan dirinya dan sampah gelas kertas bekas kopi murah yang ia sajikan. Jungwoo menatap datar kursi kosong di depannya, jalanan masih cukup ramai dipersimpangan, banyak lalu lalang kendaraan bagus yang melintas laju menimbulkan suara indah disetiap decitan rem yang mereka injak. Sejenak Jungwoo menenggelamkan dirinya dalam riuh keramaian jalanan, merasa bahwa itu adalah alunan musik merdu yang bisa mengobati hatinya.

INTIMIDATE [Jaewoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang